46

3.4K 321 35
                                    

Jangan lupa untuk vote dan follow

Jgn lupa spam komen banyak-banyak

Btw cerita ini mau hampir tamat gess, kayaknya sekitaran 5-7 bab lgi deh kayaknya

Jdi aku kepikiran untuk buat cerita baru

Mumpung banyak ide yang mengalir dalam otak aku. Siapa yang setuju aku buat cerita baru spam disini→→→

Klw aku buat cerita baru, kalian mau aku up 3 cerita sekaligus atau satu aja??

***

"Kok bisa kamu masuk ke kelas ini lagi sih?" Tanya Laura tiba-tiba. Sekarang mereka sedang tidur-tiduran di asrama karena semua pekerjaan mereka telah selesai. Hanya tinggal menunggu Tania yang dari tadi membuat kosakata bahasa Arab namun belum juga selesai selesai.

Tania mengedikkan bahu acuh kala mendengar pertanyaan dari Laura. "Gue males aja berkumpul sama anak-anak ambis, pasti pertemanan mereka nggak lebih dari sekedar persaingan. Lebih baik gue masuk ke kelas ini." Jawab Tania santai.

"Jadi secara nggak langsung kamu bilang kalau kita semua berteman dengan kamu tulus?" Ujar Rubi dengan mata yang berbinar-binar.

Tania mengerutkan dahinya saat mendengar pertanyaan aneh dari Ruby. Sejak kapan dirinya mengatakan hal seperti itu?

"Nggak juga. Gue cuma nyaman aja sama kalian, mungkin karena kita udah berteman lama." Kilah Tania.

"Tapi kok bisa kamu pindah ke kelas kita? Pasti kamu sogok pihak pesantren ya makanya kamu bisa masuk ke sini? Setahu aku sebelumnya nggak ada santri yang pindah-pindah kelas kecuali disuruh oleh guru." Sekarang Kia yang membuka suara.

"Gak lah, mana mungkin gue nyogok. Kalian aja yang kolot, baru keluar dari goa. Di pesantren ini boleh kok yang namanya pindah kelas kalau kita nggak mau."

"Tapi ka--"

"Kepada santriwati yang bernama Tania Syauqillah Mahendra harap untuk datang ke ruang tunggu sekarang juga."

"Kepada santriwati yang bernama Tania Syauqillah Mahendra harap untuk datang ke ruang tunggu sekarang juga"

"Kepada santriwati yang bernama Tania Syauqillah Mahendra harap untuk datang ke ruang tunggu sekarang juga"

"GUE DENGER WOII". Balas Tania keras saat suara yang berasal dari toa mesjid tak henti-hentinya mengatakan hal yang sama berulang kali.

Seisi kamar tersentak kaget saat mendengar teriakan Tania yang nyaring dan mengalahkan toa mesjid.

"Kenapa tuh nama gue dipanggil?" Tanya Tania heran. Biasanya jika ia berurusan dengan BK pasti akan ada seorang santri yang diutus untuk memanggilnya ke ruangan BK.

"Itu artinya keluarga lo ada yang datang, karena biasanya orang tua yang ingin menjenguk anaknya akan tunggu di ruang tunggu pesantren." Balas Nayla.

Tania manggut-manggut mendengar penjelasan dari Nayla. Sedetik kemudian dirinya tersadar, tumben sekali orang tuanya ke pesantren untuk menjenguk dirinya. Dan jikalau orang tuanya ingin menjenguk dirinya, pasti tidak sekarang juga. Karena Tania Baru beberapa hari balik ke pesantren. Tidak mungkin orang tuanya effort untuk senantiasa menjenguknya selalu.

"Ya udah, gue pergi sebentar ya. Assalamualaikum." Pamit Tania dan pergi meninggalkan asrama.

***

Tangan Tania dibuat gemetar lantaran melihat 2 siluet manusia yang sedang menenangkan seorang gadis di pelukan sang ibu. Mereka bertiga sangat cocok menjadi keluarga yang harmonis. Bahkan kedatangan dirinya saja tidak membuat ketiga manusia itu sadar.

Namun bukan itu yang ada di pikiran Tania sekarang, dirinya seperti terbawa ke masa lalu dan melihat betapa takut dirinya saat ia mengingat kalau ada orang-orang yang ingin merebut kasih sayang orang tuanya.

Gina.

Yang sedang berada di dalam pelukan Clara sekarang adalah Gina. Gadis yang sangat Tania takuti sekaligus Tania benci karena baginya dia tidak lebih hanya seorang perebut kasih sayang ibunya. Tania tidak mau kejadian tersebut terulang lagi.

Regan yang pertama kali menyadari kedatangan Tania langsung berjalan menghampiri Tania yang masih termenung di ambang pintu. Regan menghampiri Tania dan membawanya ke dalam dekapan untuk menenangkan Tania. Bisa dilihat dan didengar oleh Regan tatapan Tania yang mulai sedikit meninggalkkan air dan suara detak jantung Tania yang sangat cepat. Regan paham, bagaimana perasaan Tania sekarang. Tapi di satu sisi, Gina butuh kehangatan untuk menemaninya sebentar.

"Semuanya akan baik-baik saja, jangan takut." Bisik Regan menenangkan Tania. "Apanya yang baik-baik aja? Tania sekarang udah takut." Balas Tania tanpa suara di dalam dekapan sang ayah.

Clara yang melihat dua insan sedang berpelukan langsung menghampiri mereka. Clara menarik lengan Tania untuk duduk di samping kanannya. Sedangkan di sisi kirinya sudah diduduki oleh Gina. Tania bisa melihat bahwa pandangan Gina dari tadi hampa dengan wajah yang sesekali menunduk menyembunyikan wajah menyedihkannya.

"Kenapa mama sama papa ke sini? Dan kenapa Gina bisa ikut sama kalian?" Todong Tania dengan beberapa pertanyaan.

"Tania, Mama ke sini karena mama mau bilang sama kamu kalau Tante Eka udah meninggal. Almarhumah meninggal tepat setelah kamu balik ke pesantren yaitu 3 hari yang lalu." Mendengar pernyataan yang disampaikan oleh Clara membuat Tania serasa tidak percaya. Wanita paruh baya yang menyayanginya dari dirinya kecil hingga sekarang sudah pulang ke pangkuan ilahi.

"Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un."

Padahal baru tiga hari yang lalu Tania melihat wajah teduh milik tante Eka. Padahal baru tiga hari yang lalu Tania melihat senyuman khas beliau. Andai saja Tania waktu itu tahu kalau Tante Eka akan pergi meninggalkan dirinya pasti Tania akan menuruti permintaan tante Eka untuk tidak balik dahulu ke pesantren.

Sebelum Tania balik ke pesantren, tante Eka sempat meminta kepada Tania untuk menunda kepulangannya. Tante Eka ingin Tania bersamanya seharian penuh. Namun waktu itu Tania menolak dan tetap bersikeras untuk pulang ke pesantren.

"Dan selama 3 hari ini Gina nginep di rumah kita. Gina nggak bisa tidur sendirian di dalam rumah, Gina takut kalau semisalnya terjadi apa-apa. Jadi mama sama papa memutuskan untuk membawa Gina ke rumah kita. Tapi hari ini Gina bilang kalau dia pengen banget untuk belajar ilmu agama. Dia pengen kayak kamu, dan mama antar Gina ke pesantren ini."

Deg

Kejutan apa lagi ini? Kenapa dunia memberinya banyak hadiah hari ini? Padahal ulang tahun nya sudah lewat.

"Kenapa harus pesantren ini? Banyak pesantren lain di sekitar sini. Tania gak mau kalau Gina harus masuk sini." Bantah Tania dengan tatapan tajam yang senantiasa mengarah kearah Gina yang sedari tadi menunduk.

"Kamu gak boleh seperti itu Tania, Gina cuma mau di pesantren ini. Memangnya salah? Niat Gina kan cuma untuk belajar di pesantren ini. Lagipula pesantren ini bukan punya kamu. Jadi, kamu gak ada hak untuk larang larang siapa aja yang mau menuntut ilmu di pesantren ini." Ujar Clara yang mulai jengah dengan anaknya yang egois ini.

"Pokoknya Tania enggak mau dia masuk kesini. Mama lupa atau pikun? Dia yang udah buat aku luntang-lantung didunia asing dan buat aku terpaksa harus hidup sendiri tanpa peran siapapun."

"Tania.. kamu semakin lama semakin ngelunjak." Desis Clara dan bangun dari tempat duduknya.




Ukhti FiguranWhere stories live. Discover now