"Nagi, tunggu!"
Nagi terpaksa menghentikan langkahnya. Sedari tadi Reo mengikuti dari belakang. Ia tidak tega mendengar Reo berteriak terus.
Reo menggapai pundak Nagi. "Dengarkan aku dulu, Nagi."
"Untuk apa? Lanjutkan saja pertandinganmu yang berharga itu." Nagi berbicara tanpa menoleh.
Reo menaikkan alis. 'Apa dia merajuk?' Batin Reo.
Reo memutar badan Nagi untuk menghadap ke arahnya. Ia memegang kedua pundak Nagi. Pemuda bersurai putih itu hanya menatap datar.
"Aku tidak punya maksud yang sama seperti apa yang kau katakan itu, Nagi."
"T-" Nagi baru membuka mulut untuk bersuara, namun dipotong terlebih dulu oleh Reo.
"Jangan menyela. Aku ingin menjelaskan." Reo menarik kedua pipi Nagi berlawanan arah. "Maka dari itu, dengarkan aku dengan baik. Okey?" Ia lalu menepuk pelan pipi Nagi.
Deg.
Ada gemuruh aneh di dalam dada Nagi. Jantungnya mulai berdebar tidak karuan. Ia hanya melihat mata Reo yang menatapnya begitu lekat. Apa karena itu Nagi merasa aneh seperti ini? Bukankah ia sudah terbiasa ditatap oleh Reo?
Nagi merasa tidak nyaman.
Nagi tidak sedang membenci Reo. Tidak akan pernah terjadi hal seperti itu. Jadi, perasaan apakah ini? Nagi tidak pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya.
Hanya karena sebuah tatapan.
Reo tersenyum sebelum memulai. "Pertama, aku tidak sedang membelanya. Nagi dengar sendiri perkataan pak pelatih, kalau itu bukanlah pelanggaran. Nagi juga pasti tahu kalau itu bukan pelanggaran. Hal seperti itu pasti bisa terjadi dalam pertandingan. Dia pun tidak sengaja melakukannya. Alasan kenapa aku merasa kesakitan, itu karena aku belum mempersiapkan diri untuk kejadian tidak terduga itu."
Reo menyingkirkan tangannya dari pipi Nagi. Nagi tidak mengiyakan perkataan Reo. Tetapi dia menurut dengan hanya diam mendengarkan.
"Kedua, aku tidak menyalahkan Nagi. Aku minta maaf karena bagi Nagi, aku seperti sedang menyalahkan Nagi. Masih butuh waktu 25 menit lagi untuk menyelesaikan pertandingannya. Aku merasa tidak enak saja kepada teman-teman yang lain dan juga kepada pak pelatih. Karena kekacauan yang Nagi buat malah memperlama waktunya pertandingan untuk selesai."
Suara Reo begitu lembut. Nagi mulai terbuai mendengarnya.
"Ketiga, bagaimana mungkin aku lebih memprioritaskan pertandingan, sedangkan aku meninggalkan pertandingan itu dan menyusul Nagi? Aku lebih memilih menjelaskan semuanya pada Nagi daripada melanjutkan pertandingan, loh." Reo tersenyum lebar hingga kedua matanya tertutup.
Deg.
Dan,
Blush.
Wajah Nagi memerah tipis. Ia berbalik arah untuk membelakangi Reo. Perasaan aneh ini sungguh mengganggu Nagi. Jantungnya malah berdetak lebih cepat lagi.
"Maaf, Reo." Cicit Nagi. Reo merangkulnya dengan wajah yang sumringah.
"Bukan masalah yang besar. Aku juga minta maaf, ya."
Nagi melirik Reo dari sudut mata. Reo selalu saja suka tersenyum. Karena Reo, perasaan Nagi jadi kacau.
*****
Sudah lewat bel masuk berbunyi, namun batang hidung Nagi tidak terlihat. Bahkan jam pelajaran telah berjalan 30 menit. Reo menatap khawatir pada bangku Nagi yang kosong.
"Kemana dia?" Gumam Reo. Biasanya bangku itu akan dihiasi oleh Nagi yang tengah tertidur saat jam pelajaran dengan buku cetak yang menutupi.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."
Reo menghela Nafas mendengar suara operator dari teleponannya. Ini sudah masuk jam istirahat kedua.
Reo sudah berkali-kali menelepon Nagi, dan hasilnya selalu saja sama. Sepertinya ponsel Nagi sedang tidak aktif. Anak itu tidak memberikan kabar apapun. Dan ia harus berakhir dengan absen alpha.
"Astaga, Nagi." Reo mengerang tipis. Ia tidak bisa fokus dalam belajar. Reo selalu kepikiran Nagi. Reo merasa khawatir.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif."
Bel pulang telah berbunyi. Dan ponsel Nagi masih tidak aktif. "Ck." Reo mendecak kesal. "Sedang apa dia sebenarnya?"
Reo membereskan semua barang-barangnya. Ia berlari ke luar gerbang. Nampak sebuah mobil sedan terparkir di sisi jalan. Itu adalah mobil pribadi Reo yang dikemudikan oleh supir pribadinya bernama Ba Ya.
"Antar aku ke apartemen Nagi." Perintah Reo begitu masuk ke dalam mobil.
"Maaf, Tuan Reo. Tapi anda diharuskan untuk langsung pulang." Ucap Ba Ya.
"Hanya sebentar. Aku ingin mengecek kondisinya. Nagi tidak masuk hari ini. Dia tidak ada memberi kabar padaku."
"Saya minta maaf, Tuan Reo. Saya disuruh oleh Tuan Besar untuk mengantar anda pulang. Karena anda akan mengikuti latihan kepemimpinan untuk belajar tentang perusahaan sebagai sang pewaris." Ba Ya mulai menjalankan mobil.
"Tidak bisakah pelatihan itu ditunda sebentar?" Tanya Reo menahan kesal. Perasaan Reo sekarang sedang bercampur aduk. Ia sungguh mengkhawatirkan Nagi. Dan juga takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa Nagi.
"Tidak bisa, Tuan Reo. Ini perintah dari Tuan Besar."
Rahang Reo mengeras. Reo menendang kecil belakang kursi kosong di depannya.
"SIAL!"
Reo muak. Ayahnya itu selalu saja bersikap seenaknya seperti ini kepada Reo.
*****
Update pagi ><
MirayukiNana
Selasa, 12 Juni 2024.

VOCÊ ESTÁ LENDO
would you be..... [✔️]
Fanfic[END] Seishiro Nagi&Reo Mikage Berhadapan dengan Reo beberapa bulan terakhir membuat Nagi merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Sangat tidak nyaman. Bukan karena Nagi membenci Reo. Ia bahkan tidak pernah berpikir untuk membenci pemuda yang selalu...