Angin malam yang terasa dingin perlahan menusuk permukaan kulit pemuda tampan itu, ia berdiri memandang kelap-kelip pemandangan kota seoul dari jendela kamarnya. Bersedekap dada sembari termenung memandang kejauhan.
Ia berulang kali menghela napas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LALISA KIM
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OH SEHUN
***
Breaking news.
1 januari 2024. Sebuah mobil mewah yang berisikan empat orang di temukan mengalami kecelakaan pada pukul dua dinihari, yang mana mobil tersebut adalah kemdaraan yang di tumpangi oleh keluarga Kim Jeon Myeon beserta istri dan anaknya, dan satu orang supir.
Kecelakaan ini mengakibatkan putri tunggal Tuan Kim yang bernama Lalisa Kim yang kini berusia dua puluh lima tahun meninggal di tempat, sedangkan Tuan dan Nyonya Kim di ketahui kini sedang menjalani pengobatan medis di Rumah Sakit Universitas Seoul.
Tayangan berita yang terpantul di televisi besar itu membuat ruangan beruansa putih yang berisikan banyak orang itu terasa mencekam. Rasa pilu dan kehilangan serta rasa amat frustasi bercampur menjadi satu.
"Tidak mungkin. Apa yang harus kita lakukan? Tidak mungkin."
Kim Jisoo. Perempuan cantik yang menjabat sebagai sekretaris dari Tuan Kim Jeon Myeon itu terlihat meremas rambutnya frustasi, ada rasa kesal yang teramat mendalam. Beberapa kali ia berusaha menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya kasar.
"Lalisaku sayang." Racaunya sesekali. Sudut matanya terlihat banjir akan air mata. Ada rasa kehilangan yang tidak bisa ia jelaskan. Dengan gerakan cepat, seolah ada bisikan yang menembus relung hatinya, ia mengambil tas serta kunci mobilnya dan berlari keluar ruangan, mengabaikan banyak pasang mata yang menatap Jisoo sama frustainya.
***
Kim Jisoo. Perempuan cantik dengan setelan formalnya itu tengah berada di sebuah cofee shop yang terbilang cukup ramai pengunjungnya. Ia duduk dengan seorang pemuda tampan yang duduk di sebrangnya, di temani dua es americano sebagai pemanis, meskipun tidak tersentuh sama sekali.
