09

41 15 13
                                    

jangan lupa votenya
happy reading all✨

"Sehening apa pun kita, pasti ada suara, ialah detak rindu yang setia menunggu."

***

Mereka berhenti di depan warung pinggir jalan, lalu Dereen memarkirkan motornya.

“Mau ngapain, sya?" tanya Dereen seraya turun dari motornya.

“Ayo duduk,” ajak Felisya.

"Bu, mau beli obat merah satu,” ucapnya pada pedagang warung.

Felisya dan Dereen duduk di bangku panjang warung tersebut.

“Ini neng,” ucap pedagang warung.

“Makasih Bu.”

Felisya menatap gugup pemuda itu, "jangan pingsan ya, Felisya," batinnya.

“Aku obatin yah.” ucap Felisya seraya membuka obat merah.

Dereen dan Felisya berhadapan membuat mereka sangat kikuk.

“Beri gue oksigen double ya ampun,” monolog Dereen jantungnya berdetak kencang.

“Sini Dereen.” ucap Felisya seraya mengobati luka di sisi bibir Dareen. "Maaf ya kalo sakit."

Mata mereka bertemu saling menatap membuat mereka salah tingkah. Mata lentik Felisya bergerak-gerak mencari sesuatu untuk di lihat. Dereen dia hanya tersenyum manis sembari menatap gadis itu. Dan terjadi lah keheningan di antara mereka berdua.

“Ekhem…” Dereen berdehem untuk mengusir keheningan.

“Dereen,” ucap Felisya. "Maaf yah, gara-gara jemput aku kamu jadi kena tonjok Kevin.” ucap Felisya menundukkan kepalanya.

Dereen mengangkat dagu Felisya agar tidak menunduk. “Hey, lo ga berhak buat minta maaf, Lo gasalah Sya, oke."

Felisya mengangguk, “Kamu punya masalah sama Kevin?” tanya Felisya menatap wajah Dereen.

Dereen tersenyum, “Mungkin, dia anggap gue musuh,” balas Dereen.

“Karena?” sahut Felisya.

“Kevin, rival Futsal gue, sya. Tapi... gue nggak pernah anggap dia rival ko di luar pertandingan,” ucap Dereen.

“Jadi, luka kamu di kening itu... ulah kevin?” tanya Felisya.

Maybe,” balas Dereen.

Felisya menghela nafas panjang.

“Pulang yuk, udah sore.” ajak Dereen seraya menatap mata lekat gadis itu.

“Sebenarnya masih pengen berdua, tapi… mama pasti ngomel kalo pulang malam,” batin Felisya.

“Ayo.” ucap Felisya yang mengulurkan kedua tangan yang terdapat ponselnya.

Dereen menautkan alisnya binggung.

“Nomor.”

“Ohh, iya. biar bisa ketemu lagi, ya?” kekeh Dereen.

"Pede banget," balas Felisya.

Author: mulut sama hati bisa beda gitu ya haha.

Setelah memasukkan nomor telepon, mereka bergegas menuju ke motor. Mereka berdua berjalan berdampingan.

“Sya, masih suka langit?” ucap Dereen menoleh kearah Felisya yang berada di sampingnya.

Felisya mengangguk seraya terus berjalan ke arah motor. Dereen berhenti dari langkahnya dan pemuda itu terlihat tersenyum hingga menampilkan kerutan halus di sudut matanya.

Luka hati FelisyaWhere stories live. Discover now