Apartment : 09

616 107 50
                                    

[ Disclaimer cerita hanya karangan belaka, peminjaman nama tokoh dan visual tidak untuk di bawa ke real. ]

——— Story Play ——— ;

•••••

Zayyan menolaknya, benar-benar menolaknya dengan tegas dan setelah itu meninggalkan kamar mandi begitu saja dengan wajah bodoh Leo yang terlihat nyata

Urat-urat kekesalan sedikit berkedut, kedua mata memejam mencoba meredakan rasa kesal yang memuncak hingga ubun-ubun, ia menghembuskan nafas penuh rasa jengah, menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat selepas kepergian seseorang yang dirinya tahan tadi.

"Dia menolak ku? Wah ini menakjubkan, semua hal yang aku inginkan itu harus menjadi hal yang terwujud, tapi bagaimana bisa orang baru itu menolak ku begitu saja, ada banyak wanita atau pria manis yang mengantri untuk berada di dekat ku dan dia menolak ku tanpa pikir panjang. "

Tawa skeptis terdengar, Leo beralih mengadap cermin pada wastafel disana, memandang pantulan dirinya dari reflek kaca nyata. Sejenak tangan nya tergerak untuk menghidupkan keran air lantas membasuh wajahnya untuk memadamkan rasa panas tidak jelas yang kini ia rasakan.

"Burung kecil itu pikir bisa lepas begitu saja setelah menolak ku? Kita lihat sejauh mana sikap sombongnya itu akan terbangun tinggi. "

•••••••

Wajah itu terlihat lelah, bahkan seolah garis bibir nya begitu kaku untuk menarik senyum saat ini. Zayyan merasakan penat yang datang menabrak nya dengan buruk. Pria kecil itu kini tengah menumpang untuk mengistirahatkan tubuh sejenak pada sebuah kursi tempat berteduh yang ada di halaman sebuah supermarket, menyandarkan tubuh nya dengan penuh dan membiarkan ransel nya tergeletak begitu saja di atas meja pada hadapan nya.

Dahi berkerut dalam seolah tengah menyampaikan bahwa sang pemilik mata indah itu tengah berfikir keras, dan setelahnya di akhiri oleh sebuah dengusan kasar.

Rasa dingin seketika mampir pada pipi bulat miliknya, hingga membuat Zayyan segera membuka mata dan menegakan duduknya, untuk mendapati seorang pria dengan wajah tegas dan alis yang terukir rapih tengah tersenyum tipis kepada diri nya, tak lupa dengan tangan nya lah yang kini tengah menempelkan sekaleny soda dingin di pipi nya itu

"Mau soda? Wajah mu terlihat buruk. "

Si manis berkedip sejenak sebelum menerima soda itu dengan baik, sudah di kasih ya ambil saja kan? Rugi jika menolak apalagi makanan atau minuman.

"Benar, aku baru saja hampir masuk pada kandang singa, mengurus sebuah harimau sombong nan gila saja sudah sulit apalagi jika harus mengurus seekor singa sinting nanti nya. " Ia menjawab dengan begitu menggebu, seolah menuntaskan rasa kesalnya, lantas setelah itu membuka tutup soda tadi dengan gerakan cepat dan menenggak nya dengan rakus.

Sementara pria asing itu sejenak mengerutkan dahi sebelum sebuah senyum kecil kembali hadir saat memerhatikan betapa lucunya ekspresi yang di tampilkan oleh pria kecil di hadapannya ini.

"Aku yakin yang kamu maksudkan bukanlah singa dan harimau sungguhan. "

"Yah kamu benar, mereka adalah dua manusia konyol yang pertama kali aku temukan di bumi ini, kenapa aku harus bernafas dalam satu udara dengan orang-orang seperti mereka. "

Ia kembali menggrutu dengan tak henti, seolah ini adalah batas kesabaran nya yang telah di ledakan ketika sumbu nya telah di picu.

"Ngomong-ngomong apa kamu masih memiliki soda lagi? Tenggorokan ku masih membutuhkan minuman dingin setelah meluapkan segala kekesal ku tadi. " Dan Zayyan menjadi sedikit tak tahu malu untuk meminta sekaleng minuman kembali pada orang asing yang baru saja dia temui, untuk saja pria itu hanya tertawa ringan dan kembali membelikan Zayyan soda serta minuman dingin lainnya juga beberapa cemilan ringan. Yah Zayyan tidak minta loh, oke. Ingat Zayyan di kasih.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Apartment 143 [ Sing x Zayyan ]Where stories live. Discover now