Clara tiba di Jogja ia menyimpan semua barang barang nya di rumah neneknya setelah itu ia mengeluarkan mobil hitam pekat lalu ia menyetir mobil tersebut yang entah akan kemana mobil hitam pun melaju sedang,mobil milik nenek nya itu baru saja berhenti di bawah rumah pohon yang sangat besar menjulang tinggi dan ada danau udaranya sangat sejuk tentunya yang sangat indah gadis itu duduk di dekat pohon besar dekat danau.
Keadaan Clara sangat kacau, mata sembab, pikiran nya berantakan dan dia masih terus meneteskan air mata sampai detik ini.
"Sakit banget, Wil." Clara bersuara seraya menatap handphone nya menampilkan foto William.
"Gue harus apa sekarang, Wil?" Clara menunduk sedih. "Apa gunanya gue hidup kalo gak ada lo Wil?".ucap Clara sambil tersenyum melamun.
"Ekhm!" Dehem seorang pria memakai baju jersey yang saat ini sudah berdiri di sampingnya dengan pandangan mata yang mengikuti arah pandang gadis di sebelahnya itu.
"Hei?" panggil pria itu lagi sambil menggerakkan tangannya di depan wajah gadis tersebut.
"Apa kabar Clara?" sapa pria tersebut setelah gadis disampingnya itu mulai sadar akan kehadirannya sambil memperlihatkan senyuman manis miliknya.
"Wil-William?" kaget gadis tersebut dengan bola mata yang sudah membulat sempurna.
"Kok ngelamun sih?" tanya pria tersebut sambil menggerakkan tangannya seperti semula.
"I-ini b-beneran k-kamu k-kan Wil?" tanya gadis tersebut dengan suara yang terbata-bata.
"Seperti yang kamu lihat Clara," sahut pria tersebut sambil terkekeh pelan.
"Kok sedih baik - baik ajakan kamu?" tanya pria tersebut sambil menaikan sebelah alisnya ke arah gadis didepannya itu.
"B-baik." sahut gadis tersebut sambil tersenyum simpul.
"Lagi ngapain kok di sini sendirian?" tanya pria tersebut sambil menyelipkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik gadis didepannya itu.
"Lagi nungguin kamu kembali." jawab gadis itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca membuat ia sadar dari lamunan nya.
"William!"teriak Clara sambil mengacak rambut nya.
Pandangan Clara terkunci pada rumah pohon yang sangat tinggi yang berada di samping sana. Clara mulai membayangkan bagaimana dirinya jika jatuh dari rumah pohon yang tinggi tersebut. Mungkin ia akan mati dengan tubuh terpencar bersimbah darah. Pikiran gadis itu sangat kacau balau, Clara melangkah ke rumah itu hendak melakukan hal yang sempat ia bayangkan dirinya berniat ingin mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari rumah pohon tersebut.
Tak membutuhkan waktu lama, Clara sudah berada di atas rumah pohon itu yang tanpa ada pagar sekalipun.Dengan langkah putus asa,Clara berjalan menuju pembatas rumah pohon.Ketika ia sudah berada diujung sisi rumah pohon itu, ia lantas memandang area bawah rumah pohon yang sangat tinggi.
"Wil tenang ya aku bakal susul kamu Wil."ucap Clara.
BRAKK!
Gadis itu terjatuh. Tidak, bukan jatuh kebawah rumah pohon itu, melainkan jatuh ke pelukan lelaki asing yang berhasil menangkapnya sebelum ia benar- benar menjatuhkan diri kebawah. Clara terdiam dalam posisinya yang menimpa badan laki-laki yang baru saja menyelamatkannya dari kebodohannya sendiri.Clara tersadar dan segera bangkit. la sedikit terkejut lalu menoleh menatap kearah lelaki itu.
"Kenapa lo nyelamatin gue ?!William udah nunggu gue!" tanya Clara ia tidak bisa melanjutkan perkataannya kala lelaki asing itu memeluknya.
Pelukan itu berhasil membuat pikiran Clara sedikit lebih tenang. Suara isakkan tangis keluar begitu saja kala pundaknya ditepuk-tepuk dengan lembut oleh lelaki itu.
"Bunuh diri itu gak bikin permasalahan selesai kan?" Ucap lelaki tersebut dengan nada bicara yang lembut. Gadis itu hanya diam tak berminat menjawab.
"Bunuh diri itu perbuatan yang salah, Tuhan benci itu."kata cowok itu.
Clara masih tak menjawab, ia hanya termenung mendengar penuturan lelaki itu.
"Gue harus pulang,"ucap Clara yang langsung berjalan ke arah mobilnya.
Setelah jam menunjukkan pukul empat sore, baru Clara pulang ke rumah sang nenek dengan keadaan wajah yang lebih sumringah lalu gadis itu memarkikan mobil neneknya.
"Nenek."panggil Clara.
Wanita paruh baya itu menoleh dan mendapati cucunya pulang, ia langsung bangkit dan membawa Clara untuk ikut duduk di sana.
"Ra, lihat! Kamu inget kan sama Bagas yang rumah nya sebelahan inget gk?" Tanya Rima, sang nenek.
Clara mengalihkan pandangannya ke arah pemuda yang duduk di seberangnya, matanya membulat sempurna,sosok itu adalah Bagas yang ia temui di taman dia bisa secepat itu sampe di rumah neneknya.
"Dia datang ke sini mau ketemu sama kamu, Ra. Inget kan? Dia temen kecil kamu." Ucap Rima.
Clara yang masih terkejut hanya bisa diam, tidak tahu harus berekspresi seperti apa. Cowok di depannya terlalu kaku dan wajahnya begitu dingin. la jadi segan untuk menyapa lebih dulu.
"Clara gak inget nek,Clara ke kamar dulu ya,"ucap Clara yang langsung menaki tangga nya dan langsung masuk ke kamarnya.
Clara melemparkan tas ke sofa kecil yang ada di kamarnya lalu ia berjalan ke arah balkon gadis itu berdiri di balkon kamarnya menikmati segarnya terpaan angin malam sambil melihat sebuah foto yang kini tengah ia genggam, bingkai yang menunjukkan foto dirinya dengan William.
"Clara!"sapa Anindya yang baru saja memasuki kamar gadis itu.
"Ya ampun Anin,kangen banget."ucap Clara sambil memeluk sepupu nya itu.
"Ternyata kita jadi juga ya kuliah bareng,"ucap Anin antusias.
"Iya nih kayanya bakal seru banget."kata Clara.
"Masih inget kan Bagas gak Ra temen kecil kita itu loh,"kata Anin dan Clara hanya menggelengkan kepalanya yang artinya tidak tahu.
"Ini Anin,lalu ini Clara tinggi banget ya,terus ada Kak Karel,dan ini Bagas."ucap Anin memperlihatkan fotonya ke Clara.
"Oh ini Bagas sampe lupa gue."kata Clara."Kalau gitu gue ke bawah dulu ya kalau ada apa apa kabarin aja,"ucap Anindya yang keluar dari kamar Clara.
Jangan lupa untuk vote dan komen ya guys
KAMU SEDANG MEMBACA
WILASKAR {HIATUS}
Teen FictionWilliam Askara Putra Raymond seorang ketua WILASKAR sangat tampan,cerdas, mandiri,yang khas dari dirinya adalah ia suka memakai dasi di lehernya,dia juga sangat dingin,cowok itu jangan sangat mandiri tidak pernah tergantung kepada orang lain tapi d...