11

6.8K 457 10
                                    

Tandai typo
Happy reading onty-ontynya Ezar!
Buat yg mau konsultasi/bimbingan gratis, cus langsung kabari
________





''Terimakasih Mbak Alien-''

''Ailen!'' potong Ailen cepat.

Gadis itu tersenyum kikuk, sedangkan temannya yang lain menahan tawa.

''Ah- iya! Maksud saya Mbak Ailen. Saya san teman-teman berterimakasih sekali telah berhasil membujuk Nala teman kami. Mungkin jika tak ada Mbak Ailen kamu tak tahu apa yang akan terjadi pada Nala,'' ucap gadis itu yang bernama Reva seraya melirik Nala yang duduk terdiam di bangku meja belajar dengan tatapan kosong.

''Tak perlu berterimakasih, itu sudah tugas saya sebagai calon konselor.'' jawab Ailen, ''Sombomg amat gue! Lulus S1 aja belom!'' batin Ailen.

Mereka semua tersenyum kikuk mendengar ucapan Ailen.

''Kalau begitu saya pamit dulu ya, Assalamualaikum ...'' salam Ailen lalu menuruni tangga dan menghampiri Ares yang sedang mengobrol dengan bapak-bapak di sampingnya tadi.

''Mas?'' panggil Ailen.

Spontan Ares dan bapak-bapak tersebut menoleh ke arah Ailen.

''Oh iya, Pak. Perkenalkan ini istri saya, namanya Ailen.'' ucap Ares.

Ailen tersenyum ketika bapak tersebut senyum padanya, ''Ooh namanya Alien? Perkenalkan nama saya Adul, Mbak.'' ucap Paruh baya yang bernama Pak Adul tersebut.

''Ekhem! Ailen, Pak!'' koreksi Ares ketika melihat wajah kesal istrinya itu.

Pak Adul menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ''Aaa iya maaf, Mbak. Maksud saya Mbak Ailen.'' ucap Pak Adul.

''Kalau begitu saya pamit dulu ya, Pak.'' pamit Ares.

''Aaa iya, Mas Ares. Hati-hati, lain kali berkunjunglah ke rumah saya.''

Ares memgangguk, ''In Syaa Allah, Pak. Assalamualaikum. '' salam Ares lalu menggandeng tangan Ailen setelah Pak Adul menjawab salamnya.

''Namaku sesulit itu ya, Mas?'' tanya Ailen dengan nada lirih.

Ares melirik Ailen yang memperlihatkan raut wajah suramnya. ''Enggak kok!'' jawab Ares tegas, ''Malah nama kamu cantik seperti orangnya.'' lanjut Ares membuat Ailen salah tingkah.

Ares melipat bibirnya ke dalam gemas melihat tingkah istrinya itu kemudian ia membuang muka kesampaing lalu tertawa pelan tanpa suara.

Keduanya duduk bangku yang berada di samping pohon hias. ''Alhamdulillah ya? Gadis tadi nggak jadi bundir.'' celetuk Ailen di balas anggukan dari Ares.

''Mas Speechless lihat aksi kamu tadi, Mas kira kamu mau nyuru dia lompat.''

Plak!

Spontan Ailen menabok lengan Ares kuat, ''Yang benar aja-"

''Rugi dong!'' potong Ares dengan nada seru.

''Astaghfirullah, Ya Allah ... '' lirih Ailen mengelus dada sabar.

''Enggak mungkin kan aku bilang ke ni orang kalau aku calon konselor yang justru itu juga tugas aku untuk mengentaskan masalah dan memotivasi dia agar mendapat pencerahan untuk pikiran dia?'' spontan Ailen menggeleng mengengai apa yang i pikirkan.

Ares mengernyitkan kening melirik kecil Ailen, ''Kenapa kamu geleng-geleng gitu?''

Spontan Ailen menoleh ke arah Ares yang menautkan kedua alisnya seolah bertanya mengapa.

''Nggak ada kok!'' tegas Ailen membuat Ares menatapnya julid.

''Nggak ada kok malah geleng-geleng,'' sindir Ares lalu membenarkan posisi tidur Ezar di gendongannya.

''Aku denger ya!'' sungut Ailen melirik sinis Ares.

''Dih!'' sinis Ares.

Ailen mengerutkan kening heran, ''Ni orang kenapa jadi julid sih? Badan besar nan keker sukanya julid!'' batin Ailen.

***

''Nda!'' antusias Ezar seraya bertepuk tangan bahagia kala Ailen yang membawakan sarapan untuknya.

''Nggak sabaran banget sih ... '' gemas Ares mengusak rambut Ezar.

Ailen hanya terkekeh melihat keantusiasan pria kecil itu.

''Sabar, Nak.'' ucapnya lalu menyuapi Ezar dengan telaten.

''Ai?'' panggil Ares setelah menyelesaikan makannya.

''Kenapa, Mas?'' tanya Ailen yang pokus menyuapi Ezar.

''Pinjem daster sama hijab.''

Spontan Ailen menatap shock Ares, ''Mas? Aku tau kok jadi lelaki itu berat apalagi perihal tanggung jawab. Tapi, plis, Mas? Ini salah dan nggak bener, aku tetep terima kok kamu mau gimana pun bentukannya, tapi jangan seperti ini.'' dramatis Ailen menatap sendu sekigus prihatin pada Ares.

Ares mengerutkan kening heran menatap Ailen, ''Kamu ini bicara apasih, Ai? Aku mau pinjem daster sama jilbab doang loh.''

Ailen berdiri tegak lalu dan berjalan ke arah Ares dan menggenggam tangan besar Ares dengan kedua jarinya.

Ia menatap Ares serius, sedangkan Ares hanya diam menatap heran Ailen.

Sedangkan Ezar? Bocah menggemaskan itu hanya diam menatap kedua orang tuanya seraya mengunyah makanan di mulutnya.

''Mas? Aku tahu kok hidup ini keras tapi plis jangan pernah berpikir menjadi banci, Mas!?''

''Uhuk! Uhuk! Uhuk!'' spontan Ares terbatuk setelah  mendengar penuturan Ailen yang tak masuk akal menurutnya.

Ailen langsung memberi segas air putih untuk Ailen yang langsung di teguk abis oleh Ares.

Ailen memijat tengkuk Ares sampai batuk Ares terhenti. Ia menatap kesal Ailen yang menatapnya polos.

''Ai? Kamu pikir aku mau jadi banci? Gini-gini suami kamu ini tulen tingkat kronis loh, Ai.'' ucap Ares menggeleng tak percaya pada Ailen.

''Ya terus kamu ngapain pinjem daster sama jilbab aku coba?''

Ares menghela napas sabar lalu menuntun Ailen untuk duduk di bangku sampingnya.

''Aku tu bukan mau jadi banci. Hari ini kami dan tim yang lain mau nangkap orang bisnis jual para gadis ke luar negeri. Jadi pinjem daster ... '' jelas Ares.

Ailen menabok gemas lengan Ares. Spontan Ares mengusap kuat lengannya yang terasa sakit akibat tabokan Ailen yang tak main-main.

''Ngomong dong dari tadi!'' kesal Ailen lalu kembali menyuapi Ezar.

Ares hanya mengusap dadanya sabar seraya menggelengkan kepala.



+++

Transmigrasi Istri Polisi (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang