Ayo kita putus.

378 34 8
                                    

"Ayo kita putus hari ini, Bae Irene."

Pada hari pertama musim dingin, yang seharusnya dihabiskan sepasang kekasih untuk bermesraan, Seokjin malah memutuskan kekasihnya yang baru saja lulus tes masuk sebuah perusahaan finansial terkemuka di Korea Selatan. Senyum Irene memudar seiring dengan tegukan terakhir sampanye dalam gelas yang ia pegang. Bibirnya gemetar. Dalam beberapa sekon ia menaruh gelasnya secara kasar dan menghela napas panjang-panjang, sebelum menampar sang kekasih didepan.

Seokjin merasakan pipinya merah membara dengan amarah yang seolah melahap setiap jengkal keberanian dalam diri hingga tak bersisa. Setelah rasanya cukup untuk memasang muka kembali, ia menatap Irene tanpa ekspresi.

Mereka berdua sama-sama tidak memiliki ekspresi saat ini. Dan sayangnya Seokjin tidak memiliki alasan yang cukup masuk akal untuk diungkapkan.

"Kamu brengsek, Kim Seokjin." Suara Irene akhirnya keluar, setengah bergetar.

"Aku tahu."

"Kamu tahu?? Hah?" Irene mendecihkan tawa sambil membuang muka sebelum menatap Seokjin lagi, "jawaban macam apa itu? Dasar bajingan! Kamu berselingkuh?"

Secepat kilat Seokjin menggelengkan kepala. Meskipun alasannya untuk putus berat diungkapkan, tapi selingkuh adalah faktor yang sama sekali tak terduga bisa terpikirkan olehnya, Seokjin menatap Irene keheranan.

"Seharusnya pikiranmu bisa lebih rasional!"

"Apa yang bisa lebih rasional daripada selingkuh?? Katakan padaku!"

"Aku seorang Alpha resesif," kata Seokjin akhirnya mencoba menjabarkan, meski sulit, "kematian bisa datang kapan saja karena cacat genetika yang kuderita!"

"Lalu?"

"Lalu aku tidak ingin kamu jadi janda di usia muda."

Kemudian Seokjin melihat kedua alis Irene tertaut dalam seolah ia mengatakan bahwa alasannya sangat konyol untuk diutarakan.

"Itukah alasannya kenapa kamu tidak mau bercinta denganku selama kita menjalin hubungan? Sejak enam bulan yang lalu meskipun aku menyodorkan selangkanganku setiap malam minggu dirumahmu?"

Baiklah. Brengsek, kenapa bagian itu yang harus kamu ingat? Seperti meledekku kalau aku ini impoten.

"Kamu bahkan belum mengklaim-ku, Seokjin. Apa setakut itu memiliki mate?"

"Aku akan melakukan perjalanan jauh dan tak tahu kapan akan kembali. Mungkin—tidak akan kembali dalam waktu yang lama. Kamu tak perlu menungguku."

"Aku tidak akan menjadi keriput kalau hanya menunggu sekitar satu atau dua tahun, kamu tahu?"

"Bagaimana kalau lebih dari dua tahun?"

"Aku bisa menunggu lebih lama."

"Kalau aku tidak kembali? Apa kamu akan mencari orang lain atau menua tanpaku sendirian?"

Seokjin melihat Irene kehilangan poros jawaban yang seharusnya mudah dilontarkan. Matanya tak fokus untuk beberapa saat. Jelas sekali, itu karena jawaban yang akan keluar tak sesuai dengan kata hatinya.

Seokjin berpikir, jika dia menjalin hubungan dengannya lebih lama, tidak ada cara satu pun yang bisa jadi alasan untuk menjadikannya seorang mate. Atau, apakah Seokjin harus mencobanya sekali seumur hidup? Kebimbangan itu terus mengganggunya sampai suara televisi yang terpasang di dinding restoran memecah konsentrasi.

Mereka berdua menoleh.

"Kementrian Pertahanan menghadiri jamuan dari Genevia setelah berhasil mengirimkan bala bantuan untuk memukul mundur Ukraina. Dipastikan Korea Selatan akan memperkuat hubungan kerjasamanya setelah ini dengan negara sekutu berkat tim satuan khusus yang dirintis oleh Wakil Perdana Menteri Pertahanan tahun ini, Kim Namjoon."

Irene kembali menatapnya, "lihat? Dunia terus bergerak maju. Kecuali kamu bergabung dengan para kumpulan satuan khusus idiot itu, aku tidak masalah jika harus menunggumu sampai lima tahun kedepan."

Mata Seokjin menatap lantai dengan hati yang kehilangan harapan.

"Aku minta maaf. Tapi ada yang harus kulakukan di hidupku. Kamu tidak perlu merugikan hidupmu hanya untuk menunggu ketidakpastian di kehidupanku." Seokjin maju untuk mencium bibirnya agar amarah sang kekasih mereda. Tetapi dalam cumbuan itu, kelopak mata Irene turun seiring dengan kekecewaan yang dirasanya semakin besar. Dia berdiri menjauh dan menampar Kim Seokjin sekali lagi.

"Bajingan penuh omong-kosong."

Diluar kesadarannya, Seokjin juga balas menampar Irene didepan meski asal-asalan. Kecepatan refleks seorang Kim Seokjin patut diacungkan jempol. Dia akan bereaksi yang sama jika mendapat suatu perlakuan yang kasar terhadap dirinya sendiri.

Termasuk kekasihnya.

"Aw! Kenapa kamu menamparku!?"

"Karena kamu menamparku?" lalu Seokjin melihat tangannya sendiri dan Irene bergantian sebelum ikut berdiri dengan panik, "ah maaf! Aku tidak bermaksud untuk—ya. Makanya, jangan suka menggunakan kekerasan dalam hubungan! Astagaa, untung kamu cuma menamparku bukan menelanjangiku didepan orang-orang!"

"Kamu pengecut! Aku tidak ingin melihatmu lagi, Kim Seokjin!"

**

"Dokter Jung, bisakah kamu menjawab, apa kerugian yang mungkin dapat dimiliki oleh seorang Alpha resesif sehingga mereka akan rela mengubah dirinya menjadi seorang Alpha murni jika ada kesempatan?"

"Seorang resesif membutuhkan supressant code-A yang harus rutin dikonsumsi seumur hidup jika tidak ingin tubuhnya mengalami gangguan kesehatan. Seolah mengalami krisis identitasnya sendiri, bahkan siklus rut seorang Alpha resesif hampir mirip dengan proses heat seorang omega werewolf, yang pada beberapa kasus paling buruk dapat mengakibatkan pembuahan. Mengerikan bukan?"

"Tidak juga."

"Itu bukan bagian terburuknya, Seokjin. Kamu bisa mati kapan saja, karena daya tahan tubuhmu sendiri bertentangan dengan serigala yang ada didalam dirimu. Sekali kamu melewatkan dosis supressant, tingkat kematianmu hari itu meningkat jadi 50%."

Ada satu hal yang tak mungkin Seokjin lupakan tahun ini karena itu menyangkut hidupnya. Dokter pribadinya, Jung Sung Il, merekomendasikan Seokjin untuk ikut bergabung menjadi tim volunteer dalam sebuah penelitian pemerintah di bidang medis baru-baru ini. Penelitian itu sangat krusial karena menyangkut kelangsungan hidup Alpha resesif sepertinya.

Kata dokter Jung, penelitian itu dimaksudkan untuk mengubah identitas Alpha resesif menjadi Alpha murni sehingga mereka tidak perlu lagi meminum supressant seumur hidup untuk menjaga keseimbangan hormon. Dan lagi, itu tidak cuma-cuma. Bagi seorang Alpha resesif yang merelakan diri untuk jadi volunteer, mereka akan dibayar 50 juta won oleh pemerintah.

Bukannya Seokjin membutuhkan 50 juta won untuk jadi kaya mendadak, karena pada faktanya bisnisnya saat ini berkembang cukup pesat di Seoul. Dia hanya ingin menjadi werewolf normal, seperti Alpha lainnya.

Hanya itu.

Hoseok meyakinkan bahwa penelitian itu resmi dipayungi oleh undang-udang pemerintah. Tidak ada potensi hal yang membahayakan nyawa selama mengikuti uji coba selama satu minggu kedepan.

Jadi setelah dibantu oleh dokter Jung untuk dihubungkan dengan koneksinya di Kementrian, akhirnya disanalah Seokjin— berbaris bersama Alpha resesif lainnya dalam suatu gedung Lab yang luar biasa dingin mencekam.

Penerangannya temaram. Sejauh mata memandang, hanya kesunyian yang terpantul pada dinding dan sekat gedung tanpa harapan.

Cukup lama mereka berbaris menunggu seseorang datang untuk menyambut. Pada jam sepuluh pagi tepat, seseorang datang dari balik pintu dan menyapa seluruh anggota volunteer. Mata naganya bertemu-tatap masing-masing dari mereka sampai ujung kiri ke ujung kanan.

Dan akhirnya membidik Seokjin dalam jarak jangkaunya yang lebih luas.

"Aku secara khusus menyambut kalian semua pada pagi hari ini sebelum penggabungan tim,"

Mungkin karena penampilan Kim Seokjin lebih mencolok dibanding Alpha lainnya, pria itu menatapnya sekali lagi sebelum membungkukkan diri sebagai salam hormat.

"Perkenalkan, aku Kim Namjoon, Wakil Kementerian Pertahanan. Selamat datang di Stoeic. Gedung ini akan jadi rumah kalian selama satu minggu kedepan."

**

Stoeic | NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang