Chapter 36 : Sang Penguasa Kebijaksanaan

192 24 0
                                    

Tepat Ketika langit Mulai Gelap, Para penduduk desa Sudah berlarian Masuk kedalam rumah dan menguncinya.

"Kenapa Di luar sangat Ribut?" Tanya Freya.

"Itu adalah hal yang biasa, Setiap menjelang Bulan Purnama, Para penduduk akan langsung masuk kerumah mereka, Dan Menguncinya rapat-rapat." Jelas Goerge.

"Bagaimana jika mitos itu benar?"

"Maka aku akan menembaknya dengan pistolku." Ucap Goerge Percaya diri.

Freya tau, Goerge menyembunyikan Kesedihannya Dengan Ucapan itu. Sekarang dia tidak punya siapapun di dalam keluarganya.

Tepat Pukul 19.00, Malam. Kabut Dari arah Hutan Mulai Muncul dan melingkupi seluruh desa. Meski Dengan penerangan yang maksimal, Pemandangan di desa masih terlihat menyeramkan dan remang-remang.

"Aku akan tidur dulu, Ingatlah Untuk Tidak membuka jendela, Apapun yang terjadi." Ucap Goerge.

"Kenapa?" Tanya Freya.

"Kabut itu beracun." Ucap Goerge dan beranjak masuk ke kamarnya.

'Beracun? Benarkah?'

***

Dari dalam kamarnya, Freya sedikit mengintip dari balik tirai. Diluar sana sudah tertutup oleh kabut. Bahkan jalan-jalan Umum desa terlihat remang-remang dan tidak jelas. Tidak lama terdengar Suara kaki kuda yang entah dari mana. Disertai Suara paraunya Yang khas. Freya menoleh pada jam dinding, Sudah di pastikan kalau Goerge sudah Tertidur. Freya mematikan Lampu kamarnya, Agar Goerge mengira dirinya memang sudah Tidur.

Dengan pelan, Freya keluar dari kamarnya, Menuruni tangga Untuk mencapai Pintu utama. Freya berhasil keluar mengenakan Jaket tebal, menghindari Dinginnya malam. 'Kabut ini tidak berbahaya, Itu hanya mengganggu pandangan saja, Lalu kenapa Goerge Bilang itu beracun?' Batin Freya.

Suara Telapak kaki kuda kembali terdengar menjauh dari desa. Freya sedikit berlari Demi menemukan jejak Suara tersebut. Dari kejauhan, Freya bisa melihat Kobaran Obor kecil Yang terlihat berjalan menjauhi desa. Obor tersebut di pegang oleh sosok Si Penembak jitu yang menaiki kudah Hitam, Mulai memasuki Hutan kembali. Freya mengikuti Mahluk tersebut masuk ke hutan. Sial! Kabut tebal ini mengganggu pandangannya. Freya ingat Dirinya Tidak terlalu sehat sejak dia datang ke desa ini. Sejak menyelamatkan Shani, Kondisi Freya sedikit tidak baik Dan pandangan Matanya Memburuk. Sekarang tidak jarang Freya merasakan sakit yang luar biasa, Akibat detakan yang sering terjadi pada matanya.

Dengan kondisi yang kurang mumpuni, Serta Pandangan kabur, Freya Terjatuh ketanah karena Akibat kakinya terpeleset Oleh dahan Pohon. Dia menyesal lupa membawa senter, pemandangan di hutan sangat gelap gulita. Freya mencoba Untuk memulihkan kesadarannya. Selepas itu, Suara pacuan Kuda Hilang di telan Sunyinya malam dan angin yang berkesiur. 'Sial! Aku Kehilangan jejaknya.'

Freya Tidak memilih Untuk kembali. Dia penasaran dengan apa Yang terjadi di hutan ini. Goerge bilang kalau William mati di hutan ini, Jika itu karena binatang buas, Baik beruang atau Macan, Freya akan membunuhnya demi balas dendam. Namun Jika Hantu yang melakukannya, Freya akan membuatnya Mati Untuk yang kedua kali.

Semakin Freya berjalan, Semakin Jauh Dan semakin dingin udara yang terasa. Tidak jarang Freya beberapa kali terbatuk di sertai pusing. Demamnya semakin parah. Freya merasa semakin dia menembus Hutan, Tebalnya kabut juga semakin berkurang. Keluar dari pepohonan, Freya di sambut oleh Pemandangan Ilalang Yang Tumbuh Tinggi. Freya sedikit bisa melihat dengan jelas, Karena Sinar Bulan purnama, Sedikit Menyinari tempat ini. Ditambah dengan semakin tipisnya kabut, Yang Menyadarkan Freya bahwa Tempat yang dia datangi adalah Tanah pemakaman.

FREYA : Holders Of Lost Object ( BOOK 1 )Where stories live. Discover now