H-135 [a]

36 5 0
                                    

Nuansa biru muda melingkupinya setiap Leon mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan milik teman sekelasnya ini. Jam dinding, kursi belajar, stiker-stiker yang dipasang di sekeliling cermin besar nyaris seukuran tinggi badan. Seluruhnya berwarna biru muda. Leon jadi berpikir jangan-jangan Pradipta berminat untuk masuk ke sekolah mereka saat ini karena sebagian besar gedungnya berwarna biru.

Hari ini kegiatan belajar mengajar diakhiri lebih awal dari semestinya. Dengar-dengar para guru sedang disibukkan dengan urusan administrasi—kamu tahu, pembukuan atau apalah, Leon pun tidak begitu paham. Padahal katanya kini sudah banyak aplikasi berbasis mobile yang juga harus dipasang untuk 'mempermudah'. Lalu untuk apa semua itu jika pada akhirnya guru juga harus mengurusnya secara tradisional, em, manual?

Leon rasanya tidak ingin pulang cepat-cepat. Sion ada di rumah, bukan berarti ia segitu ingin menghindarinya. Hanya saja kalau bisa menunda-nunda kepulangannya, kenapa tidak? Maka dari itu, Leon mendadak merengek pada Pradipta agar diizinkan mengungsi sebentar ke rumahnya. Jadilah kini ia membaca manga dengan tenang di karpet putih bercorak zig zag biru tua milik kamar Pradipta. Tanpa Tristan dan Melvin yang tadi terlihat terburu-buru bertolak dari tempat duduknya begitu pelajaran terakhir selesai.

"Main, yuk, sekelas!" celetuk Pradipta sekonyong-konyong. Saat ini dirinya sedang membongkar isi tas untuk dicek pekerjaan rumahnya dan dikembalikan ke rak meja belajar. Ugh, masih terlalu siang untuk standar Leon

"Hmm," Leon masih di posisi tengkurap seraya sibuk membolak-balik halaman demi halaman manga yang baru saja dibelinya. Omong-omong, judulnya ialah 'Bocchi the Rock!'.

"Mumpung belum ribet sama ujian, kapan lagi kalo bukan sekarang-sekarang ini?"

Masuk akal. Rentetan ujian sekolah, ujian praktik, bahkan ujian masuk universitas rasanya sudah mengantri menunggu gilirannya dipanggil. Pradipta sontak teringat kelas mereka sama sekali belum pernah melakukan kegiatan rekreasi bersama.

"Iya, sih. Mana cuma sekelas setahun," akhirnya Leon memahami concern miliknya itu.

"Ke mana, ya? Yang seru buat ramean," si ketua kelas itu meraih smartphone-nya yang tergolek di atas ranjang dan mulai membuka aplikasi peramban. "Nggak menerima usulan event wibu dan semacamnya," lanjutnya penuh penekan mengingat siapa yang sedang ia ajak bicara.

"NGGAK, LAH!" rasanya Leon ingin melempar lelaki di depannya itu dengan manga jika saja ini bukan edisi terbaru. "Amusement park, sih, paling umum."

"Boleh, boleh. Toh ada juga di kota kita, nggak usah jauh-jauh berangkatnya."

Pradipta masih terus menyelami hasil pencariannya terkait 'tempat apa yang cocok untuk dikunjungi bersama teman sekelas' yang tentu saja sekaligus berjarak cukup dekat dan mudah diakses dengan transportasi umum. Sesekali ia mencatat hasilnya pada notebook yang sempat diambil dari tas ranselnya.

Konsentrasinya harus terpecah ketika Leon begerak dengan heboh dalam hitungan detik.

"Gue mau minta saran tapi please lo biasa aja nanggepinnya," Leon menaruh manga yang dia pegang di atas karpet. Posisinya berubah menjadi bersimpuh dengan lengan menjulur, memegang lutut.

"Seru, nih, kayaknya," balas Pradipta tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Nggak jadi, deh. Nanti lo bilang ke Tristan sama Melvin pasti."

Leon mengangkat tangannya hingga kedua telapak tangannya hingga menutupi seluruh bagian wajahnya. Si lawan bicara jadi berpikir ada yang salah darinya sebab tiba-tiba bertingkah laku layaknya tokoh-tokoh gadis remaja di tayangan anime. Atau justru ini sosok Leon yang sebenarnya?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 26 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

全力少年 All Out Boy; boys planet 02zWhere stories live. Discover now