08

7K 469 26
                                    

Tandai typo
_________


''Nda! Ndaaaa!'' teriak Ezar ke arah Ailen yang sedang memasak makan malam.

Ailen yang sedang memotong kentang menghela napas sabar lalu membalikkan badan menatap Ezar yang siap menumpahkan air matanya di bangku khusus bayinya.

''Astaghfirullah ... '' gumam Ailen mencoba sabar lalu menghampiri Ezar yang menangis.

''Ezar dari tadi kok nangis aja sih? Ezar mau sesuatu?'' tanya Ailen lembut dengan menunduk menatap Ezar yang menangis pilu dengan membenamkan wajah di dada sang Bunda.

Ailen yang merasa aneh lalu menaruh punggung tangannya di dahi Ezar yang ternyata sedikit panas.

''Biasanya anak kecil demam karena mau tumbuh gigi,'' batin Ailen lalu membuka mulut Ezar. Yang terlihat gigi seri Ezar hendak tumbuh.

Ailen memeluk Ezar erat lalu menggoyangkan badannya untuk menenangkan Ezar, ''Utututu ... anak Bunda mau besar ya ... Udah cup cup cup jangan nangis lagi,'' bujuk Ailen lalu memasangkan jarik gendong untuk Ezar.

''Kita ke apotik depan ya, beli kompres untuk Ezar.'' ucapnya lalu mengambil uang dua puluh ribu di laci kemudian ia merapikan jilbab instan yang di kenakannya.

Ailen menepuk pelan punggung Ezar agar tertidur seraya menatap jalanan yang terlihat ramai karena jam menunjukkan pukul lima sore dimana orang-orang kembali pulang bekerja.

Tak lama ia sampai di apotek setelahnya ia kembali ke rumah, sesekali ia membalas menyapa para tetangga yang menyapanya.

Ailen menunduk menatap kompres yang tersemat di dahi Ezar yang sudah tertidur. Ia berjalan ke kamar berniat menidurkan Ezar di kamar saja.

Namun ... ketika ia merebahkan Ezar di atas kasur, Ezar kembali menangis histeris.

Ailen menghela napas perlahan kemudian kembali menggendong Ezar sampai bocah itu tertidur kembali, mau tak mau ia memasak makan malam seraya menggendong Ezar yang sakit.

***

Ares memijat punggungnya yang terasa pegal. Ia menatap jam tangan di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua pagi.

''Saya pulang dulu,'' pamitnya pada rekan kerjanya yang lain.

''Siap komandan!'' ucap mereka serentak.

Ares mengangguk lalu mengendarai mobilnya menuju rumah. Setelah ia sampai di garasi rumah ia mengernyit kala samar-samar ia  mendengar suara tangis Ezar.

Dengan langkah buru-buru ia memasuki rumah kemudian menemui Ailen yang sedang menenangkan Ezar di gendongannya.

Ares menatap miris penampilan Ailen yang sangat miris, daster yang sangat lusuh, rambut yang di cepol asal, raut wajah yang menahan kantuk berat.

''Mas udah pulang?'' lirihnya pelan dengan menggoyangkan badannya untuk menenangkan Ezar yang menangis.

Ares tak menjawab, ia mengambil alih Ezar ke gendongannya. Ia tahu jika Ailen sangat kelelahan seharian ini mengurus rumah dan Ezar.

''Beristirahatlah,'' ucap Ares menatap Ailen yang berdiri diam dengan mata terpejam.

''Gigi seri Ezar mau tumbuh. Mas udah makan?'' ucapnya seraya duduk di pinggir kasur.

''Istirahatlah ... ''

Ailen yang benar-benar lelah dan mengantuk langsung tertidur. Ares menggelengkan kepala lalu menyelimuti Ailen.

Ia menghela napas perlahan mendengar Ezar yang tak henti-hentinya menangis. Sebelumnya ketika Ezar hendak tumbuh gigi biasanya bocah itu hanya banyak diam, tidak seperti sekarang yang menangis kencang.

***

Pagi telah tiba, Ailen mengerjabkan matanya kala sinar matahari mengarah ke wajahnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk.

''Mas Ares?'' gumamnya menatap Ares dan Ezar tanpa mengenakan baju, Ares yang hanya mengenakan celana profesinya dan Ezar yang hanya mengenakan pampers terlihat dari selimut yang menutupi tubuh Ezar yang kini sudah turun.

''Nanti kalau masuk angin gimana coba?'' gumamnya menggelengkan kepala.

Ia berjalan ke arah sofa di mana Ares yang memangku Ezar, Ailen mengecek suhu badan Ezar yang sudah mulai turun.

''Mas?'' panggil Ailen seraya menyentuh bahu kekar Ares.

''Mas? Bangun udah pagi!'' ucap Ailen memgguncang pelan bahu Ares.

Perlahan kelopak mata Ares mulai terbuka, tepat saat ia terbuka Ailen berada di hadapannya dengan daster berwarna baby blue dan rambut yang di memakai jedai. Terlihat menggoda di matanya.

''Kenapa tidur di sini?'' tanya Ailen lembut.

Ares diam sejenak lalu menatap mata indah Ailen, ''Ezar baru bisa tidur jam 3 pagi tadi, ia terus merengek dan menangis.''

Ailen mengangguk lalu mengambil alih Ezar yang sedang tertidur pulas, ''Mas pake bajunya, takut masuk angin.''

Ares mengangguk dan membuka lemari mengambil bajunya, setelah memakai baju ia langsung lanjut tidur kembali di kasur.

Ailen menggelengkan kepala melihat Ares.



++++

Transmigrasi Istri Polisi (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang