1

8.8K 644 26
                                    

14.42

'Kak, jangan lupa jemput Adek sama Dimi,'

Getaran ponsel di meja kerja membuat Seungchol yang sedang melepas jas putihnya menengok sebentar. Dia mengangguk seolah membalas pesan dari pengirim tanpa menyentuh ponselnya.

Meja berisikan kertas dia rapihkan sedikit, mengambil kacamata lalu bergegas mendatangi pojok ruangan untuk mengambil kunci mobilnya. Jam praktiknya sudah selesai empat puluh menit yang lalu.

"Dokter..."

Atau mungkin belum selesai.

"Ya?" balas Seungchol menjawab kepada perawat yang tiba-tiba muncul di depan pintu ruanganya.

"Dokter udah mau pulang ya?" Tanya perempuan itu.

Seungcheol tidak menjawab dulu, dia ingin memastikan sesuatu, "Kenapa?"

"Eng.. Anu, itu kita dapet telfon dari IGD, katanya mereka butuh tim bedah buat konsultasi," katanya sebentar.

Seungchol membuang nafas beratnya, "Dua menit, saya ambil barang dulu,"

Sang perawat mengangguk puas ketika tahu Seungchol akan menyusul, dia kembali setelah mengucapkan terima kasih meninggalkan Seungchol yang kembali meraih snelinya.

Setibanya di IGD dia sedikit lega para perawat mengamankan pasien genting di dekat pintu lift, dia juga lega setelah dia tiba seorang dokter muda langsung menyambut langkahnya menuju ranjang pasien yang di maksud.

Suasana ruang IGD kacau, panas, berisik, dan membingungkan. Dua ranjang di sebelahnya ada seorang gadis yang jatuh dan patah tulang kaki, lalu di sebelahnya ada seorang lelaki tua duduk terbatuk-batuk dengan keras.

"Kenapa?" tanya Seungchol pada dokter muda yang sejak tadi bersamanya.

"Sepertinya pendarahan lambung akut, dok,"

Seungchol mengangguk, dia menyibak tirai untuk melihat dengan jelas pasien laki-laki yang berbaring di ranjang itu. Ranjang rumah sakit berukuran standar, tapi saat melihat pasien tersebut Seungchol kembali mempertanyakan ukuran ranjang rumah sakit yang sebenarnya.

Ranjang yang satu ini memang agak kekecilah kah? Atau, paseinnya yang terlalu tinggi?

"Endoskopi bagian atas,"

Seorang dokter telah membungkuk di sisi kiri pasein, membelakangi arah Seungchol berdiri, sebelum dia sampai dokter lain pasti sudah terlebih dahulu mengambil tindakan untuk pasien.

Seungchol berencara mengambil sisi beelawanan, dia hendak melihat separah apa kondisi pasien sebelum memutuskan sesuatu.

"Pak?," panggil Seungchol pelan sembil menyenggol lengan yang menutupi wajah pasien.

Di sisi bantal terdapat percikan darah, begitu pun dengan lantai dimana dia berdiri. Pasien hanya terbalut kemeja putih, celana hitam dan itu semua sudah basah terkena keringat dingin. Seungcheol tebak dia pasti sudah muntah darah saat sampai di sini.

"Pak? Hallo? Denger suara saya tidak, pak?" panggil Seungchol lagi.

Lengan yang menutupi wajahnya akhirnya di lepas, tapi sebelum Seungcheol benar-benar bertanya untuk mengecek kesadaran pasien dia terdiam setelah berhadapan dan bertatapan dengan mata pasien.

Seungchol,"..."

Kayak familiar, pikirnya.

"Ya, saya masih sadar," balasnya lirih yang kemudian menyadarkan Seungchol dia telah terdiam enam detik menatap wajah pasien itu.

"Ekhm.. Oke," Seungcheol membatukan tenggorokannya yang tidak gatal untuk menghilangkan kegugupan, sungguh dia tiba-tiba salah tingkah.

"Ceritain kronologinya"

Little DumplingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang