BAB 27

412 66 32
                                    

Terfokus pada layar laptop di pangkuan, hati Chiquita merasa kosong. Dia tidak bernyawa. Dia mengepalkan tangan. Biasanya, dia selalu menangis. Tapi sekarang, dia benar-benar membeku. Seolah tidak ada kehidupan di dalam dirinya.

Sahabatnya, Ahyeon, Rora dan Rami menatap Chiquita dengan pandangan cemas. Mereka takut untuk bertanya tapi ini sudah sehari dan Chiquita hanya terus memandang video yang memutar di laptopnya.

Tampilan dimana Pharita di bawa oleh seorang perawat — sekarang Chiquita tahu itu Yeonjun yang menyamar — telah membuat badai besar bagi Chiquita, sahabat-sahabatnya dan juga kedua sahabat Pharita sendiri.

Pintu rumah terbuka dan kedua orang tuanya muncul. Mata mereka sedikit melebar melihat sekumpulan sahabat Chiquita dan saat ini, sangat pantas melihat wajah kedua orang tuanya berantakan.

Ini salah mereka. Kata-kata itu terus berulang di benak Chiquita saat ini. Mata Chiquita kini hanya tertuju pada dua orang yang mengakui sebagai ayah dan ibu tapi nyatanya, tidak ada peran apapun di dalamnya.

Dara. Wanita yang sejak dia bayi itu mengurusnya tampak diam-diam menangis di sudut ruangan. Tapi apakah ibunya menangis? Tidak. Memang, penampilan ibunya saat ini berantakan tapi dia tidak menangis. Itu membuat Chiquita membenci mereka.

“Apakah kau puas?” Chiquita berbisik. Suaranya dingin, tanpa emosi dan tidak ada satu pun yang berani menghalanginya saat ini ketika dia berdiri, lalu berjalan ke arah kedua orangnya. “Apakah kalian puas? Lihat kelakuan kalian. Lihat apa yang telah kalian perbuat sehingga salah satu anakmu menghilang. Lihat semua kekacauan ini!”

Kedua orang tuanya hanya diam, seolah mereka mengakui kesalahan mereka. Tapi itu bukan berarti mereka merasa bersalah. Siapa yang tahu apa yang ada di pikiran mereka.

“Sekarang, mana tanggung jawab kalian sebagai orang tua? Mana?!” Chiquita memekik. “Kalian lepas tanggung jawab! Dia satu-satunya orang yang aku sayangi! Dia satu-satunya orang yang memelukku setiap aku ketakutan! Sejak kecil, hanya dia! Kalian membuat aku kehilangannya! Ini semua salah kalian!”

Tubuhnya di peluk dari samping dan saat itulah Chiquita merasa lumpuh. Tubuhnya jatuh ke lantai, dia  membenamkan wajahnya ke seseorang yang baru saja memeluknya. Hatinya sakit sekali. Baru kemarin dia mendengar kabar bahwa sekarang Pharita akan baik-baik saja. Baru kemarin dia membayangkan kehidupan mereka kembali normal.

Sekarang apa? Dia kehilangan kakaknya lagi tepat disaat malam itu dia tertidur lelap dalam pelukan sahabatnya.  Bagaimana bisa? Chiquita tidak habis pikir. Dia merasa bodoh ketika berpikir dia bisa tertidur lelap. Sekarang, dia memikirkan kondisi kakaknya.

Apa yang Pharita lakukan saat ini? Apakah Pharita makan dengan baik? Apakah sekarang Pharita tidur atau... kakaknya itu malah merasa gelisah sama sepertinya saat ini?

“Chiquita, maafkan kami. Maafkan aku. Aku ibu yang buruk. A-aku...” 

"Cari kakakku hingga ketemu, eomma. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Aku ingin kakakku kembali saat ini." Chiquita berkata dengan nada dingin dan penuh kebencian. Suaranya mengandung racun. Jelas, dia membenci kedua orang tuanya.

Orang bilang, sesalah apapun orang tua, kita harus bisa memaafkan mereka. Tapi, bagaimana bisa dia memaafkan mereka jika mereka telah membuat kehidupannya sengsara seperti ini?

Sssttt, ayo... tenanglah... Beri minum untuk Chiquita.” Ahyeon yang memang memeluk Chiquita itu mengusap punggungnya untuk menenangkan.

Rora orang pertama yang bergerak ke dapur dan memberi segelas air mineral pada Ahyeon. Mereka semua berada dalam suasana yang tegang tapi, mereka lebih tahu bahwa harus ada orang yang waras untuk menenangkan situasi.

The flowerWhere stories live. Discover now