7D1A | 36

234 11 2
                                    

Lorenzo's Past -
No Malay dialogue

Wajah ibunya ditatap sayang. Senyuman tak lekang dari bibir melihat kecantikan ibunya yang mengenakan dres putih.

" Perché mi guardi in quel modo? ( Why are you looking at me like that? ) " Wanita itu bertanya. Semacam aje anaknya pandang, ada apa-apa ke?

" Sei così bella stasera, Mamma! ( You look so beautiful tonight, Mamma! ) " Puji kanak-kanak lelaki yang berpakaian kemeja putih dan seluar slack hitam. Bibirnya terukir sengihan lebar menampakkan sususan giginya. Comel.

Wanita itu ketawa. Tubuh anaknya yang berusia enam tahun itu didukung. Kecil betul anak tunggalnya ini kalau ingin dibandingkan dengan anak orang lain.

" Flatter! You look handsome too! " Puji si ibu. Pipi anaknya dicubit, tidak tahan dengan kecomelan telatah anaknya.

Terkekeh budak itu ketawa.

" Where's your papá? " Si ibu bertanya. Ditunggu daripada tadi, suaminya masih belum muncul. Lama benar bersiap. Ikutkan tadi suaminya yang mengajak dia untuk keluar makan bagi menyambut ulang tahun perkahwinan mereka.

Budak lelaki itu hanya menjongket kedua bahunya sesaat. Tanda tidak pasti.

" Andrea. "

Mendengar namanya disebut sepantas kilat kepalanya menoleh ke arah suara yang memanggil. Bibir menguntum senyum manis menatap wajah suaminya yang berada betul-betul di belakangnya. Nasib baik tidak berlaga, mahu terjatuh dia bersama anaknya dalam dukungan.

Hampir menjerit Andrea di situ dek melihat sejambak bunga tulip putih yang berada di tangan si suami, terhulur padanya. Teruja barangkali.

" Lorenzo, get off from your mamma. " Arah si bapa. Dijeling anak lelakinya terlebih dahulu.

" Lucio... Watch your languange. " Andrea memukul lembut lengan suaminya. Tubuh Lorenzo diturunkan dari dukungan seketika.

Jambakan bunga itu mulai berubah tangan. Bunga tulip itu dibawa dekat ke dada, bagai menghargai pemberian suaminya, Lucio Vitale. Buat beberapa ketika dia melabuhkan ciuman ke bibir si suami. Sekilas sahaja, tak akanlah nak melebih pula depan anaknya itu. Mendongak saja Lorenzo menyaksikan adegan kedua ibu bapanya itu.

Sebelah tangan Lucio menyambut tangan kanan isterinya, manakala sebelah lagi mendukung Lorenzo. Keduanya dipimpin ke pintu utama.

Mereka menunggu pintu utama terbuka. Menjadi kebiasaan pengawal mereka yang membukakan pintu dari luar, dan selalunya pintu itu akan dibuka lebih awal daripada ketibaan majikannya. Pelik, hari ini rumah itu terasa lebih sepi dari biasa.

Beberapa saat berlalu, terasa akan sesuatu yang tidak kena, Lucio segera membuka pintu itu sendiri apabila hidungnya menangkap bau darah yang kuat.

Bam!

Sekujur tubuh lelaki tergantung benar-benar di hadapan pintu tersebut. Tubuhnya diselimuti cecair merah pekat yang keluar daripada kesan torehan di seluruh badan.

Membuntang mata Andrea. Laju tangannya naik menekup mulut yang melopong besar bersama teriakannya yang tertahan. Tubuh anaknya segera ditarik masuk ke dalam pelukan. Kedua mata hazel itu ditutup dengan telapak tangannya.

Bangkai manusia itu dipandang jijik oleh Lucio. Anak mata hazelnya beralih pula pada pagar rumah agam mereka yang jelas-jelas terbuka luas. Dia pasti ada musuh yang menceroboh masuk. Yang menjadi persoalannya ialah siapa.

Lantas Lucio mengarahkan isterinya untuk membawa Lorenzo ke tingkat bawah. Dia mahu menguruskan segalanya di sini.

" Get out of here, Andrea. Porta Lorenzo nella seminterrato. ( Take Lorenzo to the basement. ) "

7 DEMONS 1 ANGEL [ HIATUS ]Where stories live. Discover now