SPECIAL PART

2.4K 208 19
                                    




"Abang stop ya" Indra memberi peringatan pada putra sulungnya yang dari tadi tak mau diam berlari kesana kemari saat di ajak berkunjung ke kediaman orang nomor 1 di Indonesia yang berlokasi di Hambalang

"Abang good boy kok papa" Pria kecil itu mendebat ayahnya

"Kalau good boy main itu hati hati adeknya ke tabrak berapa kali abang lari lari dari tadi" Indra berusaha memberi pengertian dengan hati hati ia tau Alden sangat cerdas dan kritis berbeda dengan balita se usianya salah sedikit saja dalam pemilihan kata pria kecil itu bisa protes

"Acen yang kesini sini, abang udah say solli" Tak menghiraukan perintah Indra Alden berlari kencang meninggalkan ayah dan adiknya

Sementara Indra melihat tingkah aktif bocah itu pasrah, tangannya menggandeng tangan kecil Arsen yang baru belajar berjalan beberapa langkah di usianya yang belum genap satu tahun

"Papaaaa... Ada ulat, abang liat ulat iniii... Abang belbulu ulat di sana papa, di atas daun" Selain tak bisa diam Alden juga tak kenal takut dan geli, ia mengangkat seekor ulat daun yang besarnya sama dengan jarinya benar benar darah Kopasus tak kenal takut

"Awas nanti gatel gatel abang" Baik Indra maupun Rinjani tak pernah menakut nakuti kedua putranya pada hal apapun entah serangga, hantu atau hal lain mereka berdua sepakat untuk mengajarkan sebab akibat

Dengan begitu kedua putra mereka akan belajar tindakan sekecil apapun yang mereka lakukan akan memiliki dampak selanjutnya

Beberapa waktu lalu Alden menangis kencang meminta untuk mencicipi pasta berwarna hijau dalam mangkuk kecil di restoran sushi tempat mereka makan malam bersama hari itu, baik Rinjani maupun Indra sudah memberi peringatan namun pada dasarnya keras kepala Rinjani yang menurun pada sang putra

Alden memaksa akhirnya Rinjani memberikannya begitu saja lalu sudah bisa di tebak bahwa balita itu berteriak lebih kencang lantaran lidahnya terasa seperti terbakar merasakan sensasi pedas wasabi pada mulutnya, semenjak itu bahkan ice cream rasa matcha sekalipun Alden akan menolaknya dengan keras

"Ini abang pegang pelan papa... Gentle" Keras kepala sekali bukan? Indra menghembuskan nafasnya lelah meladeni Rinjani versi mini ini

"Abang jangan main itu bang ih" Bukan... Itu bukan suara Indra melainkan suara Rizki yang heboh melihat Alden santai dan anteng bersama ulat daun di tangannya

"Biarin aja udah" Indra lelah mengedukasi bocah sok tau itu

"Ayah ini gigit ga ayah? " Sejak memiliki Skyla pasangan Rizki dan Arabella lebih suka di panggil ayah dan bunda oleh putra putra kecil Indra dan Rinjani

"Gigit itu bang berdarah nanti kamu" Rizki menggelengkan kepala melihat jiwa penuh ingin tau Alden

"Masa? Mana mulutnya? Papa keliatan mulutnya? " Alden mengangkat ulat itu tinggi tinggi menunjukannya pada Indra

"Papa juga ga liat, udah taruh bang... Nanti ulatnya di cariin mamanya tau" Indra membujuk putranya

"Mamanya ulat? " Kening Alden mengkerut persis seperti wajah Rinjani

"Iya mamanya ulat nanti nyariin, nanti mamanya sedih loh ayo taro lagi mana rumahnya tadi? " Akhirnya Alden menurut mengembalikan ulat itu ke tempat asalnya

"Ooo ulat juga punya mama ya pa?" Tanya Alden masih penasaran

"Iya ada mamanya dia" Ucap Indra

"Siapa nama mamanya? " Pertanyaan yang selalu di luar prediksi Indra sebagai orang tua, Rizki mendengar itu tertawa kencang

"Anak abang nih kocak" Kata Rizki menepuk bahu Indra

"Ada mamanya siapa ya? Papa belum kenalan bang, ayah tau tuh tanya ayah" Indra melempar pertanyaan random itu pada Rizki

Kamu dan Negara S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang