Chapter 7 : INDO

951 39 11
                                    


Berkas Perkara : SIO1

Bab: Pahlawan [ Pembunuh yang menyerahkan diri pada POLISI]


'Kenapa kau harus mengusirku, Luang Pu. Kenapa aku tidak bisa mengetahuinya juga? Padahal akulah yang membawa Phaya ke sini.'

Tarn berpikir sambil menguping di pintu kayu dengan sedikit kerutan di wajahnya karena dia tidak bisa mendengar suara teredam di dalam dengan jelas.

Saat pintu terbuka lebar, Tarn hampir menukik ke tanah. Beruntung dia masih bisa menjaga keseimbangannya. Tarn menghadap ke atas dan tersenyum pada Phaya.

"Kau sudah selesai bicara?" Tarn bertanya dengan suara lemah. Dia cukup malu ketahuan oleh orang di dalam. Phaya melirik Tarn dengan tatapan bingung, namun tetap menyingkir agar Tarn diizinkan masuk.

"Tarn, masuk." Luang Pu memanggilnya. Tarn buru-buru masuk dan duduk.

"Luang Pu, tentang Phaya..."

"Saat kau kembali bekerja kali ini, berhati-hatilah.. " Suara Luang Pu tetap terdengar tenang . Tarn mengerucutkan bibirnya dan mendengarkan dengan cermat. "Jangan terbawa suasana pemanjaan diri sampai kau kehilangan kontak dengan fokusmu."

Wajah Tarn menjadi murung dengan tangan terlipat memberi hormat sambil memiringkan telinga.

"Krap, aku akan mengingatnya."

Luang Pu menatap putra kecilnya, mengetahui dengan baik betapa keras kepala murid nakalnya. Terlepas dari seberapa kuat perhatiannya, dia hanya bisa menawarkan bantuan semampunya. Luang Pu berputar-putar untuk mengambil sesuatu dari karung biksu. Kemudian dia menyerahkan kertas usang dan kekuningan kepada Tarn dan Phaya masing-masing.

"Tolong perhatikan kata-kataku. Hanya perhatian dan kebijaksanaan yang akan membebaskan kalian dari pusaran karma. Teruslah melakukan perbuatan baik untuk terus mendapatkan pahala." Luang Pu berhenti sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke Phaya. "...Gunakan perbuatan baikmu sebagai pembelaanmu, dan semuanya akan terjadi pada akhirnya."

Phaya masih memikirkan ajaran Luang Pu. Artinya Luang Pu telah menyelesaikan semua keraguannya sebelumnya.

"Krap. Tolong jangan khawatir, Luang Pu. Tarn tidak akan pernah melakukan kejahatan."

Luang Pu menatap Tarn sebelum perlahan-lahan menutup matanya dan melanjutkan meditasinya. Tarn dan Phaya bertukar pandang, saling mengangguk, memberi hormat, dan pergi melalui pintu ruang biksu. Di belakang punggung dua petugas polisi muda muncul sesosok tubuh bercahaya keemasan di pintu depan. Pria itu, agung dan tinggi, memiliki kulit mirip jerami yang dipanen, dihiasi ornamen emas bertahtakan batu permata berdarah merah. Dia berdiri diam, memancarkan cahaya marah ketika dia terpaku pada pintu kayu antik sampai pintu itu terbuka, menampakkan seorang lelaki suci di dalam yang sedang tenggelam dalam meditasi yang mendalam.

'Jangan ikut campur dalam urusan yang bukan urusanmu.' Suara bernada rendah, tegas, dan angkuh itu meraung. Mata merah itu bersinar karena amarah.

Sosok pertapa itu menjawab dengan nada tenang.

"Aku hanya melakukannya karena rasa kewajiban yang aku anggap perlu."

'Kewajiban? Atau apa kau sebenarnya ingin mengganggu? Tanpamu, dia pasti sudah kembali tinggal bersamaku dari dulu...' Kedua tangannya terkepal saat membangkitkan ritual penguasaan kembali roh di masa lalu. Dia hampir mencapainya, hingga datangnya halangan dari sang Bhikkhu, yang membuat tugas tersebut menjadi tidak dapat dilaksanakan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE SIGN [IND-ENG]Where stories live. Discover now