52

26.3K 4.3K 783
                                    

Kamila—wanita itu tengah menatap khawatir ke arah Feri yang tengah diperiksa oleh Dokter Matt, Dokter pribadi keluarganya. Dia benar-benar diliputi rasa khawatir saat mengingat kejadian tadi siang—saat dimana Feri pulang dari sekolahnya diantarkan oleh kedua sahabatnya dalam kondisi yang lemah, dengan kondisi wajah yang luka lebam. Dan di malam ini, dia mendapati putra keduanya itu tengah demam tinggi.

"Jadi, bagaimana Dokter?"

"Nyonya tenang saja, tuan muda kedua demamnya sudah turun dari sebelumnya, saya juga sudah menyuntikkan obat tidur untuk tuan muda kedua agar bisa beristirahat. Mungkin besok tuan muda akan pulih. " Dokter Matt membalasnya, sambil melirik singkat ke arah Feri yang sudah terlelap dibalut dengan selimut.

"Luka-luka lebamnya?"

"Tidak ada masalah dengan itu Nyonya, beberapa hari ke depan itu akan sembuh dengan sendirinya dan berangsur hilang, saya juga sudah memberikan obat. "

Mendengar penjelasan dari Dokter Matt, membuat Kamila akhirnya bernafas lega. "Syukurlah, terimakasih Dokter. "

"Baiklah Nyonya, kalau begitu saya permisi. "

"Saya antar. "

Keduanya akhirnya meninggalkan kamar Feri, namun di saat mereka ingin menuruni anak tangga, terdengar suara benda berjatuhan dari arah berlawanan. Kamila lebih dulu menghentikan langkahnya, kemudian celingak-celinguk mencari ke asal suara.

"Dimana asal suara itu?" Kamila bergumam, yang masih bisa didengar oleh Dokter Matt. Dan tidak lama setelahnya suara lain menyusul, nampak terdengar seperti keributan. Dan di saat dia mendengar suara orang berteriak, di saat itulah dia tersadar. "Zidane?"

Dokter Matt lebih dulu menuju ke arah sumber suara, menyisakan Kamila masih tertegun di tempat. Dan di saat dia sampai, Dokter Matt mematung sesaat. "A—apa yang terjadi?" Ini benar-benar aneh, dia melihat jika banyaknya pecahan kaca yang berserakan. "Ada apa ini? Katakan apa yang terjadi?" desaknya tak sabar pada dua maid yang berada di lokasi kejadian.

"D—dokter Matt, kami baru saja datang kemari, yang kami lihat jika kamar tuan muda Zidane sudah berantakan, tuan muda pertama yang berada disini lebih dulu, " sahut salah satu maid dengan gemetar.

Dokter Matt beralih menatap ke arah Lian—tuan muda pertamanya itu, dia melihat jika Lian berdiri di ambang pintu kamar, kemudian kembali membuka suara, "Zidane? Ini Abang. Abang nggak bakal nyakitin kamu, " ujarnya menatap lamat ke arah Zidane yang menatapnya dengan sorot mata tak terbaca. "Kamu marah sama Abang atau kenapa? Jangan takut sama Abang. Abang nggak mungkin nyakitin kamu, Abang hanya ingin berbicara sebentar denganmu. "

Lian terlihat kembali ingin mendekat, namun kedatangan Kamila membuat Lian mengurungkan niatnya. Kamila sempat bertemu mata dengan Zidane, namun anak itu menggelengkan kepalanya secara perlahan. Matanya terlihat menyiratkan banyak hal. "A—apa yang sebenarnya terjadi?" Kamila menatap Lian menuntut penjelasan.

Lian tidak membalasnya dengan suaranya, melainkan hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan sebagai jawaban, bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan sepatah katapun. Namun ya, Kamila mendesaknya.

Suasana terdengar semakin ricuh di telinga Zidane, yang membuat Zidane semakin menutup rapat kedua telinganya. Nafasnya memburu, dia melihat adanya benda-benda berserakan di lantai kamarnya akibat ulahnya sendiri. Dia membenci suara-suara aneh yang melintasi kepalanya, dan sejak dia mendengarnya—dia melemparkan barang-barang yang berada dalam jangkauannya untuk pelampiasannya.

Lo orang jahat!

Lo bahkan biarin orang lain menderita karena kejahatan lo sendiri!

Jahat!

Transmigrasi Mantan Santri?حيث تعيش القصص. اكتشف الآن