70

9K 1.1K 166
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.















Ansel, Ervan dan Ian sibuk berbincang dengan Azka. Mereka seperti sedang asik berbincang sendiri di tengah-tengah keramaian acara malam hari ini. Bahkan Azka yang merupakan putra sulung pemilik acara ini sampai melupakan acara utamanya.

Seharusnya Azka tau jika sebentar lagi acara utama akan segera diselenggarakan, tentu saja acara pengenalan Alisya ke publik. Dan seharusnya Azka bagian dari pemilik acara ini ikut serta. Tapi apa sampai sekarang, Azka masih betah berbincang dengan para keturunan Orlando. Terutama Ervan, yang menjadi titik fokus tiga orang saat ini. Pesona anak polos bernama Ervan benar-benar mencuri perhatiannya.

Sampai sekarang pun Azka tak kunjung beranjak. Topik diantara mereka benar-benar menyenangkan, apalagi Ervan sesekali menimpali percakapan mereka. Pipi gembil Ervan serta mata bulatnya yang memancarkan kepolosan mampu membuat Azka betah berada di sini.

Jika saja Ervan adik angkatnya, ia pasti tidak merenggut kesal seperti ini. Tentu saja Ervan dan Alisya sangat berbeda. Awalnya Azka mencoba menerima adiknya dan berinteraksi selayaknya kakak dan adik, tapi ternyata Azka yang terlebih dulu mengetahui sifat asli Alisya.

Azka tidak suka dengan anak yang lain tempat lain watak. Munafik. Sama saja dengan membohongi dirinya dan keluarganya.

“Kak Azka, mana adik kakak?” tanya Ervan pada Azka. Saat ini Ervan duduk sembari melipat kedua tangannya di atas meja. Sedangkan di bawah, kakinya tidak ingin diam. Sesekali menghentak dan sengaja menabrakkan sepatunya ke sepatu milik kakak-kakaknya. Ervan tidak lagi memakan kuenya karena sudah habis, ingin mengambil lagi dan memakannya tapi Ervan malas mengunyah.

Maka dari itu, sifat jahil Ervan terbit kembali. Ervan itu kalem saat makan saja, itu pun kadang diselingi celoteh lucunya. Tapi jika makannya sudah selesai, Ervan dengan tingkah jahilnya kembali ke permukaan.

“Entah, kakak tidak tahu,” jawab Azka acuh tak acuh. Bahkan Azka pun tidak repot-repot untuk sekedar celingukan mencari keberadaan adik angkatnya.

“Ervan pengen kenalan hehe,” jawab Ervan dengan cengiran lucunya. Dalam hati ia sudah menyiapkan sederet kata-kata romantis untuk memikat hati seorang perempuan. Jangan terlalu serius, Ervan hanya mengada-ngada.

Percakapan mereka terus berlanjut hingga tidak mengetahui bahwa Alisya memperhatikan mereka dari jarak jauh. Tangannya terkepal erat memperhatikan kakak angkatnya dan Ervan saling bercengkrama. Bahkan Ansel dan Ian pun berada di sana juga.

Lihat tatapan hangat kakak angkatnya itu pada Ervan. Hei, ia yang adik angkatnya saja tidak pernah  mendapati ekspresi seperti itu. Sialan, apa istimewanya Ervan.

Ekspresi muram memenuhi raut muka Alisya. Tapi ekspresi itu seketika menghilang tatkala sebuah ide terlintas di dalam pikirannya.

Alisya baru ingat jika ia bukan lagi Bella yang akan tunduk pada semua perilaku mereka. Alisya adalah Alisya. Bella adalah Bella. Alisya bukan Bella lagi.

Ervan [End🤎]Where stories live. Discover now