(Senra) Hanahaki Disease

242 24 72
                                    

Mungkin tidak ada yang menyangka, kalau Senra nyatanya adalah manusia yang terlampau baik sampai-sampai rela menyakiti dirinya untuk orang lain.

.

"Senra, aku mencintai Shoose. Tolong bantu aku untuk menyatakan perasaanku padanya."

Itu adalah permintaan Luz beberapa bulan lalu saat mereka pergi minum berdua. Dan Senra tentu saja terkejut mendengarnya.

"...A-apa...?"

"Aku mencintai Shoose. Tolong bantu aku menyatakan perasaanku padanya." Ulangnya dengan raut penuh harap.

Ketika ia mendengar penuturan Luz, ia mendengar ada bunyi sesuatu yang retak didalam dirinya namun memilih untuk diam saja.

"Senra? Apa kau mau menolongku?"

Senra tidak menjawab apa-apa, namun anggukan dengan senyum tipis setelahnya sudah cukup membuat Luz paham bahwa si pirang mengiyakan permintaannya.

"Terima kasih, Senra. Kau benar-benar teman yang baik." Katanya senang sambil memeluk Senra.

"Tentu saja."

Hari itu, Senra menyadari bahwa ia sudah kalah bahkan sebelum mulai berperang.

.

Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Luz, Senra tengah sibuk mempersiapkan singing streamnya saat tiba-tiba ia terbatuk dengan keras.

"Uhuk!!! uhukk!!!! A-apa yang terjadi padaku? Uhuk!!!" Gumamnya sambil menutup mulutnya dengan tangan.

"A-apakah flu? Uhuk! Uhuk!!!!"

Batuk itu kembali berlanjut, dan Senra menemukan sesuatu yang membuatnya terkejut setengah mati saat ia melirik telapak tangannya.

Ada kelopak bunga disana.

Anyelir putih.

Dan tidak hanya satu, melainkan ada beberapa buah.

"A-apa...?"

Mengapa... ada kelopak bunga yang mendadak muncul ditangannya setelah ia terbatuk?

"Mungkinkah...?"

Ia dulu ingat pernah membaca artikel yang membahas mengenai suatu penyakit aneh yang menyebabkan penderitanya bisa batuk dan mengeluarkan kelopak bunga jika cintanya tidak terbalaskan.

Ini... tidak mungkin itu kan?

Batuk itu kembali lagi, pun dengan kelopak bunga yang makin bertambah banyak ditelapak tangannya yang gemetar.

Yang benar saja...

Manik emas itu terbelalak lebar sebelum kemudian mulai digenangi air. Kelopak-kelopak bunga yang berada ditelapak tangannya ia remat kuat.

Ah.

Kenapa malah berakhir begini...?

.

"Senra, Luz, ayo keluar untuk minum dan mengobrol. Jarang lho kita bisa berkumpul bertiga seperti saat ini." Ajak Shoose.

"Ah, aku--" Senra tidak melanjutkan ucapannya.

Luz memandang Senra dalam diam, namun tentunya ia cukup peka untuk memahami maksud dari tatapan lelaki itu padanya.

"Mmmnn.... Kurasa aku tidak bisa kalau hari ini, maafkan aku. Kalian bersenang-senanglah tanpa aku." Senyum Senra.

Setelahnya ia langsung disambut oleh dua ekspresi yang berbeda dari kedua lelaki dihadapannya itu.

"Eh? Apa kau yakin?" Tanya Shoose, "Jarang-jarang lho kita bisa berkumpul begini." Bujuknya.

Mengecek ponselnya seolah-olah ada pesan yang masuk, Senra kemudian kembali menatap dua orang temannya itu dengan senyuman tipis.

Utaite OneshotsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz