15: Harta Karun

363 31 0
                                    

Reo menggenggam erat tali tasnya. Tas itu menyelempang dengan apik di dada Reo. Nagi yang kebetulan menatap Reo mengajukan pertanyaan, "Ada apa Reo?"

"Tidak ada apa-apa, Nagi." Dengan cepat Reo menggeleng. Kemudian ia memberikan senyuman. Nagi mengangguk singkat. Ia tengah memarkirkan sepeda milik Reo.

Saat ini Reo dan Nagi berada di kawasan parkiran sepeda gedung apartemen tempat tinggal Nagi. Setelah pesan Nagi yang mengatakan bahwa orang tuanya ingin bertemu dengan Reo, dua hari berikutnya yang mana bertepatan pada hari ini, Nagi membawa Reo untuk menjumpai orang tuanya yang tumben-tumbenan berada di apartemenmya.

Reo merasa gugup karena pertama kali akan bertemu dengan orang tua Nagi. Reo tidak ingin memberikan kesan yang buruk nantinya. Ia harus terlihat baik, atau jika dicap jelek, maka kedua orang tua Reo bisa-bisa memarahinya.

Apa hubungannya dengan orang tua Reo?

Orang tua Reo memiliki perusahaan besar di kota itu. Banyak orang yang mengenal Reo dan kedua orang tuanya. Reo sebagai pewaris harus menampilkan sikap yang baik terhadap siapapun. Tidak peduli orang itu dari kalangan atas ataupun kalangan bawah, Reo harus bersikap seperti apa yang telah orang tuanya ajarkan pada Reo.

Tentu saja karena orang tua Reo tidak ingin menanggung rasa malu jika sikap Reo tidak sesuai ekspektasi orang-orang. Yang mana orang lain akan beranggapan bahwa pewaris perusahaan Mikage adalah seorang anak yang memiliki sikap yang baik.

Reo juga tidak ingin mengecewakan orang tuanya yang selama ini mengajarkan ia untuk bersikap layaknya seorang pewaris perusahaan besar. Meski Reo kerap kali menahan jengkel sebab ia sudah seperti boneka yang dimainkan oleh orang tuanya.

Kehidupan Reo yang membosankan  berubah saat ia mengenal sepak bola. Dan juga saat Reo bertemu dengan Nagi Seishiro.

Maka dari itu dalam hati terkecil Reo, ia ingin memberikan kesan yang baik pada orang tua Nagi yang anaknya telah Reo anggap sebagai harta karunnya.

Tingg.

"Aku pulang." Nagi membuka pintu seusai bel ditekan.

Nagi dan Reo melepas sepatu sekolah mereka lalu meletakkannya pada rak sepatu yang tersedia. Hal pertama yang Reo tangkap oleh matanya adalah, ruangan yang lebih rapi daripada saat Nagi tinggal sendiri.

"Selamat datang, sayang." Suara wanita dewasa menyambut kedatangan Nagi dan Reo. Itu adalah ibunya Nagi. Ia barusan memanggil Nagi menggunakan kata sayang.

"Ah, ini siapa?" Tanya ibu Nagi.

"Inilah Reo, Ibu. Dan Reo, ini adalah ibuku."

Ibu Nagi berjalan ke arah Reo. Ia tersenyum lebar melihat pemuda tersebut. Reo balas tersenyum pula.

"Wah, Nak Reo. Selamat datang. Kau terlihat cantik dan tampan untuk seorang laki-laki." Ucap ibu Nagi. Satu tangannya menyentuh pipi dan satu tangan lagi terlipat sebagai tumpuan.

Apa-apaan kalimat tersebut? Apakah kalimat aneh itu dapat dikatakan sebagai pujian?

"Iya, Tante." Sungguh, Reo semakin gugup.

Beberapa saat kemudian, seorang pria dewasa yang lebih tinggi dari Nagi keluar dari kamar Nagi. "Selamat datang." Sambutnya.

Berbanding terbalik dengan ibu Nagi yang bersuara dengan nada penuh semangat, ayah Nagi bersuara dengan nada yang sama persis seperti Nagi. Rendah dan terdengar malas. Wajah mereka pun sangat mirip.

Seperti kata pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Mereka makan malam bersama. Sesekali ibu Reo menyelingi dengan candaan yang akan Reo tanggapi dengan tawa ringan. Sedangkan ayah Nagi serta Nagi hanya menatap kedua orang tersebut dengan tatapan penuh arti.

"Nak Reo." Ibu Nagi memanggil. Mereka telah selesai makan. Reo membantu ibu Nagi meletakkan piring kotor ke wastafel.

"Iya, Tante?"

Sebelum menjawab, Ibu Nagi menatap anaknya yang sedang membersihkan meja makan. "Jangan terlalu memanjakan Seishiro"

Kepala Reo menoleh sekilas pada Nagi, lalu ia membalas. "Mengapa, Tante?"

"Kami meninggalkan Seishiro sendirian bukan karena tanpa alasan." Ibu Nagi menghidupkan air kran.

"Itu agar dia bisa hidup mandiri. Seishiro anak yang pemalas. Kami sangat tahu itu. Dia tidak bisa terus bermalas-malasan, karena suatu saat dia akan menikah dan memiliki anak. Dia punya tanggung jawab lebih nantinya." Reo menatap lekat ibu dari sahabatnya yang tengah berbicara itu.

"Jika Nak Reo memanjakan Seishiro, itu akan semakin membuatnya menjadi malas. Kami sebagai orang tua Seishiro tidak ingin dia merepotkan Nak Reo dengan selalu mengurusinya dan menuruti rasa malasnya." Jelas Ibu Nagi sambil mencuci piring.

Reo membantu menyusun piring yang telah dicuci ke dalam lemari. Penjelasan ibu Nagi khas seorang ibu yang tidak tahan melihat tingkah anaknya.

"Tidak masalah, Tante. Reo tidak pernah merasa kerepotan. Reo melakukannya dengan sukarela."

Reo tersenyum lembut. Senyumannya tidak luput dari pandangan wanita dewasa di samping Reo.

"Karena Nagi adalah harta karun Reo. Reo akan melakukan apapun yang Nagi inginkan."

*****

Karena kemaren kalo up, harusnya dapat 2 chapter, Nana tebus itu hari ini dan besok.

MirayukiNana

Sabtu, 6 Juli 2024.

would you be..... [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang