6. Di kolam malam itu

30 5 0
                                    

|Dipublikasikan pada, 8 Mei 2024|
|Oleh ©janeruby37 |
|Song: Margaret by Lana Del Rey|

27 Januari 2018

Ada berbagai macam kebodohan yang sering membuat seseorang terperosok; entah itu karena kebohongan atau memang sikap gagal pada diri sendiri. Pada akhir-akhir ini bahkan Sara bersikap berbeda saat menanggapi Jeena, lalu dia berlari seketika seperti perempuan yang kehilangan kewarasan dan menghampiri pria asing di pinggiran jalan, tahu-tahu dia pun menerima tawaran pria asing itu untuk tinggal bersamanya pada pertemuan yang kedua. Dan sekarang dia justru menghindari Jimin tanpa alasan yang jelas. Dirinya tidak sadar atas segala kebodohannya yang mungkin akan membuat kacau.

Tapi itu semua bukanlah apa-apa dibandingkan sandiwara antara seorang pria matang dengan perempuan muda yang bertingkah seolah tengah bercumbu di hadapan ibunya yang berdiri di ambang pintu.

Kenyataannya bukan cuma Sara saja yang telah menyusun rencana saat ini, tetapi pria tersebut juga sudah memulai rencana yang semula telah dipikirkannya dengan sangat matang. Sara dapat menjadikan pria tersebut sebagai penyelamatnya, dan pria tersebut juga dapat memanfaatkan keberadaan Sara di sisinya. Hidup saling menguntungkan adalah bagian dari rencana itu.

Namun, untuk saat ini Seokjin masih tidak mau mengatakan apa pun perihal apa yang telah terjadi. Tetapi Sara pun berusaha agar tidak akan mempertanyakan apa pun yang dilihatnya di rumah ini sejak awal. Meski segalanya masih bergelayut di dalam kepala, semua itu berusaha dibuangnya demi membatasi diri.

Begitu menyadari Sara yang sudah terlanjur demam, Seokjin justru membawanya ke kamar. Dia terkesan seperti pribadi yang berubah, sebab semua yang dilakukannya begitu tidak terduga. Ketika itu juga air mukanya yang kacau bersamaan dengan sisa-sisa gurat emosional yang sempat terkuras di hadapan ibunya lenyap dan berganti menjadi sorot teduh.

Wajah Seokjin masih dikotori oleh noda dari lipstik yang kacau, bajunya juga masih belum dipakai sebelum akhirnya dia mengambilnya lagi usai mengambilkan mangkuk besar dan selembar handuk kecil untuk kompres. Sisi lain dari sosok Nam Seokjin ini benar-benar tidak pernah terlintas dalam kepala Sara.

Pria itu membiarkannya berbaring dengan nyaman di atas kasur dan berusaha merawatnya juga. Diambilnya secangkir air putih di dapur bersama dengan obat dari laci, lalu serahkannya pada Sara. Sorotnya yang terus-menerus menatap pada Sara sontak saja membuat perempuan tersebut tersedak air yang diminumnya, tentu saja hal tersebut membuat Seokjin seketika panik dan secara spontan menepuk-nepuk punggung Sara seraya menggenggam tangannya.

Sial! Apa yang dilakukan pria ini? Hal tersebut sontak saja membuat Sara membeku. Tersedak air itu bukanlah apa-apa dibandingkan sentuhan serta sorot tatapan teduh dari Nam Seokjin yang ditujukan untuknya. Saat ini dirinya tengah demam, tapi hal tersebut tidak mempengaruhi penglihatannya yang menangkap sorot kekhawatiran di wajah pria tersebut.

Tahu-tahu Seokjin yang tersadar atas apa yang dilakukannya pun segera bangkit berdiri. "Maafkan aku." Hanya itu saja yang dikatakannya sebelum akhirnya keluar dari kamar dan entah ke mana setelahnya, yang pasti dia tidak kembali lagi. Tapi setelah nyaris sejam berlalu, tidak ada suara televisi yang terdengar ataupun ciri-ciri dari eksistensinya di luar sana sebagaimana hari yang kemarin.

Jika biasanya obat pereda demam akan membuat kantuk saat bereaksi, anehnya kali ini Sara tidak juga dijemput rasa kantuk itu untuk pergi ke alam mimpi. Susah payah menutup mata, ketika semuanya menjadi gelap justru wajah Seokjin mengambil alih pikirannya. Jadi, sampai saat ini Sara hanya terus membuka mata. Tapi pada jam berikutnya dia bangkit dari kasur dan keluar dari kamar.

Tidak ada ciri-ciri kehadiran Seokjin, tetapi tidak mungkin juga jika dia keluar rumah. Ketika melihat ke pintu utama, itu jelas masih terkunci dan mobil Seokjin terparkir di depan, barangkali ketika pulang dia tidak sempat memasukkannya ke garasi karena tergesa-gesa, lalu sepatunya juga sudah tersusun manis di samping sepatu-sepatu yang lainnya. Di kamar mandi dia tidak ada, begitu juga tempat lainnya. Lantas di mana dia berada?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 6 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Diary: Saturday Night | KSJWhere stories live. Discover now