BAB 21

312 56 22
                                    

Kedua sahabat Pharita cukup sering datang ke Rumah Sakit meskipun dalam kunjungan singkat. Ruka dan Asa datang hanya untuk memastikan kondisi Pharita baik-baik saja kendati mereka hanya akan berada di rumah sakit selama 30 menit.

Seperti hari ini. Ini adalah akhir pekan dan mereka kembali datang ke Rumah Sakit sambil membawa buah, kue dan sebuket bunga untuk sahabatnya itu.

Tiba di depan ruangan Pharita, keduanya di tahan oleh seorang gadis tinggi berambut pirang. Ekspresi gadis tersebut sangat datar dan Ruka maupun Asa saling menatap. 

Mencoba tak mempedulikan, mereka memaksa masuk. Tapi belum sempat mereka mendesak masuk ke dalam ruangan, wanita itu kembali memasang badan hingga Ruka maupun Asa tidak bisa masuk satu langkah pun. 

“Orang yang tidak berkepentingan di larang masuk.” Kata gadis berambut pirang itu.

“Oh, ya? Dan kau siapa bocah kecil?” Tanya Ruka kesal.

“Bocah?” Gadis itu melotot. “Aku lebih tinggi darimu dan kau menyebutku bocah?”

Ruka hanya memutar mata. Bisa-bisanya gadis itu membandingkan tinggi mereka? Tidak memiliki kesabaran, Ruka pun mendorong gadis itu agar dia bisa menyingkir.

Tapi rupanya, gadis tersebut lebih kuat dari yang Ruka kira. Asa menjadi penengah dan menggelengkan kepala untuk menahan Ruka yang sudah siap untuk mendorong gadis di depannya lagi.

“Kami berdua sahabat Pharita, orang yang sedang di rawat di dalam sana. Aku tidak tahu siapa kau tapi biasanya, kita tidak pernah tertahan di depan pintu seperti ini.” Kata Asa sambil tersenyum.

“Tunjukkan tanda pengenal jika kalian sungguh teman Pharita unnie.” Kata gadis itu dan Ruka kembali memutar mata.

Asa mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang sambil menatap gadis di depannya yang menatapnya dengan perasaan.

“Halo? Iya, ini aku berada di depan ruanganmu tapi seorang gadis yang entah siapa menahan kita. Bisakah kau menyingkirkannya?” Tanya Asa yang membuat gadis itu melotot tak percaya.

Hanya sepersekian detik, pintu dibuka dan gadis lain yang tidak mereka kenal pun terlihat. Gadis itu memukul si penjaga lalu mempersilakan Asa dan Ruka untuk masuk.

“Maaf. Rami tidak tahu jika kalian adalah sahabat Pharita unnie. Masuklah, jangan sungkan.” Kata gadis lainnya itu.

“Siapa juga yang sungkan? Sudah sejak tadi aku memaksa ingin masuk.” Cibir Ruka sambil melangkah cepat ke dalam tanpa menyapa kedua wanita yang tidak di kenalnya itu.

Sementara Asa memberikan senyum kecil sebelum masuk ke dalam ruangan. Hanya salah satu gadis yang masuk dan gadis tersebut buru-buru mengambil kursi untuk Asa yang tampak belum duduk.

“Ayo, duduklah. Jangan malu-malu.” Kata gadis tersebut sambil tersenyum.

“Rora, hentikan.” Pharita meminta dengan lembut yang membuat gadis bernama Rora itu langsung berhenti melangkah saat itu juga.

“Siapa mereka? Kenapa kau tiba-tiba saja memiliki penjaga aneh di sekitarmu?” Tanya Ruka heran.

Asa memberikan sebuket bunga pada Pharita yang tersenyum menerima bunga tersebut. Dia meletakkan bunga di sampingnya.

“Aku Rora.” Kata Rora sebelum Pharita bisa menjelaskan. “Aku dan Rami adalah teman Chiquita. Kita berdua bertugas menjaga Pharita unnie jika Chiquita sedang mencari makan.”

“Tapi maksud Canny menjaga adalah kalian berdua hanya perlu memastikan aku baik-baik saja. Bukan seperti ini. Bisakah kau memanggil Rami masuk? Dia pasti pegal berdiri di depan seperti itu.” Kata Pharita tidak nyaman tapi Rora hanya melambaikan tangan. 

The flowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang