BAB 13

278 48 19
                                    

Baru saja selesai makan malam dan minum obat, kemudian sudah menyelesaikan semuanya Pharita mencoba untuk beristirahat, dia terganggu dengan Ahyeon yang terus bergerak di sampingnya.

Sejujurnya, itu membuat Pharita sedikit kesal karena dia lelah dan dadanya masih terasa sakit meskipun dia sudah meminum obatnya. Dia butuh istirahat tapi Ahyeon tidak tenang sehingga membuat dia dengan terpaksa membuka matanya.

"Ahyeon, ada apa?" Tanya Pharita, menoleh untuk melihat Ahyeon dan mata Pharita melebar saat itu juga.

Dia melihat pipi Ahyeon memerah. Wanita itu berusaha untuk tidak menggaruknya dan menepuk-nepuknya. Bukan hanya itu, tangan Ahyeon juga memerah dan Pharita seketika itu juga merasa panik.

"Ahyeon! Kau kenapa? Pipi dan tanganmu memerah!" Pekik Pharita.

"Gatal, perih, sakit..." Mata Ahyeon sudah berkaca-kaca, tidak bisa menahan dirinya lagi.

"Astaga! Apakah kau alergi?" Tanya Pharita. Dalam kepanikannya, dia bingung harus melakukan apa.

"Matahari yang menyengat." Kata Ahyeon dan Pharita tiba-tiba saja teringat bahwa Ahyeon mengatakan bahwa dia tidak mau pergi ke pantai karena cuacanya yang panas.

"Ahyeon... kenapa kau tidak mengatakan pada unnie jika kau tidak bisa terkena sengatan matahari?" Pharita menghela nafas dan sedikit merasa bersalah sudah mengabaikan Ahyeon hari ini.

"Kau terlihat bersenang-senang dengan Chiquita..." Ahyeon memejamkan matanya dan tiba-tiba saja, air mata itu membasahi pipinya.

Pharita dengan lembut menyeka air mata itu. Gerakannya begitu lembut karena dia tidak mau membuat Ahyeon tersakiti jika dia tanpa sengaja menyentuh pipinya yang memerah.

"Apakah kau membawa obatnya?" Tanya Pharita dengan lembut dan Ahyeon hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Unnie, kulitku perih sekali..." Desis Ahyeon.

"Kau mau pergi ke Rumah Sakit? Atau... kau tunggu saja disini, ya? Biar aku cari apotik dan membeli obat untuk kulitmu."

"Aku bahkan tidak tahu aku bisa berjalan dengan baik. Kulitku rasanya perih semua." Kata Ahyeon yang menangis lebih keras lagi. Sungguh, kulitnya terasa perih dan gatal disaat yang bersamaan.

Dia ingin menggaruknya karena rasa gatal itu namun di sentuh sedikit saja, rasanya dia merasa kulitnya terbakar.

"Oke. Jangan menangis. Biar unnie cari obat yang bagus untukmu, ya?" Kata Pharita.

Dengan cepat, dia mengambil jaket dan dompetnya. Karena sekarang hujan dan cuaca cukup dingin, dia mengenakan jaket tebal. Dia menoleh pada Ahyeon yang masih menangis.

Memberi ciuman kecil di puncak kepalanya, Pharita pun akhirnya pergi keluar dari kamar hotel untuk mencari obat untuk Ahyeon.

***

Sayangnya, karena hari sudah malam dan di tambah lagi hujan, banyak apotik yang tutup. Pharita juga tidak begitu tahu tempat di Swiss hingga dia sedikit menyerah ketika mendapati 3 apotik yang dia datangi itu tutup.

Dadanya sakit dan rasanya, dia ingin kembali ke hotel saja. Tapi, dia teringat dengan Ahyeon yang menangis. Dia tidak bisa mengabaikan Ahyeon begitu saja dan akhirnya, dia pun mencoba untuk mengistirahatkan diri sejenak.

Duduk di salah satu kursi kosong yang terdapat di dekat apotik, Pharita menghela nafas dan memasukkan tangan ke dalam saku, berharap dia menemukan ponselnya.

Sayangnya, dia tidak menemukan ponselnya. Ah, sialan. Sepertinya dia lupa membawa ponselnya.

"Baiklah. Aku sudah cukup beristirahat." Kata Pharita, menyadari dia sudah beristirahat selama lima menit, dia pun berusaha mencari apotik lagi.

The flowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang