15

33 3 0
                                    

#WMG

Bismillah...

Hari sabtu ini, keluarga Qila tengah sibuk menyiapkan makanan, karena setelah ashar, akan ada tamu yang datang berkunjung. Qila tidak tahu siapa tamu nya, tetapi ia telah diberitahukan kalau tamu mereka adalah orang yang ia kenal.

"Umi, ayam nya tinggal Qila goreng aja?" tanya Qila. Di tangannya terdapat Bascom kecil berisikan potongan ayam yang telah diberi bumbu penyedap

"Iya, sayang. Sebelum kamu goreng, lihat dulu kalau minyaknya udah panas." jawab Umi Hasna. Wanita itu sedang memotong wortel dan sayuran lainnya untuk dijadikan sup.

Setelah menyimak arahan sang Umi, Qila lantas melaksanakan tugasnya.  Memastikan minyak goreng benar-benar panas, gadis itu langsung memasukkan beberapa potong ayam secara perlahan.

"Udah, Mi. Terus Qila ngapain lagi?"

Umi Hasna yang tengah mencuci sayur menoleh kepada putrinya. Setelah mematikan keran, ia mengeringkan kedua tangannya pada kain lap yang digantung di dekat kulkas.

Umi Hasna mengeluarkan cabe merah dan bawang. Ia memberikan kepada putrinya untuk dibelender.

Sedangkan Abi Fauzan dan Bang Raga, mereka sedang membersihkan halaman rumah yang mulai ditumbuhi rumput. Bang Raga menyiram tanaman, dan Abi mencabut rumput liar yang hidup di sekitar jalan menuju rumah.

"Abi, Abang mau nanya." Suara Bang Raga memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka.

Abi Fauzan yang saat itu tengah mengumpulkan rumput yang sudah tercabumt menoleh. "mau tanya apa, nak?" tanyanya.

"Gak apa-apa, Qila dilamar secepat itu?" tanyanya.

"Gak apa-apa, kalau adek nggak keberatan. Kan, dia gak nikah secepat itu. Kalau lelaki itu mau menunggu adek kamu, ya silahkan. Kan dianyang bilang kalau ingin menghalalkan Qila. Jadi, dia harus menunggu kalau memang serius," jawab Abi Fauzan.

Keheningan tercipta lagi diantara keduanya. Mungkin tengah sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Tapi abang agak gak rela, adek bakal nikah nantinya." kata Bang Raga. Bahunya merosot sedih. Takut adik kesayangannya diambil lelaki lain.

Abi Fauzan tertawa. Ia menepuk bahu putranya pelan. "Kamu ini ada-ada aja. Lagian bagus, dong. Ada yang benaran sayang sama dia, selain kita. Lagian kan, adek gak benar-benar ninggalin kita."

Meski sedih jika berpisah, sebenarnya ia senang, akan ada yang menjaga dan menyayangi adik kecilnya selain ia dan keluarga. Ia hanya takut jika wanita yang ia cintai setelah sang ibu, terluka. Ia tak akan sanggup melihat wajah cantik itu mengeluarkan air mata kesedihan.

Itulah sebebnya, ketika seorang lelaki yang ia kenal datang berniat untuk melamar, ia benar-benar menginterogasi lelaki itu. Memberikan banyak pertanyaan, agar membuat ia yakin jika lelaki itu pantas bersanding dengan adik tercintanya.

"Kamu jangan khawatir. In syaa Allah, lelaki itu baik." kata Abi Fauzan menenangkan putranya.

Setelah selesai shalat ashar, Qila tengah merapikan jilbabnya yang miring. Sambil berkaca di cermin, ia memandang dirinya yang sudah rapi dengan gamis hitam dan jilbab berwarna milo. "Perfect," gumamnya.

Setelah yakin benar-benar rapi, Qila keluar kamar menuju ruang tamu. Disana, Abi tengah menyambut tamu yang kebetulan baru saja tiba di kediaman mereka.

"Assalamualaikum," ucap mereka.

"Waalaikumussalam. Silahkan masuk, Farhan." Jawab Abi.

Qila yang juga baru saja tiba, tak sengaja berpas-pasan dengan Gus Adam yang berjalan melewatinya.

Doa Di Sepertiga Malam (END)Where stories live. Discover now