ASING - 02

191 23 0
                                    

Happy Reading Guys...

_______

Sinar mentari pagi membuat Wendy mengerjapkan kedua netranya, Gadis itu tengah tertidur di sofa apartemen mewah miliknya. Wendy terlihat membuka kedua netranya yang terasa masih lengket. Helaan nafasnya terdengar, ia terbangun dan mencium bau masakan yang menggoda selera, membuat perut ratanya terasa keroncongan.

Rambut yang terurai panjang, kemudian tubuh yang memiliki kulit putih pucat, ditambah sinar mentari yang menerangi wajahnya, sungguh begitu indah netra yang memancarkan cahaya dengan raut wajah yang terpahat rapih.

Dalam bayangan, wajah Wendy yang berbentuk oval menjadi lebih menarik saat ia menoleh ke arah sisi kiri. Bentuk rahang yang tajam, dan hidung lancip yang terlihat membentuk sempurna.

"Sudah bangun?"

Mendengar suara itu, Wendy menoleh dan tersenyum kecil ke arahnya.

Sepiring nasi goreng yang masih hangat terlihat ada dihadapannya, baunya sangat memikat, makanan itu sangat favorit untuknya setelah kedua orang tuanya pergi Wendy tidak lagi pernah memakan masakan rumahan.

Beruntungnya sang adik menuruni ilmu masak dari sang ibu, masakan sang adik sangat cocok di mulut Wendy bahkan serupa dengan masakan sang ibu, tak elak Wendy selalu meminta Yuna untuk datang ke partemennya disaat jam kuliahnya sedang kosong.

"Kapan kau datang?" tanya Wendy seraya mengikat rambut panjangnya itu.

"Tadi malam" sahut Yuna.

"Apa yang ingin kau beli hari ini?"

Yuna menghentikan langkahnya kemudian menatap Wendy yang mulai mencicipi masakannya.

"Tidak ada"

"Aku tidak menyukai sepatumu, lebih baik kau buang dan biarkan aku membelikan sepatu baru untukmu"

"Tidak perlu.." sahut Yuna.

Mendengar hal tersebut, Wendy menatap Yuna. Gadis itu membelakanginya, Wendy menghentikan geraknya dan menatap Yuna dengan senyuman.

"Apa kau akan terus seperti ini padaku?"

Helaan nafas Yuna terdengar kasar, Yuna pun menoleh dan duduk di kursi yang menghadap ke arah Wendy.

"Kau ingin aku bagaimana?"

"Kau seperti terus menyalahkanku" ucap Wendy.

"Aku tidak ingin mebahasnya, aku datang atas keinginanmu jadi berhentilah, tidak perlu membicarakan hal yang tak perlu dibicarakan"

Wendy pun tersenyum menatap Yuna yang tengah membuka laptopnya. Wendy beranjak dari sofa dan membawa nasi goreng tersebut untuk duduk dimeja makan bersama Yuna.

Yuna tidak menghiraukannya dan ia tetap fokus memperhatikan laptopnya.

"Aku bingung , sebetulnya kita ini saudara kandung atau bukan?" Ucap Wendy seraya menopang dagu dengan tangannya.


Wendy memperhatikan Yuna yang terlihat dingin dan tak menghiraukannya.

"Kita seperti tidak sedarah, kau terlihat dingin dan misterius .. sedangkan aku .. hangat, tapi tidak misterius sepertimu" ucap Wendy dengan tawa renyahnya.

Wendy menganggukan kepalanya dan kemudian membali menyantap sarapan yang dibuat Yuna.

"Baiklah, aku tidak ingin bertengkar ..
By the way bisakah kau menemaniku siang ini?"

"Aku sibuk .."

Wendy terkekeh dan mengangguk melihat sikap gadis itu.

"Sesibuk apa kau ini hm? Kau hanya mahasiswa yang hanya belajar dari pagi sampai sore , lalu hari ini kau libur .. sebaiknya kau menemaniku untuk pergi ke.."

"Aku tidak bisa, banyak yang harus ku kerjakan .. jika urusanku disini sudah selesai aku harus pulang" timpas Yuna.

Melihat sikap Yuna, Wendy sedikit terkejut dan terdiam.

"Hmm begitukah? Baiklah kalau begitu terserahmu.."

Mendengar hal tersebut, Yuna pun terdiam dan menatap Wendy yang terlihat masih menyantap masakannya. Yuna pun kemudian tak fikir panjang untuk bersiap pulang.

Yuna merapikan barang-barangnya tanpa banyak bicara, namun suara ponsel terdengar berdering, Wendy menoleh dan ia mengetahui jika itu adalah ponselnya.

Wendy pun beranjak dari duduknya dan kemudian berjalan ke arah sofa. Wendy mengambil ponselnya dan menjawab panggilan tersebut.

"Hai sayang .."

Mendengar ucapan Wendy, Yuna terdiam dan menatap sang kakak dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Yuna kemudian beranjak dari sana dan memutuskan untuk pulang, ia pergi tanpa permisi meninggalkan sang kakak yang tengah asik berbincang.

"Baiklah, aku akan menemui nanti malam ,, see you beib"

Panggilan pun terputus, Wendy memutar tubuhnya dan melihat jika sang adik sudah pergi dari sana. Wendy menghelakan nafasnya ada sedikit kesedihan yang tersirat dari wajahnya, Wendy memejamkan matanya sebentar dan kemudian pergi ke arah meja makan untuk menghabiskan masakan sang adik seorang diri.

Secarik kertas ada disana, Wendy memperhatikannya dan mengambilnya. Helaan nafasnya terdengar dan kemudian Wendy kembali menyimpan kertas tersebut.
Tulisan tangan Yuna yang terukir disana, bahkan untuk bicara pun Yuna enggan.

"Adiku tersayang, kau begitu keras" gumam Wendy.

Semenjak kematian kedua orang tuanya, Wendy dan Yuna terlihat sangat asing.
Keduanya tampak seperti bukan kakak beradik, sikap keduanya pun sangat berbeda jauh. Yuna bersikap tenang dan Wendy sebaliknya.

Sejak dulu Yuna memang pendiam, tidak banyak bertingkah dan selalu menuruti Wendy, Setelah kematian orang tuanya Yuna semakin pendiam bahkan terkesan dingin kepada Wendy.

Sebetulnya tidak ada yang berubah, Yuna masih bersikap baik dan penurut pada Wendy, hanya saja sikap diamnya semakin keras. Yuna pun memilih tinggal dikontrakan lama peninggalan kedua orang tuanya dibanding tinggal di apartemen bersama Wendy.

Wendy mengerti, ada sedikit kebencian dari Yuna untuk Wendy namun sejauh ini Yuna masih menghormati Wendy jika Wendy butuh bantuannya Yuna pun datang tanpa ragu, yah .. walaupun sikap Yuna seperti itu namun Wendy yakin jika Yuna hanya butuh waktu untuk berdamai dengan keadaan.

______

TO BE CONTINUE...

|||

HII GUYS..
TERIMAKASIH KEPADA TEMAN - TEMAN YANG SUDAH MENYEMPATKAN WAKTUNYA UNTUK MAMPIR KE CERITA INI.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA.
AYO RAMAIKAN!!

TERIMAKASIH👐

MONEY OR LOVE ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang