Kopi, Cinta, dan Kenyataan

10 1 0
                                    

"woee sialan...cintaku habis karenamu"
"bagaimana caranya aku mencita lagii, sebab semua cintaku dibawa lari olehmu"
"ahh dasarr tak tau dirii !!"
"siniii kembalikan cintaku,seperti dulu, sebelum semua berakhir"

gumamku kala itu...

Tak peduli sejauh apa aku berlari, seasing apa aku mengenalmu, seberat apa pun aku mencoba untuk tak mengingat. Cihh... ternyata aku tak lebih dari seorang pecundang, lari dari kenyataan yang selalu hadir di belakangku. Aku merasa sudah pergi jauh darinya. Pernah aku berpura-pura seolah itu hanya hembusan angin yang kebetulan lewat begitu saja. Pasti tak apa... kata hatiku begitu yakin.

Aku pernah mencoba membuka mata untuk melakukan satu langkah meninggalkan kenyataan itu. Dengan membusungkan dada, aku berjalan menertawakan kenyataan itu. 

'Lihatlah... aku berhasil menjauh darimu, takdir sialan! Hahaha.' 

Di dalam hatiku yang tak bisa dibohongi, rasa itu tak akan hilang. Ku sandingkannya dengan secangkir kopi. Kepulan uap yang menari di atasnya selalu membuatku tenang. Meski kopi itu pahit, uap tak peduli. Ia akan menari di atasnya, menemani sampai kopi itu dingin. Heiii... uap saja bisa berdamai dengan kenyataan bahwa kopi itu pahit. Mengapa kau lari dari kenyataan yang sedang kau alami?

Aku menjauh sejauh-jauhnya, lari sekencang-kencangnya, menolak semua kenyataan. Aku tak bisa melupakanmu. Jika cinta ini hanya untukmu, biarkanlah rasa ini melekat sampai batas yang tak aku mengerti, mungkin akan kubawa sampai bertambahnya nafas dan waktu. Sekarang tak apa, aku tak akan lari lagi. Akan kujadikan rasa ini teman yang selalu menemaniku. Aku akan berdiri bersama rasa itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

puisi cinta || secercah cahaya diksi Where stories live. Discover now