Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian!

420 47 12
                                    

Buug!!

Sebuah batu yang berukuran cukup besar jatuh mengenai pelipis Seokjin dengan kecepatan maksimal. Pelipisnya robek dan mengeluarkan banyak darah. Selain itu batu tersebut membentur kepalanya cukup keras hingga ia berjalan terseok, berusaha menyeimbangkan diri dengan guncangan tanah yang bergetar disekitarnya.

"Paman," kata Seokjin mencari sumber suara dengan meraba dinding, "dimana Anda? Biarkan aku memeriksamu!"

Apa yang ada didalam pikiran Seokjin sekarang sebenarnya hanyalah rasa kepedulian terhadap seorang pasien. Teriakan minta tolong adalah sakral bagi seorang dokter sepertinya sehingga ia akan secara otomatis mencari sumber suara untuk memeriksa keadaan disana. Pintunya sudah tertutup bebatuan. Hanya suara gerudukan atap dan gelindingan reruntuhan dari atas yang terus menimpa punggung Seokjin sampai akhirnya ia tak kuasa berdiri lagi. Udara semakin sesak dirasanya. Pengap mengelilinginya. Wajahnya penuh debu dan goresan luka. Seokjin berusaha kuat untuk terus mencari orang - orang yang tadi meminta tolong.

Tepat dari arah Tenggara dari posisinya sekarang, dua buah tangan melambai-lambai di udara. Seokjin berjongkok dengan terhuyung untuk melihat keadaan.

"Dia tertancap besi, temanku tertancap besi!" seru pekerja sipil itu memegangi temannya yang sudah bersimbah darah. Dengan hanya sekali lihat, Seokjin yakin orang itu sudah dalam masa kritis. Bola matanya putih semua dan kerongkongannya tersendat seolah sulit bernapas.

"Tim medis akan datang setelah situasi cukup aman. Lebih baik Paman ikut denganku untuk mencari jalan keluar darisini secepatnya!"

"Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian!"

"Tapi dia—"

"Orang ini masih bernapas! Apa kamu seorang dokter?" tanyanya sambil terisak, "dia teman baikku dari kecil! Anda tidak bisa menyebutnya sekarat tanpa mengetahui secara pasti dengan bantuan alat medis!"

Seokjin ingat ketika ia meninggalkan Jungkook, Xiao Zhan, komandan Jung, dan teman-temannya yang lain diluar sana.

"Paman. Aku bisa mengatakannya dengan yakin kalau dia.. sedang dalam masa kritis!"

"Pergilah dan cari bantuan untuk kami!"

Lengan paman itu juga mengeluarkan bannyak darah, yang artinya keduanya sama-sama terluka. Seokjin tidak punya pilihan lain untuk melepas jaket pelindungnya dan merobeknya sedikit untuk ia jadikan perban pada luka pria itu.

"Ini akan membantu menahan laju pendarahanmu," katanya memegang dinding karena tanah masih bergetar, "bisa tunggu disini sebentar? Aku harus mencari jalan keluar lebih dulu."

Paman itu mengangguk pasrah sebelum Seokjin pergi. Yang harus Seokjin lakukan adalah mencari pintu darurat atau kaca jendela yang masih terbuka untuk bisa keluar dengan selamat. Tapi semakin ia berjalan, kepalanya semakin dirasa pening. Hidungnya mengalami pendarahan atau mimisan yang mungkin disebabkan oleh infeksi atau perubahan tekanan. Seokjin mengelapnya dengan lengan sambil terus berjalan.

"To.. long.. tolong .. ku.."

Ada sebuah suara lagi yang terdengar, kali ini cukup familiar di pendengaran Seokjin. Dengan rasa bergetar yang amat sangat ia lalu menghampiri sumber suara. Seorang pria tertimpa reruntuhan, hanya terlihat lengannya dari luar yang bersimbah darah, sementara sebagian besar tubuhnya sudah terhimpit atap yang runtuh. Tak kuasa Seokjin berlari untuk mendekati.

Itu adalah Jinyoung. Kakinya bengkok, patah. Terbatuk dengan lemah meminta bantuan.

"J—Jinyoung..? Kamukah itu?" tanya Seokjin dengan suara menahan tangis.

"To.. long aku.."

Dengan sekuat tenaga Seokjin menyeret tubuhnya untuk mendekati Jinyoung sebab gempa masih berlangsung mesipun tidak sedahsyat beberapa jam yang lalu, ia menggapai lengan Jinyoung dan memutuskan untuk menyingkirkan reruntuhan dari atas tubuhnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Descendants Of The Sun (Remake) | Namjin VersionWhere stories live. Discover now