13.1

80 2 0
                                    

Bab 13

Suara jeritan dan teriakan mengerikan menyambut kedatangan Kuntala saat ia memasuki kamar Maryam. Kuntala merasakan gesekan aura yang panas dan tekanan yang lebih besar dari sebelumnya. 

"Hahaha! Akhirnya, bocah sialan itu datang juga! Sini kamu kalau berani, lawan aku!" 

Sesosok perempuan bergaun putih berdiri di atas ranjang dengan rambut tergerai riap-riapan, mata mendelik merah, mulut menyeringai. Di bawah sana, beberapa orang anggota keluarga dan bujang, terkapar di lantai kesakitan karena dilempar Maryam saat kesurupan. 

Kuntala terkejut. Kali ini ia melihat aura kehitaman yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. 

Saat Kuntala akan melangkah, sosok itu langsung melayang dan dari tangannya mendadak muncul sebuah pedang berwarna merah menyala, seketika menusukkan tepat ke jantung Kuntala. 

Kuntala lengah! 

"Arrgggh!" Kuntala Terperenyak. Rasa sakit yang dahsyat terasa menusuk jantungnya, panas dan membakar. 

Sambil terjatuh dan menahan kesakitan, cepat-cepat Kuntala duduk bersila, kedua tangannya menangkup di depan dada. Ia mengatur pernapasannya. Hawa panas tenaga dalam dari dalam tubuhnya bangkit seketika dan terkumpul di perut. Kuntala menyerap aura semesta dan berkumpul di telapak tangannya. Lalu, tubuhnya dia kejangkan bersamaan dengan tangan yang dipenuhi aura tubuh dan semesta. Akibatnya, hawa panas di tubuhnya, dan energi di telapak tangganya saling bekerjasama. Tenaga dalamnya mendorong pedang yang menancap di jantung dan energi di telapak tangan membantunya mencabut. 

Suara benda terlepas dari jantung, juga menimbulkan rasa nyeri yang membakar lebih dahsyat. Kuntala mendelik. Keringat sebesar biji jagung berlelehan dari dahinya. Aroma daging terbakar memenuhi seantero kamar. 

Sementara itu, aura gelap yang menyelimuti Maryam berubah menjadi sosok iblis hitam yang bersiap menyerang kembali. Matanya berwarna merah menyala, dan kuku-kukunya memanjang. Sebuah bola api yang sangat panas siap dia lemparkan pada Kuntala. 

Bola api kematian dari iblis hitam, melayang di udara, siap menghantam jantung Kuntala. Namun, remaja yang mulai pulih dari luka itu mendadak membuka mata. Aura dirinya dan aura luar ditambah sedikit tenaga dalam yang ia kumpulkan di telapak tangannya dam sekejap membentuk bola panas lalu sedetik saat bola kematian iblis itu datang, Kuntala melempar bola api merah.

Kedua bola itu berbenturan. Tekanan bola api merah lebih kuat dan mendorong hingga bola api hitam kembali ke tubuh Maryam dan meledak di sana. 

Lengkingan dari iblis hitam seiring jeritan Maryam. Api hitam hangus terbakar dan Maryam terjatuh. Namun, sebelum api hitam   terbakar habis, sesuatu yang hitamnya lebih pekat terbang ke atas langit-langit kamar, melarikan diri. 

Kuntala bergegas menghampiri Maryam. Memegang ubun-ubun dan perutnya. Menarik sisa-sisa energi iblis dan membuangnya ke dalam tanah dengan teknik sapu jagat. 

"Cepat berikan air terapi yang sudah saya buat itu, dan, jangan ganggu saya, sebelum selesai." Tanpa menunggu jawaban, Kuntala langsung bergegas ke dalam kamar dan mengunci pintu. 

Di dalam kamar, Kuntala melacak energi yang tersisa untuk mengikuti dari mana asal muasal teluh kiriman itu. 

"Tuan! Tolong, bantu saya melacak teluh itu!"

"Heningkan diri, Kun. Kumpulan energi dan salurkan hawa panas dari energimu ke dalam tengah alis matamu! Niatkan menggumpalkan energimu keluar."

Kuntala mengikuti petunjuk leluhurnya. 

"Eit, kamu lupa sesuatu! Beri tahanan untuk Maryam dan dirimu sendiri."

"Bagaimana caranya?"

"Niat. Niat adalah aktivasi ilmu dan energi. Niatkan memberi tahanan. Kelak biar mudah, kamu harus memberi nama ilmunya. Seperti teknik sapu jagat yang sudah kau coba itu. Ingat, fungsinya yang melindungimu dari kejahatan manusia dan makhluk gaib."

"Baik, Tuan!"

Kuntala meniatkan diri. Tak lama muncul selubung berwarna merah muncul mengelilingi tubuh Kuntala. Di telapak tangan Kuntala pun terbentuk sebuah bola merah. Kuntala meniatkan mengirim ke tubuh Maryam. 

"Tuan, apa tidak lebih baik saya beri tahanan untuk rumah ini juga? Saya khawatir saat saya lengah akan menyerang penghuni lainnya."

"Kamu cerdas juga. Lakukanlah."

Kuntala pun membuat tahanan pagar gaib untuk rumah kepala desa. Serta tahanan perorangan untuk Kades, Amih dan Caca. 

"Sekarang fokus mengejar dukun pengirim santet itu."

"Baik, Tuan."

Kuntala memadatkan energi. Tiba-tiba ia melompat dari dalam tubuhnya. Namun, tiba-tiba sukmanya melayang-layang di atas kamar dan terkejut melihat tubuhnya yang sedang duduk bersila. 

"Aaaa, apa saya sudah mati?!" Kuntala terkejut dan ketakutan. 

"Bodoh! Kamu belum mati. Itu hanya energi pikiran dan energi tubuhmu yang menggumpal. Sekarang cepat lacak sisa energi itu sebelum hilang!"

Kuntala merasa tenang, dia berpikir kalau dia sudah mati, sebab melihat tubuhnya sendiri. Saat melihat raganya, ia melihat seutas benang yang tersambung dengan sukmanya. Kemudian ia melihat dengan pandangannya yang tembus pandang, energi hitam itu memiliki jaring yang juga panjang. 

Dengan memegang benang panjang itu Kuntala mengikuti asal muasal aura hitam iblis kiriman dukun. 

***

SUAMI SILUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang