72

6.7K 1K 120
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Ervan dan teman-teman barunya kini memakan kue itu bersama-sama. Kue itu berukuran sedengan. Teman-teman Ervan memakannya dengan tenang namun pasti. Sedikit demi sedikit gigitan mereka berikan pada kue itu. Mungkin memang mereka yakni teman-teman Ervan yang dari keluarga kalangan atas seperti Ervan diajari untuk makan dengan tidak terburu-buru.

Tapi tidak untuk Ervan. Jika yang lain memakan kue itu dengan beberapa kali gigitan, Ervan langsung melahap semuanya. Saat Ervan mendapati kue itu berada di tangannya, matanya seketika berbinar. Ia belum mencoba kue seperti ini. Dengan semangat ia melahap langsung semua kue itu sehingga pipi nya mengembung sangat lantaran terisi oleh kue itu.

Dapat dibayangkan ditengah-tengah tujuh anak itu yang makan dengan tenang, ada Ervan yang memakannya dengan lahap. Pipi Ervan mengembung lucu diantara anak-anak itu. Dengan susah payah Ervan melahap habis kue tersebut.

Kue Ervan sudah habis, namun kue teman-temannya belum habis. Bahkan Zavi dan yang lainnya tercengang melihat cara makan Ervan.

“Dah habis,” lapor Ervan pada teman-temannya.

“Wah Ervan makan cepat sekali,” ujar salah satu perempuan di antara mereka.

“Betul kata Icha, Ervan cepat sekali makan, apa tidak tersedak?” ujar anak perempuan bernama Meisya.

“Punyaku masih banyak,” ujar Riya.

Sedangkan Ervan menanggapinya dengan senyum lucunya. Ervan merasa ia lah paling hebat di antara mereka. Mendapati respon penuh kaguman dari perempuan-perempuan itu membuat tingkat percaya diri Ervan semakin tinggi. Berusaha menanggapinya dengan ekspresi cool, tapi tetap saja terlihat menggemaskan ketika tersenyum seperti itu.

Melihat teman-temannya masih memakan kue itu, Ervan jadi ingin lagi. Tatapan Ervan beralih ke samping di mana maid bernama Desi masih berdiri di antara mereka. Mata bulat Ervan berbinar-binar, wah kebetulan sekali.

“Bibi, mau lagi,” pinta Ervan dengan tangan kanannya yang menengadah.

“Aku juga mau lagi,” pinta anak laki-laki bernama Gabriel. Padahal kue yang dimakan Gabriel masih lah banyak. Tapi memang, kue ini begitu enak.

Desi membuat ekspresi sok terkejut seolah-olah ia benar-benar terkejut, “Maaf tuan dan nona muda, kue nya sudah habis,” balas Desi dengan ekspresi yang sengaja ia sedihkan.

Mereka berdelapan menghela napas kecewa.

“Bibi ambil lagi aja,” usul Zavi. Ervan tak mengeluarkan suaranya. Ia terlampau sedih karena kue yang ia inginkan sudah tidak ada. Padahal itu enak sekali.

Desi menyeringai tipis hampir tidak terlihat, itu lah respon yang ingin Desi dapatkan. Untung saja Ervan bergabung dengan anak-anak ini, itu mempermudah rencananya.

“Jika kalian ingin lagi, akan saya ambilkan. Tapi bisakah di antara kalian menemani saya untuk mengambilnya?" Pinta Desi tersirat makna yang lain.

“Kenapa kita harus ikut denganmu?” tanya anak laki-laki di antara delapan anak itu. Merasa heran atas permintaan maid yang seharusnya tidak meminta pada mereka selaku tamu di sini.

Ervan [End🤎]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang