Chapter 05. Kehidupan Sekolah

197 32 2
                                    

Terimakasin sudah mampir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasin sudah mampir. Tandai kalau ada typo dan kesalahan lainnya. Mohon bantuannya.

Happy Reading~

.
.



"Kalau gitu kita berangkat. Tapi inget, kalau ada apa-apa bilang." Kemudian pemuda itu bangkit berdiri.

"Tunggu dulu." Ashland menghentikan gerakan pemuda itu yang hendak berjalan.

"Kenapa lagi? Ada yang ketinggalan?"

Ashland menggeleng pelan, kemudian dengan ragu ia mengeluarkan suara.

"Kamu siapa?"

Keterkejutan jelas terlihat dari wajah pemuda itu, bahkan saking terkejutnya sampai membuat ia mundur satu langkah. Dengan pupil mata melebar ia kembali berjongkok.

"Ini gue Daffa. Ash, gue tanya sekali lagi, kepala lo enggak apa-apa?" Kali ini nada suaranya terdengar lebih serius.

Ashland menggelengkan kepala. "Aku bilang tadi kalau aku cuman pusing se-ahk!"

Daffa tiba-tiba mencengkeram kedua bahunya dengan sangat kuat, bahkan sebelum Ashland menyelesaikan perkataannya.

"JAWAB! Lo kenapa?"

Ashland tersentak mendengar bentakan Daffa. Ia memberontak, berusaha melepaskan bahunya dari cengkraman tangan Daffa. Jika benar itu Daffa, kenapa memperlakukannya kasar seperti ini? Seingatnya, di dalam novel Daffa digambarkan sebagai sosok yang bijaksana, lemah lembut meskipun hanya ditunjukkan untuk Ashland seorang.

Ia tahu siapa Daffa, bahkan seluruh nama pemeran yang ada di dalam novel ia hafal diluar kepala, hanya saja novel itu tidak disertai penggambaran rupa setiap pemeran, maka dari itu ia sedikit kebingungan. Ia hanya tahu nama, tidak dengan wajah

"Aku enggak kenapa-napa."

Daffa menggeram marah. Matanya memerah dengan wajah yang mengeras. Gemeletuk gigi terdengar mengerikan. Ia kembali menggunakan tangannya untuk menahan Ashland, kali ini ia meremas pergelangan pemuda itu.

"Gue enggak suka lo bohong. Jujur sama gue, Ash, apa yang terjadi sama lo kemarin?" Daffa berucap dengan suara rendah, begitu rendah sampai membuat tubuh Ashland meremang ketika mendengarnya.

"Lepas dulu ini sakit," ujarnya sambil meringis kesakitan.

Daffa melepaskan tangan Ashland, namun kembali menyentuhnya untuk memeriksa apakah tangan itu terluka atau tidak. Ia seakan baru tersadar kalau tadi bisa saja melukai Ashland.

"Maaf, gue kelepasan," sesal Daffa.

Untuk menebus kesalahan, ia meniup pergelangan tangan Ashland yang memang sedikit memerah, sangat yakin jika lebih banyak tenaga yang ia keluarkan lagi, mungkin bisa membuat tangan itu menjadi memar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reader's Soul | Transmigrasi BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang