Bab 18: Enchanted

151 31 99
                                    

SHAGA pulang dengan perasaan yang resah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SHAGA pulang dengan perasaan yang resah. Setiap waktunya, hari demi hari, dia memikirkan betapa jauhnya Jepang dari keberadaan Anila. Sedangkan, perasaannya makin berat. Makin sulit dikendalikan. Tapi, rencana melanjutkan kuliah di Jepang adalah sesuatu yang sudah lama Shaga persiapkan. Tidak mungkin dibatalkan. Dan, Anila hadir di tengah-tengah itu.

"Lagian siapa aku baginya?" gumam Shaga, pada dirinya sendiri.

Dia terkekeh merasa ini amat ironi. Untuk pertama kalinya, seorang gadis menakjubkan meruntuhkan dunia yang Shaga tahu, kemudian membangun dunia barunya. Beberapa kali—bahkan tak terhitung sejak menjadi penasehat jurnalistik—dia mengorbankan waktu belajarnya untuk mendengarkan gadis itu, untuk melihat senyumnya yang indah.

Shaga mengerjapkan matanya, dia menarik napas yang panjang. Mengapa urusan hati selalu lebih sulit dari soal-soal ujian yang kupelajari?

"Kenapa?"

Shaga hampir melompat karena terkejut. "Astaga, Paman."

Lelaki paruh baya itu tertawa. "Lagian, ngapaian di depan pintu melamun gitu. Pake acara menghela napas juga, lagi ada masalah ya?"

Shaga menggeleng. "Nggak ada apa-apa. Cuma capek aja."

"Apa karena permintaan buat jadi penasehat ekskul jurnalistik?" selidik sang paman.

"Nggak juga."

"Anila banyak merepotkan kamu, ya?" sang paman masih melanjutkan. "Memang dia anak yang sedikit banyak bicara dan berpendapat, tapi Anila tahu batasan. Dia juga cerdas jadi bisa belajar cepat."

Aku malah jatuh hati dengan kata-katanya yang menyihir itu, Paman.

"Karena itu, Paman merencanakan ini? Padahal sebagai pembina ekskul nggak boleh sewenang-wenang gini."

Pak Omar yang merupakan paman Shaga tersinggung. "Ini kan bukan hal yang buruk. Ini demi kebaikan. Lihat! Kalian berhasil berproses belajar bareng kan."

Shaga mengangguk-angguk berlagak mengerti.

"Kalau mau protes, dari kemarin dong. Padahal pas ditawari kamu antusias gitu," Pak Omar tertawa menggoda.

Shaga mengakui itu, dulu dia begitu tertarik pada Anila. Dan, sekarang bukan hanya sekadar tertarik. Bagaimana bisa dia tidak menyukai Anila? Bagaimana bisa gadis itu—yang paling menggemaskan, tidak menggetarkan hatinya? Shaga benar-benar diperdaya.

"Karena udah selesai urusan penasehat jurnalistiknya. Jadi, minggu ini kamu fokus saja ke ujian sekolah dan persiapan kuliah."

"Iya, Paman."

Shaga masuk kamarnya. Sejak ikut tinggal di keluarga pamannya, dia tak pernah membayangkan bahwa mereka telah menjadi keluarga barunya yang amat berharga. Ketika sang paman ingin menyekolahkannya di SMA favorit seperti kakak sepupunya—anak sang paman—Shaga menolak karena biayanya mahal. Meski sudah dibujuk oleh sang paman serta bibinya, dia tetap bersikeras.

Enchanted to Meet You (COMPLETED)Where stories live. Discover now