Maheunset

966 105 14
                                    

"Mael, do you have a lot of friends??" Di tengah heningnya suasana kamar, Can membuka suara setelah bosan karena dari tadi cuma diam-diam aja kayak orang yang lagi marahan.

Malam ini, ga kayak malam-malam sebelumnya, Can tiba-tiba request minta tidur di kamar si Mamas bungsu. Eits, tentu aja proses requestan ini ga berjalan dengan mulus karena ulah para Jagadipa lainnya yang pada ga mau ngalah semua, mereka semua sibuk ngelontarin berbagai macam imang-iming ga jelas supaya Can mau bobo di kamar mereka aja.

Atuhlah Can jadi bingung kan! Tapi bingungnya bentaran aja, soalnya si kecil ini ternyata tetap tegas sama pendiriannya yang mau bobo sama si Mamas bungsu. Waktu itu Papa Saadan pernah ngasih wejangan, kalau setiap mau ngambil sebuah keputusan Can ga boleh plin-plan karena karena laki-laki itu sifatnya harus tegas, laki-laki itu harus punya pendirian, dan ga boleh tarik ulur omongannya! Beuh emang ajaran Papa Saadan paling dabest, Anaknya bahkan ga kalah dabest karena inget sama omongan Papanya.

Mendengar pertanyaan random dari Can, Velo yang lagi duduk di meja belajar segera menghentikan pergerakan menulisnya. Bingung hendak menjawab apa, because in fact he doesn't even have any friends at all, teman Sakala adalah temannya juga, begitu kata Sakala. Jadi, apakah itu juga bisa dihitung sebagai temannya??

"Mungkin??"

Jawaban Velo terdengar tidak pasti, dan itu ngebuat ekspresi Can mendadak berubah bingung. Ngomong-ngomong sejak tadi, si paling kecil ini posisinya lagi ada di atas kasur, tengkurap sembari menggores berbagai macam warna di buku mewarnai miliknya. "Kenapa mungkin Mael??"

Bahu Velo terangkat acuh. "Tidak tau, Mas juga tidak tau mau jawab apa."

Beginilah Velo Jagadipa, manusia yang sejak kecil selalu minim kata dan tak banyak mengeluarkan suara. Bukan karena Velo tidak mau menanggapi lawan bicaranya, tapi lebih ke Velo benar-benar tidak tau hendak merespon seperti apa. Banyak kata yang sebenarnya tertahan di tenggorokan, tapi Velo lebih memilih bungkam karena tak ingin membuat si Kecil bertanya lebih lanjut dan merasa....sedih mungkin setelah mendengar jawabannya??

Tapi ya namanya juga anak kecil, ketika pertanyaannya tidak sepenuhnya terjawab, mana mungkin dia menyerah begitu saja bukan. Lihatlah si kurcaci ini yang sekarang bahkan sudah turun dari kasur meninggalkan kegiatan mewarnainya hanya untuk menghampiri si Mamas.

"Why Mael??" Ujung piyama biru tua yang Velo kenakan ditarik pelan, tampaknya anak kecil ini sungguh tidak puas dengan jawaban asal-asalan yang dia berikan tadi.

Sebelum Velo memulai sesi curhatnya yang mungkin akan terdengar panjang, terlebih dahulu si Mamas bungsu ini menarik kursi lain yang ada di kamarnya untuk mendudukkan Can di sana. Can tidak menolak, duduk rapi dengan kepala mungilnya yang direbahkan di atas meja, siap untuk mendengar cerita hidup dari Mas bungsu kesayangannya.

"Honestly, Mas ga punya banyak teman, i mean i don't even have any friends."

Ngerasa aneh ga sih dengerin Velo manggil dirinya Mas?? Velo juga sama anehnya kok, ada perasaan geli yang menggelitik isi hatinya karena masih belum terbiasa. Namun, ada satu rasa baru yang juga menghangatkan hati karena biasanya selalu dirinyalah yang memanggil Mas ke beberapa Jagadipa yang lain.

"Why Mael??" Ini sudah ketiga kalinya pertanyaan yang serupa keluar dari bibir si kecil. Velo tersenyum simpul, tangannya bergerak ringan mengusap kepala mungil Adik kecilnya.

"Maybe because i don't know how to make a friend." Helaan nafas Velo terdengar panjang.

"Mas ini ga kayak Baka yang temannya ada dimana-mana, Mas juga ga kayak Baka yang ngerti gimana caranya nyapa orang-orang dan ngajakin mereka kenalan duluan. Makanya Mas sampai sekarang masih ga punya teman."

Our Precious Baby (On Going)Where stories live. Discover now