40

3.1K 146 15
                                    

🏔️ Arjuna

Aku menggenggam tangan Jani, membawanya keluar meninggalkan hall ini dan menuju kembali ke kamar, aku tidak bisa menjelaskan dengan tenang jika situasinya ramai.

Aku langsung melepas dasi yang sedari tadi menghiasi leherku, kemudian aku duduk di ranjang dan melepas sepatuku, kini Jani sudah sibuk melepas anting-antingnya dan meletakkannya kembali ke kotaknya.

"Gita itu sahabat aku dulu waktu kuliah S1 yang," tidak ada tanggapan darinya.

"Bagas itu pacarnya," imbuhku, Jani membalik badan dan kini dia bersandar di meja rias yang ada di balik tubuhnya.

"Sumpah hubungan kami hanya sebatas itu,"

"Terus maksud kamu tentang tragedi pilu itu apa mas?"

Aku terdiam sesaat, mengingat kembali kejadian itu sebenarnya membuatku cukup marah karena keadaan Gita saat itu "Bagas ternyata pacar yang protektif, gila mungkin lebih tepatnya, suatu hari aku dapat telpon dari Gita setelah kami jarang berkabar dan ngobrol langsung, Gita menjauhiku beberapa saat setelah mereka jadian,"

"Ternyata Gita minta tolong untuk dijemput di sebuah rumah yang ternyata itu milik keluarga Bagas, bukan rumah utama, lebih ke rumah singgah, dan ternyata Gita sudah Bagas sekap selama beberapa hari dan mendapat siksaan, sampai akhirnya harus keguguran,"

Jani menutup mulutnya yang beberapa saat lalu sempat ternganga, dia mungkin tidak menyangka jalan ceritanya akan seperti ini "Terus Gita gimana?"

"Down banget, dan dia pindah kuliah ke luar negeri,"

"Dan kamu tahu hal lain yang lebih lucu yang?"

"Apa?"

"Ternyata Bagas itu suami mantan pacar pertama aku," aku geli ketika mengingatnya.

"Hah?"

"Iya, jadi waktu pacaran dengan Gita ternyata Bagas sudah nikah sama Putri,"

"Rumit kan?"

"Makanya aku gak mau dia tahu siapa kamu, kata teman-temanku dulu Bagas sepertinya terobsesi dengan gadis-gadis yang dekat denganku, kamu cuma buat aku kan?" Aku menarik tangannya agar dia mendekat padaku.

Jani sudah jatuh di pangkuan ku dan kini aku menyandarkan kepala pada bahu kanannya "Bagas masih sama Putri?"

"Aku gak tahu, gak mau tahu, kalau pun mereka berpisah sudah jadi urusan mereka, pecundang memang cocok dengan pecundang kan? Biar mereka hancur bersama," ujarku sambil tersenyum smirk.

"Maaf tadi aku mikirnya....."

"Kamu mikirnya gimana?" Tanyaku.

Jani menatapku sesaat kemudian bicara lagi "Aku kira Gita mantan mas Juna yang udah mas tidurin juga," aku tertawa.

"Kamu trauma banget ya aku tidur sama cewek lain?" Dia mengangguk dengan polosnya.

"Sama kamu aku udah gak kepikiran buat pergi yang, kita sama-sama terus ya?" Jani menatapku seakan masih ada yang mengganjal di hati dan pikirannya.

"Ada yang perlu kamu tanyakan lagi?"

"Masih ada lagi gak cewek-cewek yang aku belum tahu? Aku males kalau sudah sayang banget sama mas tapi ada aja halangannya,"

"Gak ada, serius, mantan aku cuma 2 itu,"

"Kalau mantan gebetan?"

"Astaga bahkan aku sudah lupa yang, pokoknya sekarang pikiran ku semuanya kamu, kamu, kamu!" Aku mencium hidungnya dan dia kegelian "Dih lebay!" Dia sedikit menampol pipiku tapi aku tetap balas dengan ciuman.

Juna Jani, I Love You Pak Kos! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang