The Fox's Glove

59 8 0
                                    

Vivianne sudah pulih sepenuhnya.

“Ini semua berkat Kenneth. Kita harus membalas kebaikannya dengan layak.” Andrea tak henti-hentinya memuji dokter muda itu.

“Tentu, Nek.” Vivianne menimpali Andrea di sisi Leonard yang tidak mengatakan apa pun.

Andrea masih menginginkan Kenneth sebagai ganti ayahnya. Di sisi lain, Leonard tidak mau. Noelle, seperti biasa, terjepit di antara ibu mertua dan putranya karena Vivianne memilih untuk tak memihak siapa pun.

“Dia sangat kompeten, kan? Dia langsung tahu apa penyakitmu dan menyembuhkannya. Vivianne, tidak kah kamu tenang saat Kenneth menanganimu?” Andrea tak mengizinkan diskusi itu beralih dari Kenneth.

Wanita tua itu punya keyakinan yang kuat, kalau keinginannya sangat mungkin dikabulkan jika dia bicara pada Vivianne. Biarlah mereka yang diam melihatku menang atas situasi ini.

Noelle tidak tahu sejak kapan ibunya berpikir kalau melangkahi dirinya dan Leonard adalah hal yang baik. Noelle melirik putranya yang menolak untuk terlibat dalam percakapan kali itu.

Sama seperti Andrea, Leonard juga akan menyampaikannya langsung pada Vivianne. Dia akan melakukannya berdua saja, tak seperti neneknya yang suka mencari massa.

Noelle menghela napasnya karena tak adanya kemajuan. “Ibu, bisa kita bahas itu lagi nanti? Aku harap kita tak membutuhkan jasa Dokter Brahm secepatnya.” Noelle terpaksa turun tangan saat Andrea mulai menyenggol diamnya Leonard.

Menjadi netral bukan berarti Vivianne bisa merasa tenang. Andrea bisa jadi begitu memaksa dan Vivianne sangat berterimakasih atas inisiatif Noelle. Andrea dengan senang hati mundur karena Noelle membawa kondisi Vivianne yang baru sembuh.

Niatnya untuk tak ambil pusing tergantikan dengan pikirannya yang tak bisa mengabaikan keinginan Andrea. Malam datang, tapi Vivianne sudah memikirkan hari selanjutnya, memikirkan apa yang akan Andrea bahas besok.

"Tidak terbayangkan sebelumnya, aku akan terlibat dalam situasi yang seperti ini dengan nenek."

“Nenek akan menyerah sendiri kalau kamu mengalihkan pembicaraan.”

“Jika memang begitu mudah, bagaimana kalau kamu saja yang bicara dengan dia?” Vivianne membalas suaminya ketus. Dia bertanya dan bicara, namun Leonard hanya membalasnya dengan saran setengah hati. Di atas semuanya, Leonard masih mengeluh perihal permintaan Andrea tanpa membantunya berpikir.

Bisa-bisanya dia ikut sampai ke sini hanya untuk mengeluh. Vivianne menarik selimut hingga ke dada Jeanette yang sudah pulas.  Ia lega karena anak itu tidak keberatan dengan perhatiannya yang terbagi dua.

Jelas terlihat di wajahnya, kalau Vivianne kesal. Wanita itu melalui Leonard untuk keluar dari kamar Jeanette dan mendengar langkah pria itu menyusulnya segera.

“Kamu sungguh mau mempekerjakan Bhrams?” Leonard langsung bertanya tepat setelah menutup pintu kamar duke. Dia yakin Vivianne pun tahu kalau dirinya tidak akan berhenti membahasnya sebelum puas.

“Apa mungkin aku menolaknya dan bilang kalau kamu tidak nyaman? Setidaknya beri aku waktu untuk menemukan alasan yang tidak menyinggung-”

“Jangan memikirkan perasaan pria sampah itu.”

“Terima kasih atas saranmu, tapi aku memikirkan perasaan nenek.”

Leonard tersenyum miring. Vivianne tak lagi protes saat dirinya melemparkan ujaran kebencian kepada dokter muda itu, meski dia juga tak merasakan emosi yang sama.

“Bagaimana kalau dia jadi dokter pribadiku?” tanya Vivianne, mecoba mencari jalan tengah.

“Lalu, apa bedanya? Maaf kalau aku salah, tapi sepertinya kamu punya keinginan pribadi untuk menggunakan jasanya.”

Graceful DisgracesWhere stories live. Discover now