inability

349 44 5
                                    

Pagi itu Rey bangun tanpa melihat siapapun di kamarnya.
Ia ingat betul, semalam Varo menemaninya tidur hanya untuk meredakan rasa dingin yg mendera.

"Eh, udah bangun kamu?" Ucap Ralin yg baru memasuki kamar Rey.

Rey lalu berusaha untuk duduk bersandar.
"Semalem kalian lucu banget, tidur pelukan." Ucap Ralin sambil tersenyum.

Ralin lalu menyentuh dahi Rey perlahan.

"Masih sedikit hangat, tapi udah gak setinggi tadi malam." Ucap Ralin.

"Ma,,boleh ga aku tinggal sama ayah lagi?" Ucap Rey tiba-tiba.

"Lho, kenapa? Rey gak mau tinggal sama mama lagi?" Tanya Ralin.

"Iya, Rey mau Sama ayah aja." Ucap Rey datar.

"Kenapa kamu gak betah tinggal sama mama, Rey? Mama sayang sama kamu, mama mau kamu tinggal sama mama disini." Ucap Ralin.

Rey terdiam mendengar ucapan Ralin.

"Apa Varo bikin kamu gak betah?" Tanya Ralin.

Iya.

Ucap Rey dalam hati.

"Rey takut bikin malu mama, Rey gak sepintar Abang, Rey gak mau kecewain mama." Ucap Rey akhirnya.

"Kamu ngomong apa sih, ngelantur. Mau kamu kayak gimana pun, mama tetep sayang kamu. Udah jangan mikir yg lain-lain ya, kalo Rey tinggalin mama, mama sedih banget Rey." Ucap ralin.

Rey tak membalas ucapan Ralin lagi. Ia beringsut hendak bangun dari duduknya.

Namun Ralin menahannya. "Et, mau kemana?" Tanya Ralin.

"Mandi lah, kan mau sekolah." Ucap Rey.

"Udah jam 8 lebih sayang, gak papa kamu istirahat dulu, badan kamu masih panas." Ucap Ralin.

"Kenapa gak bangunin tadi?" Ucap Rey sambil mencebik lucu.

"Kamunya masih lelap tidurnya, lagian mama tetep gak bakalan ijinin kamu sekolah walopun kamu bangun pagi." Ucap Ralin.

"Tetep aja aku mau ke kamar mandi dulu, lengket badanku." Ucap Rey.

"Di spon aja ya, jangan mandi." Ucap Ralin.

"Ya udah iya. Mama keluar dulu nanti kan aku mau ganti baju." Ucap Rey.

"Oke, mama sekalian ambilin kamu makan nanti ya." Ucap Ralin sambil berjalan keluar kamar Rey.

Rey tak menjawab Ralin, ia bergegas memasuki kamar mandi.

🌞

20 menit kemudian Rey mulai menuruni tangga menuju ruang makan.
Ralin yg melihatnya dari ruang keluarga langsung menghampirinya.

"Kamu kenapa turun?, kan bisa panggil mama." Ucap Ralin.

"Gak papa kok, udah gak pusing," ucap Rey.

"Ya udah sini mama bantuin takut oleng." Ucap Ralin menggandeng tangan Rey.

"Apa'an sih, aku gak papa." Ucap Rey, namun tak menolak gandengan tangan Ralin.

Rey lalu duduk di meja makan, menunggu Ralin menuangkan bubur untuknya.

"Sini, aa... Buka mulutnya." Ucap Ralin ingin menyuapi Rey.

My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang