17.

5.4K 1K 51
                                    


Masih ada penghuninya ey?

wkwkwk.. Masih nunggu ga?

Nih deh tak kasih buat menutupi kerinduan..

Chapter 17 'Anak angkat' dengan 600 kata untuk kalian.. kakwkwkwkw

mumpung ada hp nganggur ye kan .


















"Belajar yang benar, Jangan bolos, dengarkan guru dan jangan jajan sembarangan." 

Andra sedikit jengah, tetapi dia tak mungkin menjawab ucapan kesekian kali abangnya. Sungguh, dia baru tau jika abangnya itu se cerewet ini. 

Sejak tadi Erkan tak berhenti mewanti-wanti Andra. Memberinya wejangan sampai di depan gerbang sekolah. Bagaimana mungkin dia tidak jengah. Abangnya seperti ibu-ibu.

Erkan hanya terbiasa mengucapkan seperti itu persis apa yang dilakukan oleh ibunya di kehidupan lamanya. 

Ibunya selalu memberinya wejangan setiap kali dia pergi kemanapun. Perhatian kecil yang memiliki pengaruh besar ini sering kali disepelekan oleh sebagian orang. 

Alhasil ketika takdir berbicara, Dentum jam berdetik setiap saat ketika waktu terus berjalan, Menghilangkan sosok pemberi perhatian, memberikan pukulan telak serta penyesalan pada si acuh.

Seperti halnya Erkan, dulu saja dia selalu acuh dan terkadang lelah serta muak ketika ibunya tak berhenti mewanti-wantinya. Lalu sekarang, ketika dia jauh ... Tersisa kerinduan tak bisa dijabarkan kepada wanita yang telah melahirkannya. 

"Udah masuk sana!" Usir Erkan. 

"Iya bang, aku masuk dulu." 

Erkan memandangi Andra yang melangkah masuk kedalam. Matanya bergulir pada luasnya bangunan yang berada didalam. 

Kalau tidak salah ingat di dalam sana terdapat Sekolah menengah pertama dan atas. 

Sekolah dengan nama Alexandra High School itu merupakan tempat dimana latar Scene terbanyak dicerita  'My Story'. 

"Vier kan 14 tahun ... dia SMP kan?" 

Erkan mundur dua langkah untuk bersandar pada mobil. Memasukkan tangan kedalam kantong celana dan mendongak menatap hamparan lautan biru diatas. 

Erkan mengalami dilema. Entah berapa lama waktu yang dia habiskan didunia antah berantah ini. Erkan merindukan orang tuanya. Rindu bercengkrama bersama, Omelan ibunya, Cerita ayahnya yang tak selesai-selesai, lalu adik rewelnya. 

Dia terlalu sibuk dengan dunianya saat ini hingga lupa pada keluarganya. Semakin dipikir, Erkan merasakan perasaan rindu yang mendalam. Kenangan tercipta dalam benak, Memori-memori kebersamaan yang tak bisa dia lupakan. 

Tak terasa air mata sudah berada di ujung pelupuk mata. Erkan lekas masuk kedalam mobil. 

"Jika bisa, aku ingin kembali. Aku rindu bu. Ayah, Gimana kabar disana? Ibu sehat kan? Vanya masih suka bandel ga?" 


Tok

Tok

Erkan segera menghapus air matanya ketika kaca mobil di ketuk. Dia segera membuka ketika tau siapa gerangan.

"Hey, Vier." 

"Hey abang ..." Vier tersenyum sumringah membalas sapaan Erkan.

"Semangat sekali," ujar Erkan kemudian terkekeh. Dia mengusak rambut Vier. 

"Iya, Karena kata guru, hari ini aku bakal di pindahin ke kelas yang lebih tinggi," jelas Vier antusias. 

"Oh iya? Hebat dong. Itu artinya kamu terlalu pintar jika duduk di kelas SMP." 

Kerinduan Erkan pada Vanya teralihkan ketika melihat senyum Vier. Pemuda itu bersyukur karena kehadiran Vier. Meski Andra merupakan adik 'Bian'. Tetapi karena sikap awal Andra, Erkan sedikit menyayangi Vier daripada Andra.

Sikap Andra membuat Erkan memantapkan hati untuk membentengi dirinya. Hinaan Andra berhasil melunturkan banyak kasih sayang 'Bian' pada Andra. 

Sejatinya 'Erkan' yang tak pernah kekurangan kasih sayang serta tidak pernah mendapatkan hinaan dari keluarga sendiri, sedikit terkena mental karena hinaan Andra.

Menjadi sebab juga mengapa Andra berkata, Jika melelahkan menjadi seseorang yang di benci, terlebih oleh keluarga sendiri. 

"Bang?" 

"Abang Bian!!" Vier sedikit berteriak. Dia memanggil Erkan yang melamun. 

Xavier sadar jika abangnya itu habis menangis. Tetapi memilih untuk tidak bertanya. Lalu sekarang, abangnya melamun dan terlihat banyak pikiran. 

Ingin sekali Vier bertanya, Namun tidak ingin terlihat dewasa di depan 'Abang' nya. Tidak ingin mendominasi dan akhirnya tak akan di perlakukan dengan manja serta begitu perhatian. 

"Ya?" Erkan sadar dari lamunan, lalu menatap wajah cemberut Vier. 

"Itu kenapa mulutnya manyun gitu?" tanyanya mencolek hidung Vier. 

"Abang sih Vier panggil ga nyaut. Abang kenapa bengong?" 

"Tidak papa, Hanya saja abang pikir, badan kamu akhir-akhir ini kenapa menjadi lebih tinggi dan berotot?" 

"Iyakah? Vier memulai olahraga sehat abang. Supaya nanti Vier bisa jaga diri kalo seumpama Vier di bully." 

"Pintarnya adik abang!!" 

"Abang jangan di usak terus ih!!" Vier melepaskan tangan Erkan dari kepalanya. Mendelik sebal kearah Erkan. 

"Hahahaha.." Erkan tertawa melihat kelucuan Vier. 





Lanjut lagi nanti akakakakakakak...








Anak AngkatWhere stories live. Discover now