Berantakan

1 0 0
                                    

Aku ingin tahu sebenarnya apa yang bisa menyenangkan batin.

Aku ingin tahu apa alasan diri ini tak pernah mendapat kesenangan penuh.

Berkat semua rasa ingin tahu itu tak sadar perlahan diri sendiri mulai tidak sesuai dengan awalnya. 

Rasanya seperti menelan pil pahit untuk sekedar tahu apakah ini berhasil menyembuhkan? 

Jika tidak mempan makan pil lain dicoba sampai berhasil tau. 

Semua yang dilalui akhir-akhir ini rasanya seperti menelan pil pahit yang berbeda kandungannya.

Aku sepertinya hampir mencoba semua.

Kapan ya bisa menemukan obat yang manis? tapi mana ada. 

Karna tak ingin memakai pil itu lagi, maka ku coba cara instan.

Hasilnya? sama saja. Malah lebih parah.

Aku kecanduan.

Susah sekali untuk berhenti. Bagaimana?

Untuk pertama kali dalam hidup aku sadar bahwa otak dan hati tidak sama.

Aku terjebak dalam kenikmatan yang sebentar mengalihkan emosi yang membingungkan ini.

Tapi hanya sebentar.

Semakin lama aku menyadari hal itu sia-sia saja.

Tiba-tiba semua yang aku genggam seperti mau hilang.

Dari itu aku baru sadar bahwa aku sudah berantakan dari segala hal. HIdup, pikiran, perasaan, sifat semuanya berantakan.

Rasanya ingin teriak tapi susah sekali karna tak mungkin.

"Sudah dewasa, tidak boleh mengeluh, menangis, merengek". Kata orang-orang sekitar.

JIka jadi dewasa sesulit ini seharusnya menjadi kecil saja. 

Berantakan, diriku berantakan.

Bahkan cinta tidak menolong, hanya menambah kekacauan di tubuh yang berantakan ini.

Harus bagaimana lagi ya? 


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cerita KepalaWhere stories live. Discover now