73

8.2K 1.1K 226
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
























Kita kembali ke beberapa menit yang lalu. Saat itu Ervan masih diambang kebimbangan. Antara menyetujui atau tidak. Tapi karena Ervan ingin terlihat hebat di teman-temannya dan situasi saat ini mendukung ia untuk ikut maid itu, akhirnya Ervan ikut saja.

“Ayo bi,” ucap Ervan sembari mendongak menatap maid yang entah kenapa Ervan merasa senyuman maid itu semakin aneh.

Seperti ada rencana dibalik semua ini. Ervan yang memiliki otak pas pasan dan malas memikirkan yang tidak berguna, pada akhirnya Ervan tak mempedulikan apa yang ia curigai. Masa bodoh, yang penting ia bisa memilih beberapa kue nanti dan tentu saja setelah ia memilih beberapa kue yang lezat, teman-temannya pasti akan mengaguminya dan akhirnya terus bermain dengannya.

“Pilih yang enak-enak ya,” ucap anak bernama Ata.

“Ya ya benar, yang lezat pokoknya,” timpal Icha tak kalah semangat.

“Baik teman-teman Ervan, Ervan yang ganteng dan gagah ini akan menuruti permintaan adik-adik,” balas Ervan dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi melibihi tinggi tubuhnya. Mentang-mentang teman sekumpulannya ini rata-rata dibawahnya. Tapi tidak apa-apa, suka suka Ervan.

“Baik, mari ikuti saya tuan muda,” ucap Desi dengan menundukkan kepalanya sebagai bentuk kehormatan. Setelah itu Desi dan Ervan pergi meninggalkan tempat ini dan entah akan dibawa kemana. Lupa juga bertanya mengenai tempat tersebut, yang penting setelah ini mendapat kue lezat.












“Kalian apa tidak mencurigai maid itu?” ucap Meisya memulai obrolan di antara mereka.

“Cukup mencurigakan, tapi apa yang harus dicurigai,” timpal Ata.

“Hmm entahlah. Kita tunggu saja Ervan di sini. Biar nanti Ervan gak kebingungan mencari kita,” jawab Gabriel.

Yang lainnya menganggukkan kepala. Benar juga. Daripada memikirkan itu, lebih baik menunggu Ervan. Mereka kembali berbincang dan memakan kembali kue tersebut.

Sampai beberapa menit berlalu, Ervan tak kunjung kembali. Sebenarnya dimana tempat mengambil kue itu, kenapa lama sekali.

“Mana Ervan? Kenapa lama sekali?” tanya Zavi dengan raut muka khawatir. Seharusnya tadi ia ikut dengan Ervan. Tau begini adanya, seharusnya mereka tidak mengharapkan itu pada Ervan sampai Ervan dibawa oleh maid itu.

Aura di antara mereka yang tadinya damai bercampur sedikit khawatir, kini aura gelap melingkupi sekumpulan anak-anak itu. Mengetahui ada seseorang yang baru bergabung dengan mereka, sontak kedatangan seseorang itu menjadi titik fokus tujuh anak itu.

“Dimana Ervan?” tanya Ansel dengan netranya yang gelap menghunus tujuh anak itu. Salahnya karena tidak fokus memperhatikan Ervan, tapi salah anak-anak ini juga yang membiarkan Ervan pergi.

Ervan [End🤎]Where stories live. Discover now