Bagian 54

73 7 0
                                    

Jari jemari lentik itu saling meremas tak tenang dipangkuan Grace. Matanya telah basah dan isakan demi isakan mulai terdengar saat menatap keluar jendela, suasana perkebunan teh dan kopi sangat gelap semakin membuat hatinya ketakutan tak ada keterangan lagi dari dua orang polisi itu selain hanya akan memastikan sebuah kecelakaan.

Mobil dinas polisi patroli itu mulai melambatkan laju saat menuju sebuah rumah sederhana ditengah persawahan. Lampu kecil dan temaram yang menerangi bangunan dari anyaman bambu itu. Seorang pria yang rambutnya sudah putih seluruhnya berjalan cepat membuka pagar kayu, dia membungkukkan badan memberi hormat lalu dua polisi turun kemudian membukakan pintu untuk Grace.

Kaki tertutup flatshoes itu gemetaran menapak ditanah, bahkan hampir terhayung. Sebuah lengan kekar dengan cepat menahan pinggang dan meraih tangan Grace. Aroma tubuh yang sangat dikenali wanita yang justru semakin terisak itu seolah membawa sebuah kenyataan pahit untuk Grace.

" Maaf sayang! Berjanjilah, ini terakhir kali kamu menangis" Suara berinton nan menyejukkan itu terdengar hanya seperti bisikan ditelinga Grace.

Dia menoleh memastikan bahwa semua itu bukan ilusinya. Sentuhan, dekapan, aroma dan bisikan itu nyata adanya. Suaminya baik-baik saja.

" Kai! Jahat banget sih, mau bikin aku mati ketakutan?! Nggak lucu dan sama sekali nggak romantis tau nggak!" Grace merancau memukuli dada Kai yang terkekeh dan tertawa puas.

Lelaki itu menangkap kedua tangan istrinya lalu memeluknya dengan erat. Memberikan kecupan dalam dan lama di kening Grace."Happy anniversary sayang" Ucapnya menunduk dan saling mendekatkan wajah.

Menyatukan segala rasa yang ada dalam hati keduanya melebur mengalahkan tangis yang semula mengoyak jiwa. Menjemput rindu yang menyiksa bahkan belum lama berjarak. Menghapus semua prasangka buruk yang sebelumnya bercokol dikepala, hanya menyisakan satu kata, lega. Dihati Grace.

" Ini bener-bener nggak lucu! Jangan lakuin ini lagi, aku bakal mati kalo nggak ada kamu Kai" Isaknya lagi memukul pelan lengan Kai yang hendak menggendongnya.

Malam indah ditengah sawah, ditemani suara alam, jauh dari bising perkotaan mereka lalui dengan canda tawa.

Tepat sebelum fajar menyingsing, Grace terbangun tangannya meraba kearah sampingnya, bibir ranum itu mengulas segaris senyuman. Sosoknya masih terlelap memunggunginya.

" Kai...bangun yuk?" Bisiknya lembut ditelinga sang suami.

" Mandi" Bisiknya lagi setelah mengecup bibir suaminya sekilas.

Senyum manis terbit dibibir Kai. Ia mengangguk menyambar piyama dan mengenakannya lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara sang istri yang juga telah beranjak gegas menuju ke dapur ia membiarkan suaminya mandi terlebih dahulu.

🎀🎀🎀

Siang ini Arven dan beberapa rekan kerjanya mendatangi sebuah toko bunga. Mereka berencana akan memesan karangan bunga untuk pembukaan cabang perusahaannya yang baru. Pria itu cukup terkejut saat mengetahui jika yang mengelola toko bunga itu adalah Meisya.

Sepanjang penjelasan yang dilakukan Meisya terkait bunga-bunga yang cocok untuk dijadikan rangkaian di karangan bunga, Arven terus memperhatikan mantan istrinya itu. Ingin rasanya Arven mendekat dan bertanya kabarnya tapi terlalu banyak orang didalam ruangan. Arven hanya bisa menahan keinginannya hingga rapat usai.

Senyum dan cara bicara yang lembut semakin membuat Arven terbuai akan masa lalu. Meisya-nya masihlah Meisya yang ia kenal dulu.

Rapat berjalan dengan lancar dan semua puas dengan hasilnya, pihak perusahaan Arven meminta karangan bunga dirangkai menggunakan bunga segar semua tanpa ada campuran bunga plastik.

TAKDIR CINTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang