Chapter 4⭐

13 8 5
                                    


Perlahan, mata Alisha mulai terbuka.

  "Mah, Bang! Kakak ini udah sadar!", seru Dito berlari ke dapur, menuju mamanya.

  Seorang wanita segera berjalan dengan cepat menuju kamar tamu, di mana Alisha diistirahatkan di sana. "Mana, Nak?", kata wanita itu di tengah jalannya.

  Alisha mengerjap-ngerjapkan matanya. Masih bingung dengan situasinya sekarang.

  "Syukurlah.., kamu sudah sadar, Nak", kata wanita itu segera mengambil kursi dan duduk di sebelah Alisha yang sedang berbaring di atas ranjang.

  Alisha masih menatap bingung. Akan tetapi, wanita itu tahu apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu. "Tadi siang kamu pingsan pas lagi nyari adek kamu. Untungnya Diven liat kamu di tengah lapangan dan langsung bawa kamu ke rumah saya", kata wanita itu.

  What? Apa yang barusan dia dengar? Diven??!

  "Tenang, tenang, Alisha.., kamu harus merefleksikan dirimu dulu", kata Alisha dalam hati.

  "Ooh begitu ya, Tan. Maaf banget ya Tan, udah ngerepotin. Sekali lagi saya minta maaf", kata Alisha dengan lemah lembut.

  Wanita itu tersenyum dan menggangguk. "Tidak perlu minta maaf. Kamu gak ngerepotin kok. Toh kamu juga temen kelasnya Diven kan?  Dan saya denger kamu suka juara kelas?", tanya wanita itu pada Alisha.

  Alisha hanya tersenyum.

  "Tuh kan, apa yang saya bilang. Ya sudah kalau kamu masih merasa letih, kamu istirahat saja dulu. Dan oh ya, satu lagi. Nama saya Ratni. Panggil aja Tante Ratni, mamanya Diven", kata Ratni memperkenalkan dirinya.

  "Baik, Tante Ratni. Terima kasih atas bantuannya ya", kata Alisha mengulangi ucapan terima kasihnya lagi.

  Ratni mengangguk dan melangkah ke luar ruangan itu.

  "Gimana ma? Dia udah bangun?", tanya Diven pada mamanya.

  "Udah. Kamu mau liat dia?", tanya Ratni balik.

  "Iya ma."

  Diven pun melangkah masuk ke dalam kamar itu. Betapa terkejutnya Alisha melihat kedatangan cowok itu.

  "Lo? Kenapa Lo masuk ke sini?", kata Alisha pelan.

  "Gue cuman mau liat kondisi Lo", jawab Diven sambil menatap Alisha.

  "Gue baik-baik aja kok", kata Alisha sambil melemparkan pandangannya dari Diven. "Alex kemana? Dia udah makan belom?", tanya Alisha dengan cepat.

  "Dia lagi makan bareng adek gue", ucap Diven.

  Alisha hanya menjawab oh saja. Dia tak kuasa melanjutkan pembicaraan ini. Apalagi jika menatap wajah Diven yang rupawan. Tapi gadis itu gagal fokus saat merasa dirinya diperhatikan terus.

  "Kenapa?", tanya Alisha yang gelagapan melihat Diven yang tersenyum kepadanya.

  "Astaga, please lah, jangan kek gini", lirih Alisha dalam hati.

  Cowok itu masih tersenyum menatapnya. Membuat Alisha semakin gusar. "Lo kenapa sih? Gue lempar Lo pake bantal. Mau?", ancam Alisha dengan muka yang memerah.

  Diven tertawa kecil. "Gue salut sama Lo. Lo bahkan rela panas-panasan demi mastiin adek Lo udah makan apa enggak. Sampe pingsan lagi", ejek Diven.

  Alisha menggembungkan pipinya. Anehnya, dirinya itu tidak dapat mengontrol gesture tubuhnya sendiri. "Itu doang kenapa diketawain", kata Alisha tak terima.

  "Ya bukan karena itu aja kali. Tapi kocaknya lo tadi kan udah bilang kalo lo gak bakalan peduli sama adek lo", kata Diven sambil terus tersenyum.

  Cukup sudah, muka gue bisa meledak gara-gara menahan rasa malu.

AFTER FIND YOUR NAME (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang