(MfSk) Hujan dan dia yang menanti kematian

28 4 0
                                    

Hari itu hujan mengguyur dunia. Kau duduk meringkuk dibawah pohon dengan mata sembab usai menangis. Lebatnya dedaunan melindungimu dari tetesan hujan yang membasahi bumi, namun tak bisa menghalau dingin yang merasuki hingga tulang.


Kau gemetar ringan.

“MAFU!!!”

Mengangkat kepala bermahkotakan surai putih yang sebelumnya kau benamkan dilipatan tanganmu, manikmu samar-samar menangkap sekelebat merah dikejauhan.

Siapa…?

Siapa itu?

“MAFUMAFU!!!!”

Siapa orang yang menuju kearahmu itu? Kau bahkan tak bisa melihatnya dengan jelas.

Anak laki-laki dengan surai merah dan manik serupa milikmu berlari menghampirimu. Menembus lebatnya hujan yang mengguyur dunia, ia bahkan tak peduli untuk sekedar menggunakan payung. Pipinya yang bulat memerah dan ia nampak berusaha keras menahan tangis.

Oh.

Rupanya itu Sakata, sahabat baikmu, satu-satunya orang baik dihidupmu dan juga cahayamu. Kau merasakan kebahagiaan yang membuncah saat melihatnya menemuimu, namun kau tak merespon dengan antusias kedatangannya.

Lebih tepatnya kau tak bisa.

Karena seharusnya dia tidak datang menemuimu. Jangan sekarang, karena kau berharap dia akan datang nanti.

“Mafu, kenapa diam saja?!”

Kau menatapnya, tersenyum hampa, lantas bertanya dengan kepala yang dimiringkan.

Suaramu serak dan hampir tak keluar, tapi kau tetap berusaha melantunkan tanya. “Sakatan…? Apa yang kau lakukan disini? Kau basah kuyup-“

“Bodoh!” ia memotong ucapanmu bahkan sebelum kau selesai mengutarakan kalimatmu.

Kau menatapnya bingung.

Anak itu, Sakata, memegangi kedua bahumu dan mengguncangmu dengan marah.

“Kau! Kau itu sebenarnya sedang apa disini! Kau bisa sakit!!” amuknya, “Mau apa kau duduk seperti orang bodoh disini, huh?!”

Kau tak merespon dan membiarkan saja genggamannya yang kuat dibahumu.

Itu bahkan tidak terasa.

Dingin. Dingin.

Apa kau sudah mati rasa?

“Jawab aku, Mafu!!!!”

Kau tersenyum, sama sekali tidak menghiraukan bahumu yang diremasnya kuat.

“Mau aku sakit atau mati sekalipun, tidak akan ada yang peduli.”

“Mafu… Apa yang kau bicarakan…  Aku peduli, aku sangat peduli padamu…” wajahnya nampak syok, namun kau tidak ada niatan untuk menghiburnya dengan kalimat berlapis gula seperti yang sering kali kau lantunkan untuknya dikala sedih.

“…”

“Jangan mati, teruslah hidup. Kan dulu aku sudah pernah bilang padamu, jika kau tidak punya tujuan, maka hiduplah untukku. Ingat, masih ada aku yang peduli padamu. Aku menyayangimu, Mafu jadi tolong… jangan lakukan ini. Kau membuatku ikut sakit…” ia terisak.

Kau menatap bahu yang bergetar oleh isak itu, menimbang-nimbang apakah kau harus memberi sahabatmu itu penghiburan atau tidak.

Tapi mungkin, ini yang terakhir.

“Sakatan, terima kasih…”

Memeluknya, kau hanya bisa merasakan dingin yang tak berkesudahan.

“Tapi kau sudah tidak ada, jadi aku juga tidak punya alasan lagi untuk hidup…”

Ah, kau jadi sangat rindu pada kehangatan yang kau rasakan setiap kali kau berpelukan dengan sahabatmu. Kehangatan yang membuat candu hingga kau terus menerus menginginkannya. Kehangatan yang tak akan pernah bisa kau rasakan lagi.

Ada hening yang panjang disana.

Kau melepaskan pelukan itu lebih dulu, dan wajah kuyumu berhadapan dengan wajahnya yang kini pucat tanpa warna.

“Aku…”

Manik merah serupa milikmu masih membelalak, nampak begitu kaget, sebelum kemudian perlahan  kembali dipenuhi oleh airmata.

“Sakatan, jangan menangis… Aku tidak apa-apa…”

Kau mengusap airmata itu sebelum jatuh dan menetes, lantas menangkup pipinya dan menyatukan dahi kalian.

Tidak ada kehangatan disana, tapi kau tetap merasakan percikan kebahagian jauh didalam hatimu.

“Maafkan aku… Maafkan aku… Mafu, semua ini salahku…”

“Tidak apa, Sakatan. Tidak apa-apa... Lagipula aku juga sudah lelah.”

Kamu tersenyum lebar, dan tak ada lagi yang berkata-kata setelahnya.

Hari masih hujan.

Dan kau duduk diam disana, berdua dengan sahabatmu yang terus menangis penuh penyesalan, tersenyum hampa menanti kematian.

.

A/N: Hai. Apa kabar? Saya harap kalian sehat selalu ya. Semoga menghibur^^

Utaite OneshotsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora