Cerita 3 | Kacika | FreSha

784 67 58
                                    

[Freya x Marsha]

^
Episode 2
v

Freya tertekan. Dirinya tak tahu lagi harus bagaimana, hingga akhirnya dia memutuskan untuk membicarakan masalah ini dengan Chika. Meminta saran.

Mereka bertemu di kafe langganan—Lagi, tidak akan disebutkan secara spesifik demi kenyamanan para member.

"... Jadi gitu, Kak. Harusnya sejak awal aku gak nge-klaim diri sebagai pakar percintaan."

Freya merengut. Bibirnya manyun ke depan. Di seberangnya, Chika melipat tangan di dada dengan ekspresi masam yang tercetak jelas.

"Kok ... bisa ... ya!?" ucap Chika dengan lambat dan dibuat-buat, intonasinya mencerminkan kejengkelannya saat ini.

Freya tertunduk mendengar respons itu. "... Ya, kan seperti yang Freya bilang tadi, Kak, ini semua terjadi karena mulut besar Freya," sahutnya getir.

"Kok bisa ya!!!" Chika mengulangi ucapan yang sama. Namun, menggunakan penekanan yang berbeda. Sekarang kalimat itu tidak lagi terdengar seperti sebuah pertanyaan, melainkan sebuah tuntutan. Telunjuk Chika mengetuk permukaan meja tidak sabaran. Freya memperhatikan gerakan itu dengan antisipasi penuh.

Dengan ragu-ragu, matanya mencoba melirik ke arah Chika yang entah kenapa sekarang tampak marah padanya. Freya meneguk ludah, kepalanya kemudian tertunduk semakin dalam.

"K-kok bis-sa ... kenapa, K-Kak?" tanya Freya tergagap.

Chika menutup mata rapat-rapat. Dahinya berkedut, dan kerutan serta urat-urat mulai muncul di sana. Ini adalah pemandangan langka. Hanya beberapa orang yang beruntung—atau dalam hal ini: tidak beruntung—yang dapat melihat ekspresi marah dari pemilik gummy smile tersebut.

Secara tiba-tiba, Chika menggebrak meja. Membuat Freya terperanjat ke belakang. Gadis itu kini memperhatikan Chika dengan perasaan takut. Sepertinya ia berbuat kesalahan, tapi ia tak tahu apa.

"KOK-BISA-YA!!!" suara Chika meninggi, matanya menatap nyalang pada Freya seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat. Freya menciut. Dirinya serasa mengerdil. Semakin terpaku ke kursi.

"Ma-maaf, Kak," cicit Freya dengan suara rendah, kembali menundukkan pandangan.

Freya masih tidak tahu apa kesalahannya, tapi instingnya berkata: ia harus minta maaf. Tidak peduli apa kesalahannya, Freya itu bersalah. Sudah pasti bersalah. Ia harus minta maaf pada Chika.

Chika mendengus, kemudian menyeruput jus alpukat miliknya. Mencoba mendinginkan kepala. Matanya masih mengunci sosok Freya yang tertunduk dalam di hadapannya.

Si gadis yang lebih tua menghela napas singkat. "Kok bisa-bisanya kamu ciuman ma orang yang bukan pacar kamu, Dek? Dan berani-beraninya kamu ciuman padahal baru jalan satu minggu! Sedang kita? EMPAT BULAN NGGAK NGAPA-NGAPAIN!!!"

Jantung Freya merosot mendengar ucapan Chika. Sial! Itu benar. Ia tidak memiliki pembelaan sama sekali. Malah seharusnya ia kini bersujud dan mencium kaki Chika, memohon ampun paling tulus.

"Ma-maaf, ka—"

"—Kakak gak mau tahu, kamu harus membayar semuanya!" Chika bangkit dari kursinya, sambil tetap menatap Freya dengan tajam.

JKT48 (SITUATION)SHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang