PART 56

25.9K 2.4K 450
                                    

Warning🚫

Kalau ada salah dalam kepenulisan tentang sidang hukum, tolong koreksinya, beb. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari informasi tentang sidang hukum melalui internet, kakak-kakak mahasiswa jurusan hukum, dan yg namanya kesalahan itu pasti ada.

Jangan hujat juga karena aku ga punya basic didunia persidangan tapi mau berusaha agar mengerti soal sidang.

•••••

"Good night, kesayangan Mama," Vanya kecup kening Elen berharap putrinya bisa tertidur lelap malam ini.

Besok adalah hari melelahkan bagi Vanya. Selain masalah Gavin dan teman-temannya, dia juga memikirkan keadaan Elen. Sanggupkah dirinya hidup seperti lima tahun lalu? Hanya berdua dengan Elen dan penuh dengan kegelapan. Bedanya, sekarang ada jaminan mereka akan bahagia.

Mungkin dulu Vanya hanya menjalani hidup seadanya dengan tanda kutip, dia tak hidup berlebihan. Tapi Sekarang, dia sudah bisa menggapai segalanya. Mau beli ini itu, ada Papa dan Gavin yang menjadi garda terdepan.

"Mama," Baru beberapa detik memejamkan mata, Elen kembali membuka mata tersebut.

Vanya yang sedang bersandar di sandaran tempat tidur menoleh ke arah Elen. Dia tersenyum seakan tak ada beban yang akan ia hadapi di esok hari.

"Mama, e-enggak ti-dur?" Tanya Elen dengan suaranya yang sudah mengecil efek mengantuk.

"Kamu kenapa bangun lagi, hm?" Ucap Vanya berbalik tanya.

"Mama ga-gak sa-yang Elen l-lagi?" Bukannya menjawab pertanyaan Vanya, Elen malah bertanya pertanyaan lain. Ini ujung-ujungnya gak ada yang mau jawab. Nanya aja terus.

"Sayang dong, kenapa bilang gitu?" Nah kan.

"Ta-tadi, Mama ta-tanya-nya, kamu ke-na-pa ba-bangun l-lagi? Ha-harusnya kan, sa-sayang, ke-kenapa bangun la-lagi?"

Astaga, Vanya kira kenapa tiba-tiba Elen tanya gitu. Ternyata perkara panggilan. Kebiasaan dipanggil sayang sih makannya Vanya mau coba memanggil Elen sebagai teman jadi kesannya malah gak romantis. Kayak lagi marah.

"Maaf, Sayang. Ya udah, Elen kenapa kok bangun lagi?" Ulang Vanya mencoba untuk romantis.

Anak kecil itu membalas mamanya dengan sebuah gelengan. Dia tatap dalam mata perempuan yang selama ini selalu ada di sampingnya.

"Mama," Panggil Elen setelah hening beberapa detik.

"Iyaa?" Jawab Vanya.

"G-gak apa-apa," Elen menggeleng lagi. Kening Vanya jadi berkerut memikirkan apa yang sedang Elen mau.

"Bilang sayang, Mama gak tau Elen mau apa kalo gak bilang ke Mama," Ucap Vanya mengelus pelan dahi putrinya.

"A-aku gak mau apa-apa k-kok."

"Hm... Ya udah kalau gak mau apa-apa. Besok Mama mau pergi. Elen di rumah aja ya, sama mbak."

"Mama mau k-kema-na?"

"Jenguk Papa."

"I-ikut!!! A-aku mau ma-in s-sama Papa!"

"Gak bisa sayang. Di sana kita harus dengerin ceramah, gak boleh berisik, gak boleh rewel. Tempat duduk perempuan sama laki-laki dipisah, jadi kita pun gak bisa duduk bareng Papa," Jelas Vanya yang mungkin bisa cepat dipahami oleh Elen.

Bagaimana cara Vanya menjelaskan perkara sidang kepada anak sekecil Elen? Kalau dijelaskan serius, Vanya malah takut nanti Elen berpikir macam-macam dan membuat batinnya terganggu. Biarkan waktu yang menjawab semua ini. Harapan Vanya, sampai kapan pun Elen tidak boleh tau tentang alasan dia terlahir di dunia.

HER LIFE (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now