Keresahan Yeji

27 4 12
                                    

"Sayang kenapa sih diem aja dari tadi???" protes Beomgyu sambil meraih tangan Yeji yang bertengger bebas diatas tas yang dipangkunya, lalu digenggamnya.

Yeji yang memang sejak menaiki mobil ini banyak nge-blank, langsung sadar dan menoleh pada pacarnya yang menyetir sambil sesekali menoleh padanya.

Hari ini hujan dari pagi sehingga Beomgyu memutuskan untuk membawa mobil ke sekolah. Itulah kenapa mereka berada di mobil saat ini sepulang sekolah.

"Eh? Engga kok gapapa," Yeji menggelengkan kepalanya dan celingak-celinguk melihat keluar jendela.

"Eh? Engga kok gapapa," Yeji menggelengkan kepalanya dan celingak-celinguk melihat keluar jendela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dasar. Siapa sih yang merancang pembangunan kota ini? Kok bisa-bisanya jalan besar seperti ini tidak ada drainase sehingga air menggenang hingga ke tengah bahkan beberapa spot benar-benar banjir sebetis orang dewasa. Kasihan pejalan kaki, kasihan tukang jualan cilok yang mendorong gerobak, kasihan juga yang membawa motor. Yeji berpikir jika dia menjadi pemimpin kota ini, dia akan rombak ulang jalanan dan membuat saluran pembuangan yang baik.

"Tuh kan melamun lagi. Aku ada salah ya? Salah aku dimana?"

Yeji terkekeh. Khas Beomgyu, selalu bertanya 'aku ada salah ya? salah aku dimana?' jika Yeji mulai diam atau lama membalas chat. Beomgyu yang seperti itu, bertanya dengan wajahnya yang polos. Hal itu membuat Yeji ingin mencubit pipinya.

"Gak ada kok. Aku cuma menikmati hujan dan pemandangan di luar," jawab Yeji sedikit berbohong. Jawabannya sudah benar, tapi penyebab utama dia diam adalah hal yang jauh berbeda dari sekedar menikmati hujan.

"Kalau gitu kita muter aja, jalan-jalan dulu baru pulang. Mama papa kamu kan belum pulang hari ini, jadi gapapa kan balik agak telat? Hyunjin nginep lagi?" Beomgyu membelokkan mobil ke kiri, tangannya masih mengenggam tangan Yeji dan hanya terlepas jika perlu mengganti gigi.

"Hyunjin gak nginep, kebetulan papinya keluar kota jadi dia mau nemenin maminya. Aku tadinya diajak nginep disana tapi aku gak mau. Di rumah juga kan aman, depan belakang kiri kanan rumah, trus ada satpam,"

"Yakin berani sendiri? Mau aku temenin? Aku tidur di kamar kamu, kamu di kamar Haerin. Atau mau sekamar juga gapapa, tidur sambil pelukan," Ucap Beomgyu santai.

Yeji terdiam dan wajahnya langsung memanas saat Beomgyu mengatakan kalimat terakhirnya. Tidur sambil pelukan. Sialan Choi Beomgyu! Andai dia sadar penyebab Yeji banyak diam itu karena terbayang-bayang adegan mesra mereka semalam.

Ciuman sambil tiduran berpelukan.

Yeji tidak bisa menghitung sudah berapa banyak mereka berciuman, hampir setiap hari. Seolah kewajiban, minimal sebelum berpisah sebuah kecupan akan mampir dibibirnya. Satu sesi ciuman intens yang pernah mereka lakukan adalah di mobil, karena itu Yeji bilang dia tidak suka naik mobil dengan Beomgyu. Alasan sebenarnya sih karena Yeji takut jika keseringan, mereka akan kebablasan. Selain di mobil pernah juga di kamar Yeji, tapi itu tidak lama karena mereka takut orang rumah tiba-tiba masuk ke kamar Yeji. Yang lain ya tadi malam, saat ulang tahun Beomgyu.

Ya, bisa dibilang ini masih hari ulang tahun pacarnya. Dan baru semalam mereka melakukan ciuman yang menggairahkan lagi.

Yang membuat Yeji kepikiran.

Bagaimana tidak, didekap Beomgyu diatas tempat tidur, ditatap dengan lekat lalu bibir mereka menyatu. Tangan Beomgyu mengusap pipi Yeji dengan lembut sementara yang satunya lagi memeluk tubuhnya. Lumatan-lumatan kecil itu berubah semakin intens, hingga lidah pun ikut bermain. Yeji sampai terlena dan tidak sadar saat tangan yang tadi mengusap pipinya sudah menyelip dibawah baju, menyentuh benda kenyal yang selama ini dijaganya. Yeji tersentak namun Beomgyu hanya menatapnya dengan lekat.

"May I? Cuma disini, gak kebawah,"

Seakan disihir tatapan mata teduh itu, Yeji mengangguk dan membiarkan Beomgyu untuk pertama kali, menjamah bagian privatnya dengan sentuhan jemari dan lidahnya. Yeji bersumpah, dia benci dengan apa yang dia rasakan saat itu. Rasanya salah, tapi dia menyukainya.

Dan itu membuatnya kepikiran sampai sekarang.

"Gak usah deh, aku beneran berani sendiri. Lagian gak enak sama tetangga kalau kamu nginep," ucap Yeji akhirnya.

"Hmm iya juga sih. Yaudah aku di rumah kamu sampe malem, ntar balik jam 9. Nanti sampe kamu tidur, kita video call. Deal?" tanya Beomgyu.

"Sayang, ga usah ya? Langsung pulang aja. Emang kamu gak dinner sama keluarga kamu? Kamu kan ulang tahun,"

"Yah makan malam doang bisa besok. Yang penting tadi pagi udah cipika-cipiki sambil didoain. Bunda bakal paham kalau tau kamu sendirian," Beomgyu tiba-tiba menepikan mobilnya dan berhenti. Yeji bingung dan menoleh ke luar jendela. Masih di pinggir jalan di depan kantor jurnalis. Masih gerimis dan jalanan sepi tidak ada jajanan jika memang Beomgyu berhenti untuk mencari jajanan.

"Coba liat aku," Beomgyu mengubah posisi duduknya menghadap ke Yeji dan memberikan isyarat dengan tangannya agar Yeji menatap ke matanya.

"Apa yang kamu khawatirin?" tanya Beomgyu. Yeji cuma diam, kaget.

"Aku tau, kamu punya kekhawatiran makanya kamu diem, nolak aku, nyuruh aku cepet balik. Kenapa? Aku ada salah ya?"

Yeji menggeleng.

"Kamu cemburu liat Olivia tadi bawain kue ultah dari temen sekelas?" lanjut Beomgyu. Memang sebelum pulang ini, mereka makan siang dulu di cafe dekat sekolah. Ditraktir Beomgyu semua, teman sekelasnya, teman se-band dan tentu saja Yeji ikut. Untung ada Ryujin, jadi penyelaman kecanggungan Yeji berada diantara adik kelas.

"Bukan itu juga sayang. Eh, maksudnya bukan itu," Yeji langsung meralat perkataannya.

"Juga? Berarti emang ada yang kamu pikirin kan? Apa...," Beomgyu menggantung kalimatnya, menatap Yeji lekat sampai ia mendekatkan wajahnya ke depan wajah Yeji.

"- kamu kepikiran semalam?"

Wajah Yeji nampaknya langsung memerah sehingga Beomgyu tau dugaannya benar. Beomgyu terkekeh dan mencubit hidung Yeji.

"If you don't like it, I won't do it anymore. Maafin aku ya, tapi aku anggep itu kado spesial buat aku. Kalau kado kan gak selalu dikasih, itu keputusan yang punya kado. Setelah ini gak akan lagi,"Beomgyu berkata dengan serius, membuat hati Yeji bergerak.

"Kita 20 tahun juga belum, Gyu. Ciuman aja kayaknya udah berlebihan buat seumuran kita. Walau kamu bilang temen-temen kamu udah biasa sama pacarnya, tapi buat aku ini gak biasa. Aku takut dewasa saat belum waktunya...,"

"Tapi kamu dewasa kok, sayang. Pikiran kamu... Ya udah sini, aku boleh peluk kan?" Beomgyu merentangkan tangannya dan Yeji langsung menyandarkan kepalanya didada Beomgyu. Pria itu mengusap-usap rambut Yeji dan mengecup pucuk kepalanya.

"Maafin aku ya... Pokoknya aku gak akan ngelakuin hal yang gak kamu pengen," ucap Beomgyu sambil membelai rambut panjang Yeji.

"Aku pengen kok semalem. Makanya aku biarin. Tapi aku jadi takut, Gyu...," ucap Yeji. Beomgyu diam, menunggu kalimat berikutnya.

"Aku suka, terlalu suka. Karena terlalu suka, aku takut lupa diri dan kebablasan. Kamu paham?" tanya Yeji. Beomgyu menyerap setiap kata yang Yeji ucapkan dengan baik. Pria itu pun mengangguk dan sekali lagi mengecup pucuk kepala sang kekasih.

"Gak usah ngerasa bersalah ya, Sayang. Aku bakal nahan diri dan nunggu sampai waktu yang tepat datang,"ucap Beomgyu.

Yeji mengangguk. Walau dalam benaknya sangsi bahwa mereka pasti akan terus bersama. Toh, siapa yang bakal tahu ke depannya? Siapa jodoh dan kapan maut akan tiba. Ya kan?




*nb:
Lagi kangen nulis beomji yang ringan-ringan. Sambil mengantuk, tapi aku selesaikan juga chapter ini. Semoga kalian suka ya, mohon vote dan komentarnya bair author makin semangat 🥰

BOI!!! [BEOMGYU YEJI]Where stories live. Discover now