36. Gagal yang Menyakitkan

1.1K 153 69
                                    


"Aku datang bukan karena dia, tapi hati ini berkata bahwa kamu akan pergi jauh bila saat itu aku terlambat."


>><<>><<>><<


Gita memandang dalam diam sosok yang memasuki kafe. Oliv, orang yang mengundangnya kemari. Begitupun dengan Via dan Jersy yang ada di meja ini, memandang cewek yang telah mengumpulkan mereka kemari. Kafe Ruang Rasa. Kafe yang mereka ketahui sebagai tempat favorit seseorang.

Dari jauh, Oliv berjalan dengan wajah keruh menuju mereka. Sepertinya Gita tahu hal apa yang akan mereka bahas.

Oliv menyapa mereka semua. Kemudian duduk di salah satu kursi.

"Tumben lo ngajak ngumpul. Biasanya banyak tanya dulu kalau disuruh ngumpul," Seperti biasa, Via yang tidak bisa menyembunyikan komentarnya, kini menyerang Oliv dengan alis yang bergerak naik turun.

Jersy sendiri diam saja, sama seperti Gita. Cewek itu sebenarnya mulai merasa tidak enak hati semenjak salah satu di antara mereka keluar dari perkumpulan mereka. Dan kini, mereka berkumpul kembali yang tentunya tanpa sosok itu. Terasa berbeda ....

Oliv mendengus mendengar perkataan Via. Sepertinya, julukan lalot harus disematkan pada nama cewek itu juga, karena sampai sekarang cewek itu masih belum paham situasi yang terjadi. Pasalnya, semenjak hari Sintia mendengar fakta dari kejadian tidak disengaja mereka, grup mendadak hening. Masih ada Sintia di dalamnya, tapi gadis itu tidak pernah buka suara. Lantas, mereka hanya muncul ketika Arsi yang memulai percakapan.

"Apaan, sih? Tunggu bentar aja. Arsi juga belum datang kan?"

Oliv memandang Via jengkel. Sepertinya Via tidak merasa kehilangan akan salah satu di antara mereka. Sementara Via terkikik sembari meminum jus jeruknya.

"Tentang Sintia, kan?" Via mengaduk-aduk jus jeruknya dengan lambat. "Lo pasti udah cerita semuanya ke dia?"

Jersy kontan menatap Oliv terkejut. Tetapi, Gita tetap menunduk. Tidak terkejut atau bereaksi sama sekali.

Alis Jersy menukik ke bawah. Bertanda ia kecewa dengan berita tersebut. "Lo gila, Liv? Kalau mereka kacau gimana? Lo tahu kan senangis apa Arsi dulu buat nyuruh kita tutup mulut? Di antara kita, cuman Sintia yang dia sayang, Liv!"

Oliv terkekeh mendengar perkataan Jersy. "Trus lo tahu apa tentang masalah hidup Sintia?" Oliv memandang mereka satu persatu. "Sampai kapan kita rahasian ini, Guys? Disini, Sintia yang paling dirugikan karna Bram sama sekali nggak cinta sama dia. Dan buat Arsi ..., Arsi pasti selama ini sedih juga lihat Sintia dibohongi terus sama dia."

Jersy menggeleng tidak setuju. "Semua ada waktunya, Liv! Sintia pasti bakal bosan sama Bram, dia tahu Bram itu playboy." Jersy menghela napas. "Gue tahu Sintia lagi bucin-bucinnya, makanya susah dibilangin. Tapi, dia pasti bakal bosan, kok!"

Gita memandang Jersy. "Maksud lo ..., tunggu Bram selingkuh kayak cowok lo trus balikan lagi?"

Jersy yang mendengar ucapan tersebut mengepalkan tangannya. Menatap Gita tidak percaya. "Omongan lo, Git!"

Gita membuang pandangan. "Gue cuman bicara kenyataan. Kalau maksud lo begitu, lo sama kayak Sintia. Tapi kenyataannya, kondisi kalian berdua itu beda."

Jersy menunduk. Mengepalkan kedua tangannya di bawah meja. Semua yang dikatakan itu adalah fakta. Bahwa Jersy dan Sintia sama-sama dibawah kuasa cinta.

Via yang melihat kondisi teman-temannya mulai tidak kondusif, justru terkekeh.

"Gue justru kasian sama ....," Via menyenderkan pundaknya, melipat kedua tangannya di belakang kepala, "..., Arsi."

REMUKWhere stories live. Discover now