Chapter 23

7 2 0
                                    

Chapter ini agak membosankan menurut author :\

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter ini agak membosankan menurut author :\

·˚𓆉 ༘₊·

"Gina.."

Gadis kecil itu pun kini menoleh pada sepupunya yang tengah berlari ke arahnya dengan langkah guntai.

"Kenapa kamu pergi..? Ayo main denganku.." pintanya lalu menghentikan ayunan kakinya.

"Regina..?" Panggilnya lagi kala sepupunya itu melengos pergi begitu saja.

"Jangan ikuti aku..!" Gerutu gadis kecil yang disebut Regina itu.

"Tapi.. bukankah kita selalu bersama?" Tukasnya membuat Regina berbalik.

"Kita sudah seperti kembar.. kau bahkan lahir dua jam sebelum aku.." jelasnya dengan wajah yang penuh harap.

Tanpa diduga, Regina mendorong tubuh mungil sepupunya itu hingga terjatuh ke tanah tanpa ada rasa iba sedikitpun.

Bodoh jika ia tak tahu, bahwa itu adalah satu perbuatan yang akan mengubah cara pandang gadis kecil tersebut pada dunia.

"Dengar ini, Irriega..! Aku punya teman! Dan aku bosan denganmu..!" Ungkap Regina tanpa basa-basi.

"Kau itu terlalu berisik, pergilah..! Bahkan jika kamu memohon di depan kakiku, aku tidak akan pernah meminta maaf..!" Lalu ia pun berbalik, meninggalkan Irriega yang masih termenung ditelan keheningan.

"Pantas saja kau tidak punya teman! Aku juga tidak heran kalau ibumu membencimu..!" Hina gadis itu tanpa disaring sedikitpun.

Irriega tertegun sejenak, tak lagi mempedulikan sepupunya yang menjauh pergi dari tempat itu.

Ada istilah yang mengatakan bahwa "seorang ibu membesarkan putrinya, dan seorang ibu mencintai putranya"

Rupanya istilah tersebut benar-benar terjadi padanya.

Irriega menatap jari-jari kaki mungilnya yang hancur karena dipaksa untuk belajar menari.

Menatap pinggangnya yang terbalut pita ketat hingga membuat napasnya sesak.

Rambutnya yang bergelombang karena diikat dengan kuat sebelum tidur.

Semua itu demi sang ibu.

Sang ibu yang sama sekali tak peduli dengan rasa sakit yang ia rasakan.

Berbeda dengan Kye, ketika luka menggores di kulit adiknya sang ibu segera mengobati dengan penuh kasih sayang.

𝙵𝙾𝚁𝙴𝚂𝚃 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang