19

7.8K 270 16
                                    

Di kamarnya, Aylin uring-uringan tidak jelas. Dia sendiri tidak tau kenapa, hatinya kesal luar biasa. Bukannya sedari awal dia tau, kalau pria yang dia nikahi adalah duda beranak dua, berani-beraninya Aylin mencoba menggeser posisi Ayra yang sudah bertahta lebih dulu di hati Adit. Apa tidak terlalu egois?

Setelah sadar akan kesalahannya, Aylin keluar kamar lagi. Menghampiri Adit yang masih merenung sendiri di ruang tamu.

"Mas, aku minta maaf, ya. Tadi aku terlalu kekanak-kanakan."

"Kamu nggak salah, Lin. Aku yang salah. Aku memang nggak pandai merayu wanita. Aku cuma pandai nyari duit aja." Adit memandang Aylin dengan ekspresi menyesal. "Maaf kalau jawaban aku nggak sesuai seperti yang kamu mau. Jujur aku juga bingung. Kamu dan Ayra sama-sama pentingnya. Posisi kita sangat sulit, Lin."

"Aku paham, Mas. Itu memang nggak mudah untuk Mas. Aku janji, besok-besok aku nggak akan bahas masalah ini lagi."

Adit merasa lega mendengar ucapan Aylin. Kepalanya seperti diguyur air es. Nyess sekali.

"Mas udah mau berusaha mencintai aku, aku udah bersyukur banget."

"Oh, iya, Lin. Soal Niko ... " Adit menjeda ucapannya. "Seperti kamu, aku juga berharap dicintai. Aku nggak mau ada orang ketiga. Tolong bereskan dulu urusan kamu dengan dia."

"Mas nggak usah khawatir. Aku nggak mungkin balikan sama dia." Aylin menjawab pelan, sambil melirik ke arah Tika di dapur.

Terus terang aku bingung, Mas. Aku cinta Niko, tapi mama benci dia. Niko penting, tapi Mama lebih penting. Aku nggak mau bikin Mama marah. Mama marah, maka Allah akan murka. Aku takut kena azab, takut masuk neraka. Aylin bicara dalam hati.

"Baiklah. Kalau semuanya sudah beres, aku akan segera mengabari mamaku. Supaya mempersiapkan pernikahan kita."

***

Di rumah Wanda ....

"Pokoknya Mama nggak ridho, Dit! Kamu hanya boleh menikah dengan pilihan Mama. Titik!" Wanda langsung murka ketika Adit minta restu padanya.

"Ma, tolong. Jangan mempersulit aku. Aku susah payah meyakinkan Aylin, tinggal restu dari Mama aja."

"Akan Mama carikan istri yang lebih layak. Jangan dari keluarga itu. Mama trauma."

"Tapi hanya Aylin yang mendapatkan amanah dari Ayra, Ma."

"Kali ini Mama nggak bisa tinggal diam, Dit. Kalau saja dulu kamu nurut sama pilihan Mama, pasti rumah tanggamu akan bahagia. Tapi apa? Kamu malah menikahi wanita penyakitan itu, anakmu masih kecil-kecil, istrimu sudah meninggal. Jangan mengulang sejarah, Dit. Kali ini kamu harus nurut sama Mama."

"Jangan seperti itu, Ma. Menyesali pernikahanku dan Ayra, sama saja Mama menyesali adanya Chika dan Kaesang."

"Dit, Mama hanya ingin yang terbaik untukmu ...."

"Makanya, Ma. Restui aku untuk menikahi Aylin. Tolong, Ma ...."

Akhirnya Wanda luluh juga, wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa kalau Adit sudah berkehendak.

"Baiklah, tapi Mama ada syarat. Setelah menikah, kalian harus tinggal dengan Mama."

***

"Lin, Mama mau ketemu."

Pesan Adit yang masuk ke ponselnya, membuat Aylin panik seketika.

"Ma, gimana ini?" Aylin menujukkan isi pesan Adit kepada Tika.

"Tenang saja, Lin. Mak lampir itu nggak bisa ngapa-ngapain kamu. Selama Adit membela kamu." Tika berusaha menenangkan Aylin.

Hubungan Tika dan Wanda memang kurang baik. Sejak dulu Tika tau, Wanda selalu saja menindas Ayra. Walau Ayra tidak mengatakan secara langsung, tapi sebagai seorang ibu, Tika tau kalau anaknya sedang tidak baik-baik saja. Wanda adalah seorang wanita kaya yang sombong, untung saja Adit tidak menuruni sifat jelek ibunya.

***

Adit mengantar Aylin untuk menemui Wanda di sebuah butik, sekalian fitting baju pengantin. Sebenarnya Wanda kurang antusias menyiapkan pernikahan Adit. Wanda masih berharap pernikahan ini masih bisa dibatalkan.

"Assalamualaikum, Ma." Aylin hendak mencium tangan Wanda dengan sopan. Belum sempat Aylin mencium tangannya, Wanda sudah menarik tangannya lebih dulu. Seolah sangat jijik.

"Jangan panggil saya Mama. Kamu belum jadi istrinya Adit. Segala kemungkinan bisa saja terjadi 'kan?" Wanda berbicara ketus. "Cepat pilih baju yang kamu suka. Saya sarankan yang paling mahal. Kasihan, kamu pasti nggak pernah pakai baju mahal."

Mendengar ucapan pedas Wanda, Aylin hanya bisa menahan air matanya.

Ternyata seperti ingin perlakuan yang diterima kak Ayra. Selama ini aku hanya melihat kak Ayra dari luar, ku kira hidup kak Ayra sempurna dan bahagia, punya suami kaya, anak lucu ... ternyata salah.

"Pacar kamu yang atlit itu, kemana dia sekarang?"

Aylin kaget mendengar pertanyaan Wanda. Kenapa wanita ini bisa tau?

"Saya nggak mau sembarang orang yang tidak jelas bebet bobotnya masuk dalam keluarga saya! Saya bukan orang bodoh. Tentu saja saya menyelidiki kamu terlebih dahulu."

"Kami sudah putus, Tante. Beberapa Minggu yang lalu." Aylin menjawab pelan.

"Baru beberapa Minggu putus, sudah terima lamaran Adit? Memang kesempatan baik nggak boleh dilewatkan begitu saja. Kapan lagi ada pria kaya yang melamar kamu. Sepertinya keluarga kalian belum puas menguras harta anak saya. Begitu 'kan?" Wanda sengaja menyindir.

Aylin diam, kalau boleh jujur, ingin sekali Aylin berteriak di depan muka Wanda. Mengatakan kalau ia terpaksa menikah dengan Adit, karena paksaan mamanya yang mengancam mogok makan.

"Saya harap kamu masih perawan. Nggak mungkin 'kan orang pacaran selama itu nggak ngapa-ngapain? Kasian Adit kalau dapat barang bekas."

Kali ini Aylin tidak bisa bersabar lagi. Dengan menahan Amarah dan tangan bergetar, Aylin menjawab ucapan Wanda.

"Tante. Saya tau, saya bukanlah menantu yang Tante harapkan. Kalau Tante bisa, coba Tante bujuk saja mas Adit untuk membatalkan pernikahan ini."

"Kamu menantang saya?"

"Saya tidak bermaksud seperti itu. Tapi Tante sudah sangat keterlaluan menghina keluarga saya. Kami memang miskin, tapi kami punya harga diri."

"Harga diri? Harga diri kamu tidak berarti di depan saya. Kalau kamu memang masih punya harga diri, tinggalkan Adit. Kamu tidak pantas menjadi bagian dari keluarga saya. Saya nggak menerima menantu penyakitan. Bisa saja penyakit Ayra adalah penyakit turunan. Kamu sebut saja, berapa yang kamu minta sebagai imbalan untuk meninggalkan Adit. Akan saya transfer." Wanda berbicara dengan angkuh.

"Tante tidak perlu repot-repot keluar uang. Daripada menekan saya, lebih baik Tante menasehati anak Tante saja. Larang dia supaya jangan menemui saya lagi. Itupun kalau dia mau dengerin Tante." Aylin pergi dari hadapan Wanda.

"Dasar wanita ular! Jangan harap kamu bisa menjadi menantu saya. Najis!" Wanda meludah dengan jijik.

***

Kira-kira seperti ini wujud wanita ularnya 🤧 Pai suchen ...

Kira-kira seperti ini wujud wanita ularnya 🤧 Pai suchen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Menikah Dengan Kakak IparWhere stories live. Discover now