54

28.6K 3.8K 527
                                    

Di pagi ini, Zidane dihukum karena terlambat masuk. Sinar matahari terik sudah sedari tadi dia rasakan, membuat keringatnya bercucuran. Meskipun dia kepala yang terasa sedikit pening—dia tidak masalah, dia menjalani hukuman ini tanpa beban, karena terlambat kemudian dihukum adalah tujuannya hari ini. Dia malas untuk kembali bersekolah setelah libur kemarin.

"Lo telat juga?"

Suara itu membuat Zidane menoleh singkat. "Kalo disini ya berarti dihukum, lo nggak liat?"

Pemuda itu gelagapan, Satya—teman satu circle dengan Fian. Dia terlihat berdiri di samping Zidane, menyipit posisi Zidane hingga membuat pemuda itu risih. "Gue mau nanya sesuatu sama lo. " Dia sedikit berbisik.

"Gue nggak punya waktu, " sahutnya datar, hal itu membuat Satya tertegun dengan menatapnya, perasaannya pun mulai gelisah. Satya menjadi semakin yakin jika Zidane mengetahui fakta sesuatu tentangnya—karena hal lain yang menjadi utama sudah terungkap. "Bisa minggir ke sana nggak? Lapangannya masih luas. "

"A—ah oke. "

Hukumannya kini telah berakhir, kali ini dia tidak melihat keberadaan Bastian, membuatnya ingat akan sesuatu hal yang belum dia tuntaskan. "Gue belum laporin kasus perundungan itu. " Dia membatin dengan perasaan yang campur aduk, dia melirik ke arah arloji di tangannya. "Gue bakal urus itu hari ini. "

"Zidane!"

Dia merasakan tangannya ditarik, membuatnya mau tidak mau menghentikan langkahnya. Dia berbalik menatap ke arah Satya dengan mata menyipit. "Ngapain sih? Gue mau ke kelas. "

"Lo udah tau kalo gue punya hubungan sama Alta?" Mendengar nama yang sedari tadi terpikir di otaknya, membuat raut wajah Zidane berubah dingin. Dia tentu tidak lupa dengan pembicaraannya bersama Fian saat mereka dihukum karena terlambat, ucapan itu seakan mengarah ke rentetan masa lalu itu apalagi dengan adanya nama Alia, dia sempat mencari tau sepintas sebelum menemukan bukti, dan yang dia dapatkan jika Satya sebenarnya adalah anggota geng Alta.

"Lo anggota geng Alta? Gue udah tau. "

Satya sempat terdiam, entah kenapa dia merasa gugup saat bertatapan dengan mata Zidane. Pemuda itu terlihat menatapnya dingin, bercampur tajam. "G—gue nggak ada hubungannya tentang Alia. " Dia menunduk dalam, sementara Zidane ikut terdiam dengan perasaan gemuruh. "Gue nggak tau tentang itu, gue cuman nutupin semuanya atas suruhan Alta sepupu gue—"

Bugh!

Pukulan tiba-tiba dari Zidane membuat Satya mundur selangkah, dia merintih pelan saat merasakan sakit di perutnya yang menjadi sasarannya. "Uhuk!" Dia terbatuk, Satya berpegangan pada tiang untuk menyangga tubuhnya. "L—lo kenapa mukul gue?"

"Lo masih nanya kenapa gue mukul lo?!" Nafas Zidane nampak memburu, dia diliputi kalut saat mendengar kenyataan ini. Ada orang lain yang tau hal ini, dia pun tidak mendengar adanya masalah dengannya, mengapa kenyataan sebesar ini dia sembunyikan? "Kebohongan yang selama ini lo tutupin itu bukan lagi masalah kecil, tapi lo seakan bermain sama nyawa orang lain! Lo masih ngerasa tenang setelah lo tutupin itu semua selama 2 tahun?! Lo nggak ada hati! Lo bahkan tutup mulut di saat orang lain nggak bersalah disalahin dalam hal ini!"

Satya tak kunjung menjawab. Dia menunduk dalam dengan perasaan bersalah menyeluruh. Dia mulai sadar akan kesalahannya. "A—Alta sepupu gue Zid, keluarga dia udah banyak bantu keluarga gue, g—gue nggak bisa semudah itu bilang semua perbuatan dia, gue kasian sama dia. "

Zidane meraup wajahnya kasar. "Kalo dia sepupu lo, lo tetap nutupin kejahatan yang dilakukan dia?" Perlahan, pemuda itu mengepalkan tangannya kuat. "Lo juga nggak mikirin perasaan orang lain, lo tau? Betapa hancurnya Daffa kehilangan Kakaknya, dan dia bahkan nggak tau siapa yang ngelakuin itu! Dan gue? Gue korban atas permasalahan yang nggak pernah gue perbuat! Gue juga ngerasa kehilangan atas orang yang sudah gue anggap kakak gue sendiri! Dan lo, lo yang tau kebenarannya tutup mulut selama ini?!"

Transmigrasi Mantan Santri?Where stories live. Discover now