Chapter 20

52 6 0
                                    

1 bulan kemudian...

Hari ini merupakan hari dimana aku akan menggalas pangkat sebagai CEO Al-Hendra Legacy Gallery. Aku semakin gugup ketika nama aku dipanggil untuk naik ke pentas. Qhaleef di sisiku cuba menenangkan aku, tanganku diusap lembut.

"Its okay, you'll be fine." Qhaleef mencium dahiku untuk memberi semangat. Setelah itu, dengan yakin aku naik ke atas pentas untuk memberi sedikit pengenalan untuk diri aku. Hampir 15 minit juga aku bercerita di atas pentas itu, tetamu yang datang juga kadang-kadang tertawa mendengar telatahku. Setelah itu, tepukan gemuruh yang diberikan untuk aku terdengar. Aku menundukkan tubuh sedikit sebelum kembali semula ke arah Qhaleef yang sedang tersenyum bangga denganku.

"You did a great job again darling, im proud of you." Pipi kanannya dicium. Qhaleef merangkul pinggangku.

"I know." Balasku, Qhaleef terus tersenyum. Kami berlalu untuk menjamu selera pula, tetamu juga beransur ke dining table.

"Hello little girl." Kepala terus tertoleh ke arah pemilik suara itu. Eqriel. Aku tersenyum palsu ke arahnya.

"Happy to see you here, buat apa dekat sini? I rasa I tak jemput you." Tuturku, sebelah tangannya dimasukkan ke dalam poket.

"Saya yang jemput." Aku menoleh ke arah Qhaleef yang berada beberapa jarak dariku, dia melangkah mendekati kami berdua.

"Sorry? Can you say it loud again?" Aku menyuruh Qhaleef mengulang semula percakapannya tadi.

"Saya yang jemput dia, sayang." Perkataan sayang ditekankan. Aku merenung tajam Qhaleef, tidak berpuas hati dengan tindakannya itu.

"You look stunning Evara." Aku tertawa pendek.

"By the way, congratulations. You so lucky that you can holds Al-Hendra Legacy Gallery even you not a part of them." Tutur Eqriel bernada sinis. Aku tertawa kecil.

"But you'll be much luckier if you belongs to me." Tawaku terus mati. Mata mencerlung tajam ke arahnya.

"Don't play around Eqriel, I hate your stupid jokes." Balas Qhaleef, tanganku ditarik untuk berlindung di belakang tubuhnya.

"Aik? Sembunyi pula? Sampai bila dia akan berada di bawah perlindungan kau Qhaleef? Kau pasti kau akan selamanya ada dengan dia?" Pandangannya masih belum beralih dari diriku. Dia tersenyum misteri. Aku mara ke hadapan dengan angkuh.

"Im not intrested with people like you, so back off man. You're not worth it after all." Tuturku angkuh. Eqriel tersenyum sinis merenungku.

"Well well, you tak kenal I lagi Evara. Once you kenal I, you sendiri yang akan merangkak-rangkak nak kan I." Aku terdecik kecil, geli hati dengan tingkah overconfidentnya.

"Okay, now kita tengok je dulu yang tengah merangkak-rangkak nak kan I." Eqriel menapak mendekati aku namun Qhaleef pantas menolak tubuhnya menjauhi aku, dia berdiri di antara kami. Mata tajam mencerlung ke arah Eqriel.

"Get away from my wife or I'll break and burn your bones into ashes." Qhaleef menarik tanganku untuk beredar dari situ. Aku mengikut langkahnya, bergaya juga suami aku kalau sedang marah ya? hot dan sexy begitu.

"Are you okay sayang?" Soal Qhaleef dengan riak khawatir, aku masih santai mengunyah jeruk mangga yang entah dari mana Emir dapat.

"Kenapa tidak?" Soalku selamba, Qhaleef merenung dalam anak mataku, spontan bibirnya tersenyum. Ibu jarinya mengusap tepi bibirku, barangkali comot. Aku mengendahkan perbuatannya dan sambung menyuap jeruk mangga lagi, dan lagi.

Tiba-tiba Hazrul mengambil tempat duduk di sebelah aku. Aku dan Qhaleef terus menjelingnya tajam. Dengan selamba dia mengambil jeruk mangga aku. Weh, jeruk mangga aku tu!  Aku mendengus kasar, bersedia untuk memakinya namun Qhaleef menyentuh tanganku, dia menggelengkan kepalanya.

Evara Myrlana | OgWhere stories live. Discover now