Bab 02. Ruang Sua

706 93 22
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Di tengah pejaman matanya yang masih seerat simpul mati, Azizi Bagaskara mengernyitkan dahi akibat sensasi hangat dan basah yang memenuhi wajah di setiap sisi.

Tidak hanya itu, rasa berat—secara harfiah—yang ada di dadanya turut menjadi alasan mengapa tidurnya yang panjang terusik juga. Membuka mata perlahan-lahan, pemandangan pertama yang Azizi lihat ialah kembang senyum sang istri yang hangatnya melebihi mentari.

"Sayang, masih ngantuk," lenguh Azizi. Lengannya ia lingkarkan di punggung Christy, menjatuhkan tubuh perempuan itu di sisi kosong tempat tidur yang ada di sebelahnya, kemudian mengunci sang puan dalam hangatnya rengkuh dan peluk yang ia punya. "Jangan ganggu dulu."

"Ih, bangun. Udah mau jam enam, mana boleh tidur lagi?" Christy melayangkan protes. Ditepuknya pelan-pelan rahang tegas sang suami menggunakan satu tangan, naik ke mata, dan berusaha membuka kelopak mata Azizi dengan jari tangannya. "Sayang, bangun. Jangan bobo lagi. Nanti kena marah Bang Togar semisal berangkatnya kesiangan."

Mendengar nama laki-laki itu disebut, Azizi berdecak lidah juga. Dekapannya yang erat dan kuat pada tubuh Christy perlahan-lahan ia lepaskan, mengganti posisi tidurnya menjadi telentang, menghela napasnya panjang-panjang.

"Bang Togar lagi. Males banget, deh." Menolehkan kepala, menatap Christy yang sudah beranjak duduk, mengikat asal rambut panjangnya, "Mau di rumah terus sama istriku. Enggak mau kerja, males juga sama Bang Togar. Hobi banget, lho, dia bahas-bahas kamu mulu. Enggak sadar udah kawin tiga kali orang itu."

"Kok, julid?" Christy tertawa, menatap suaminya sambil mengambil selimut yang semalam  diunakan untuk menutup badan dalam pergumulan panas mereka malam dan menjelang pagi tadi, berniat mencucinya setelah ini. "Ayo, bangun. Aku mau ambil spreinya buat dicuci."

Dengan matanya yang masih sayu akibat rasa kantuk yang bergelanyut di kedua indera penglihatannya, Azizi menerima uluran tangan Christy, duduk di tepian kasur mereka yang tidak seberapa besar ini.

"Morning kiss?"

Christy kecup sudut bibir suaminya dengan cepat kemudian berujar, "Udah, tuh. Mandi, ya, terus ke meja makan. Aku siapin sarapan dulu buat kamu."

"Kopi, ya, Sayang."

"Iya, dibikinkan kopi, kok." Baru saja sampai di bibir pintu, Christy sudah menolehkan kepala ke arah belakang, menatap suaminya lagi, "By, nanti kalau kamu udah selesai mandi terus mau sarapan, tapi aku enggak ada di dapur atau di meja makan, berarti aku lagi ibadah pagi, ya, di kamar sebelah. Sarapan dulu aja enggak apa-apa."

Azizi dengan kesadaran yang belum terkumpul benar, hanya menjawab perkataan istrinya dengan gumaman pelan. Menggaruk tengkuk dan rahangnya kemudian keluar dari dalam kamar, masuk ke kamar mandi, dan membersihkan dirinya yang super lengket dengan air mengalir.

Imperfect MarriageWhere stories live. Discover now